Chereads / Malaikat Pelindung Yang Tak Bersayap / Chapter 4 - 4. Anugrah Jalan Raya

Chapter 4 - 4. Anugrah Jalan Raya

Tepat pukul setengah delapan malam inti serta anggota ' the Fighters ' sudah duduk ditribun area sirkuit untuk menyaksikan Danial sebagai ketuanya melawan anak sebelah untuk balap mobil. Banyak sekali penonton yang melihatnya bersorak menyemangati kedua belah pihak, kebanyakan dari mereka ialah teman satu sekolah yang hadir memakai pakaian santai.

Keadaan pun mulai riuh saat keduanya mulai bersiap didepan garis start, di tengah tengah mereka pun muncul seorang wanita dengan pakaian kurang bahan yang memegang bendera ditangannya.

" Okay, are you ready?! "...teriaknya dengan nada centil, Danial dan Bagas pun membalas dengan mengegas mobilnya sebagai tanda bahwa mereka sudah siap.

" Ready....GO! ".....teriak wanita tersebut dengan menurunkan bendera ditangannya kearah bawah.

Danial langsung saja menancapkan gasnya dengan cepat melewati wanita tersebut diikuti oleh Bagas dibelakangnya yang sedikit tertinggal, mungkin karna kalah cepat oleh Danial. Selip menyelip pun terjadi diantara keduanya yang tidak ingin kalah dalam menguasai jalan.

Setelah mendekati garis finish Danial menanbahkan kecepatannya sedangkan Bagas tetap berada dibelakangnya dan Danial tidak mengizinkan cowok itu melewatinya begitu saja dengan mudah.

Bagas yang melihat Danial melewati garis finish mengalahkannya dengan mudah, memukul setir kemudi dengan kesal, kecewa pada dirinya sendiri karna sudah gagal lalu turun dari mobilnya kearah temannya berada.

'Fighters ' yang melihat ketua nya menang segera berhambur menghampirinya untuk mengucapkan selamat dan mengenai kesepakatan yang telah ditentukan sebelum permainan dimulai.

" Selamat atas kemenangannya kau memang hebat dalam segala hal pantas saja terpilih sebagai ketua "....ucap Bagas datang memberikan selamat kepada Danial dan bertosria ala pria, ia tidak marah hanya saja kecewa keinginannya untuk bergabung sudah sirnah.

" Kau juga sama hebatnya saya sendiri mengakui itu percaya diri lah"....balas Danial menepuk dua kali pundak Bagas bangga.

'Fighters ' dan teman Bagas datang dari arah yang berlawanan menghampiri ketua mereka, berdiri dibelakang keduanya dengan bangga.

" Sesuai yang di janjikan ini kunci mobil plus uang 20,000,000 dari gue sama anak anak yang lain sebagai hadiah karna kalian menang, dan itu mobilnya bisa langsung kalian ambil"....Ucap Bagas memberikan kunci mobil serta amplop tebal berwarna coklat, diterima dengan baik oleh Danial dan memberikannya ke Kiki selaku bendahara keuangan.

"Bagai mana dengan permintaan mu untuk bergabung dengan kami, berapa anggota yang minat"...ucap Danial untuk memastikan dan mungkin akan menimbangkan hal ini tidak ada ruginya juga kan asal dapat dipercaya dan setia.

" Delapan puluh orang yang ingin bergabung mulai dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas bad boy nya sekolah Nusa Bangsa, kami hanya ingin menambah pengalaman baru juga bersosialisasi dengan sekolah kalian untuk bersatu sebagai teman"....balas Bagas dengan cepat menjawap pertanyaan Danial, ia sangat ingin sekali bergabung, itu sebabnya mengapa ia mengajak untuk bertanding dengannya namun seribu sayang usahanya gagal ia sudah kalah.

" Semua yang hadir di sini sekarang itu anak Nusa Bangsa yang ingin bergabung dengan kalian"....sahut salah satu dari mereka yang berbadan tinggi bersih berambut jambul

Danial hanya manggut manggut kepala mengerti melihat satu persatu lawan bicara mereka, semua wajahnya masuk ke kategori cogan hampir sama dengan anggotanya, meskipun bad boy, ia cukup sopan saat berbicara tidak menggunakan otot justru otak itu bagus.

Danial menerima mereka menjadi anggotanya dengan kesepakatan yang mereka buat dan disetujui serentak, setelah semuanya selesai mereka pun pergi kerumah karna hari sudah larut malam itu tak baik buat pelajar seperti mereka terlebih lagi kepada orangtua dirumah jika tau anaknya belum pulang apa yang akan terjadi.

Ditengah perjalanan rombongan ' Fighters ' yang dipimpin mobil Arsa serta ke empat temannya berhenti karna ada seorang gadis dipinggir jalan memeluk kakinya, memakai baju putih serta terdapat banyak bercak darah, rambut hitam panjang sebahunya merumbai menutupi wajah bagian depannya terlihat seperti hantu terlebih lagi waktu yang menunjukan pukul sepuluh malam di jalan sepi yang jarang dilewati kendaraan itu menambah kesan horor.

Arsa serta ke empat temannya turun dari mobil berjalan perlahan mendekati sang gadis untuk memastikan hantu atau memang nyata manusia, dengan ragu tangan Arsa pun menyentuh bahu sang gadis yang terlihat bergetar namun tak ada respon darinya.

" Nona"...ucap Arsa ragu karna tak mendapat respon darinya, ia pun menatap temannya satu persatu mereka mengangguk dan berjongkok di hadapannya untuk menyamakan tingganya dengan sang gadis agar terlihat lebih jelas.

Sang gadis samar samar mendengar ada suara serta tepukan dibahunya pun dengan perlahan mendongak memperlihatkan bagian wajahnya yang sembab akibat terlalu lama menangis dan masih meneteskan air matanya.

Arsa dan yang lain melihatnya bernafas lega ternyata manusia bukan hantu seperti yang mereka pikirkan, namun kenapa seorang gadis berada dipinggir jalan yang cukup sepi ini di tengah malam sambil menangis dengan keadaan kacau.

" Hey nona kenapa kau berada dipinggir jalan yang cukup sepi seorang diri, bagaimana jika sesuatu terjadi padamu atau ada orang jahat yang berniat buruk padamu, harusnya anak gadis itu sudah berada dirumah sebelum magrib bukannya masih keluyuran tengah malam seperti ini, itu tidak baik kau tau "....Ucap Arsa menasehati sang gadis, orang yang dinasehatinya diam tidak lagi menangis menatap Arsa lugu berulangkali mengedipkan matanya genit.

" kenapa kau harus duduk dipinggir jalan, tempat orang untuk menyebrang jalan dengan keadaan menangis, seharusnya kau pulang kerumah bukan berada disini"....ucap Ansell juga berjongkok dihadapan sang gadis menatapnya aneh.

" sepertinya kau tidak punya rumah ".... Ucap Aksa langsung membuat sang gadis melotot tak terima dikatakan seperti itu

" Enak saja kau bilang aku itu punya rumah dan tempat tinggal, hanya saja aku tadi tersesat tak tau jalan pulang, jadilah duduk menangis seorang diri dibawah tihang pinggir jalan seperti ini "....ucap gadis tersebut menunjuk Aksa menggunakan telunjuknya kesal masih dalam posisi sama tak berubah.

" Lalu kenapa kau pergi dari rumah jika tidak tau jalan pulang "....tutur Avi bertanya dengan penasaran

" Sebenarnya aku kabur dari rumah sakit karna tidak suka berada disana dan mengganti pakaian ku semula saat kecelakaan, namun karna kondisiku masih lemah juga tak tau jalan pulang jadi aku menangis ketakutan selama tiga jam di tempat ini"....ucapnya menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. tiga hari yang lalu ia tak sengaja tertabrak mobil saat bermain ditaman, walau lukanya cukup ringan ia harus menginap dirumah sakit sampai sembuh total oleh keluarganya yang posesif, karna bosan ia pun memilih kabur lewat jendela yang ada diruangn itu karna pintu depan dijaga ketat oleh bodyguard suruhan dady nya.

Arsa tidak sengaja melihat sebelah tangan kiri sang gadis terdapat sebuah gelang serta gantungan sedang, disana terdapat sebuah alamat serta nomer telpon keluarganya.

" Nama saya Arsa siapa nama mu? "....ucapnya memperkenalkan diri

" Wah nama yang bagus, kak Arsa tampan deh jadi sayang, nama aku Auristela panggil aja Auri"....balasnya tersenyum senang menatap Arsa dengan genit.

Dia Auri dengan nama lengkap Auristela Allisya Lesham Shaenette gadis cantik terhormat yang disayangi dan berharga bagaikan emas bagi keluarganya. Ia sosok gadis periang cendrung pendiam, tidak tau nama tempat yang ia kunjungi serta selalu tersesat saat ia pergi kemanapun, pelupa dalam segala hal termasuk hal penting sekalipun, ceroboh, polos nan lugu, selalu genit pada siapa pun kecuali orang yang tak ia suka, bisa beladiri menyukai berbagai kartun terutama kisah putri kerajaan, dan mudah sekali terjatuh saat berjalan atau berlari itu sebabnya ia selalu dikawal oleh tiga bodyguard sekaligus kemana pun ia pergi kecuali disekolah itu akan dijaga oleh ketiga temannya sejak kecil.

" Mari kami antar jika kau mau nona"...ucap Arsa bangkit berjalan bersama temannya yang lain di ikuti Auri dibelakangnya masuk kedalam mobil milik Aksa.

Arsa menyuruh anak yang lain untuk pulang duluan kerumah masing masing karna ia dan ke empat temannya akan mengantar Auri pulang terlebih dahulu tak baik jika dibiarkan seorang gadis sendirian tengah malam seperti itu. mobil dikemudikan oleh Aksa disebelahnya ada Kenjo, kursi kedua di duduki Arsa bersama Auri dan kursi paling belakang di isi oleh Ansell dan Avi.

Mobil yang mereka tumpangi pun akhirnya sampai di sebuah mansion seperti istana dengan pagar menjulang tinggi keatas sehingga tidak bisa melihat kedalam gerbang, didepan terlihat tiga satpam penjaga salah satu dari mereka berlari masuk kedalam, tidak lama kemudian banyak orang yang berhambur keluar dengan langkah sedikit lari.

Auri turun dari mobil bersama Arsa disambut tatapan garang dari mereka yang baru saja keluar gerbang, sepertinya itu keluarga sang gadis terlihat saja ia langsung di bawa masuk oleh dua wanita cantik seperti ibu dan adiknya.

Satu bogeman mentah berhasil lolos mengenai rahang tegas sebelah kiri Arsa, Arsa yang tak siap menerima pukulan secara mendadak dari pria paruh baya didepannya pun linglung kearah belakang namun segara di tahan oleh Avi dan Ansell yang baru saja turun dari mobil dengan terkejut.

" Itu pukulan dari saya sebagai tanda perkenalan untumu juga karna sudah beraninya membiarkan purti saya pulang dengan ke adaan terluka"....ucap pria tersebut dengan tegas bersidekap dada tanpa merasa bersalah sedikit pun.

" Perkenalkan nama saya Arsa om ,saya tidak tau apa apa mengenai hal itu, Kami menemukannya dipinggir jalan sambil menangis dengan keadaan yang sudah kacau dan memngantarkan nya pulang itu saja tidak lebih, Saya mengatakan yang sebenarnya "...ucap Arsa tegas dengan jujur tanpa ragu sedikitpun.

" Hahahaa saya tau kau memang pemuda yang baik juga bertanggung jawab cuma yaa putriku saja dia memang gadis nakal, jadi tolong maklumi saja sifatnya itu jangan pernah bosan dan meninggalkannya. Saya dukung hubungan kalian! jangan kecewakan kepercayaan saya, kamu bisa panggil om Lesham"...balas pria tersebut menepuk dada Arsa dua kali sambil tertawa ringan

Arsa hanya menggaruk tekuknya yang tak gatal salah tingkah, ia tersenyum kikuk tak tau harus mengatakan apa padanya ia sendiri bingung tak mengerti.

" Kamu cowok pertama yang berani datang kesini mengantar kan pulang putri saya selama lima belas tahun, dulu tidak ada yang berani kesini lagi setelah saya buat salah satu teman cowok nya yang sekelas dengannya kritis di rumah sakit karna sudah berani meninggalkan anak saya dengan keadaan kacau begitu saja ditengah jalan. Saya tidak suka dengan cowok yang tidak bertanggung jawab seperti itu "...ucapnya serius menatap mata Arsa tajam mengancam tak main main.

Arsa hanya mengangguk sebagai jawaban dan berpamitan kepada om Lesham untuk pulang karna malam semakin larut di ikuti ke empat temannya masuk ke dalam mobil dan meleset pergi dari sana menuju rumahnya. Om Lesham pun masuk kedalam menyunggingkan senyum tipis dan menutup kembali gerbangnya.