Chereads / Malaikat Pelindung Yang Tak Bersayap / Chapter 8 - 8. Kehidupan Baru

Chapter 8 - 8. Kehidupan Baru

Auri sudah berada di kamar tidurnya sedang membereskan semua barang miliknya di bantu oleh Arsa untuk dimasukan kedalam koper karna akan pindah ke ruma keluarga barunya keluarga Syahreza hari ini juga.

Sebenarnya Auri sudah menolak tidak mau pindah rumah ia tak mau pisah dengan keluarganya terlebih kepada sang papa namun apalah daya ia sekarang sudah menjadi seorang istri dari Arsa harus patuh pada perkataan suaminya untuk pindah kerumahnya dan akan tinggal disana selamanya.

Arsa bertugas mengemas barang pribadi kesukaan Auri seperti koleksi boneka beruang, sepatu, koleksi bando dan jepit rambut, peralatan sekolah, buku novel, dan masih banyak lainnya. Arsatak habis pikir begitu banyak barangnya bahkan dua koper besar saja tak cukup dan ini koper yang ketiganya semua barang milik gadis itu harus ia bawa jika tidak pasti ujungnya drama, tadi saja ia sudah bilang bawa satu saja masing masing namun malah membuat nya menangis jadi jalan keluarnya adalah menuruti nya saja agar cepat selesai.

Sedangkan Auri ia hanya mengemas semua pakaian miliknya, itu saja semunya sudah masuk dua koper miliknya.

Akhirnya setelah membutuhkan waktu sekitar tiga jam untuk berkemas selesai juga, jadi semua barang Auri lima koper besar yang akan di bawa pindah kerumah Arsa, Auri turun kebawah sambil memeluk boneka kesayangan nya yang diberi nama Mori sedangkan Arsa ia membawa dua koper ditangannya sisanya nanti ia kembali lagi untuk mengambilnya.

Semua barang Auri sudah dimasukan kedalam mobil oleh Arsa, sekarang mereka tengah berpamitan di ruang keluarga untuk meminta izin membawa Auri pindah rumah tinggal bersama Arsa.

" Tolong jaga anak papa jangan sampai terluka, jika ia salah jangan ragu untuk menegurnya atau menghukumnya juga boleh, tapi jangan sampai menggunakan kekerasan apa lagi main tangan, papa percayakan sepenuhnya keselamatan putri papa sama kamu Ar " ucap papa Lesham menepuk pundak Arsa dua kali yang diangguki olehnya.

" Pah Auri disini aja ya " tutur Auri manja memeluk papanya dengan erat tak mau pisah juga dibalas tak kalah erat dari papanya dan mengecup pucuk kepala Auri sayang.

" Gak bisa gitu dong kan udah nikah jadi harus ikut kemana pun suami pergi kamu harus selalu bersama nya " ucap mama menasehati putrinya, Auri mentap mamanya polos ia berulangkali mengedipkan matanya.

" Benarkah Auri harus ikut kemana kak Arsa pergi " tuturnya polos menata Arsa yang di angguki olehnya

" Ia mending kakak cepet pergi deh gak usah manja aku aja yang masil kecil biasa aja tuh, justru seneng nanti kamar kakak aku yang kuasai " ucap Friska tertawa jahat dalam hati, mendapat cubitan maut ditangan nya oleh Auri menyebabkan merah juga sakit.

Arsa langsung menarik tangan mungil Auri masuk kedalam mobil sebelum makin siang jiga dibiarkan saja pasti tak akan selesai, lalu melambaikan tangan kepada keluarga Auri pergi dengan mobilnya yang di kemudi oleh pak Arya asisten pribadi kepercayaan nya.

Setelah menempuh waktu satu jam selama diperjalanan akhirnya mobil yang mereka tumpangi sampai di sebuah mansion besar nan megah milik keluarga Syahreza dengan selamat.

Arsa membawa satu koper berwarna pink berjalan memasuki rumah di ikuti Auri di belakangnya yang asik melihat sekeliling rumah begitu menakjubkan bahkan lebih besar dari rumahnya sendiri.

Mereka memasuki rumah di sambut pelukan hangat dari nenek dan kakek nya yang sudah menunggu sejak tadi lalu menyuruh pengantin baru itu untuk segera kekamar milik Arsa dan sekarang menjadi kamar milik Auri juga mereka akan tinggal satu kamar.

Auri berdiri di depan pintu yang terdapat tulisan tangan seseorang ' don't try to log in if you want to survive' yang artinya jangan coba masuk jika anda ingin selamat, ia jadi ragu untuk masuk namun juga tak mengerti apa maksud dari tulisan tersebut.

Arsa yang seakan tau apa yang dipikirkan gadis disampingnya segera mencopot kertas yang ada di pintu itu dan merobeknya lalu melemparnya ketempat sampai dekat pintu.

Pintu pun terbuka lebar menampilkan ruangan yang begitu luas dua kali lipat dari milik Auri juga sangat rapi dan terurus, sudah terdapat dua ranjang king size yang disatukan menjadi satu di setiap sisi dipasang guling, kamar yang serba hitam putih ini tercium bau maskulit yang sangat menyengat juga harum di indra penciuman siapa saja akan betah tinggal disini begitun Auri.

" Kak jadi kau tidur disini " ucap Auri membaringkan tubuhnya di ranjang sambil melihat lihat banyak sekali figura foto Arsa serta keluarga juga bersama temannya yang terpangpang rapi di dinding juga meja belajar.

" Iya itu ranjang punyaku kau cari yang lain saja jangan disini" tutur Arsa memberi tahu bahwa itu ranjang miliknya dan menyuruh Auri untuk mencari tempat yang lain saja.

" Auri pengennya kasur yang ini, kakak yang lain saja kan masih banyak kamar di rumah ini" ucapnya tidak mau pindah karna ia sudah sangat nyaman dengan kasur ia tempati sekarang, Arsa hanya memandangnya datar ia tidak suka jika sesuatu miliknya direbut oleh orang lain.

" Bereskan barangmu " ucap Arsa dingin menunjuk lemari besar di sebelah miliknya di sisi ruangan lalu pergi keluar begitu saja tak lupa menutup pintunya kembali.

Auri memandang punggung Arsa aneh sampai hilang dibalik pintu namun ia juga melakukan apa yang dikatan Arsa padanya segera menata semua barangnya kedalam lemari.

Dengan susah payah akhirnya semua barang miliknya sudah tertata rapi di lemari lalu meletakan boneka kesayangaan nya di sisi rajang lalu bergegas pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang sudah lengket karna keringat.

Auri keluar kamar mandi setelah lama berada disana sekitar tiga puluh menit dengan pakaian santai lalu menyisir rambut panjangnya tidak lupa mempoles wajahnya dengan bedak bayi, turun kebawah untuk makan siang bersama keluarga yang sudah dimasaki oleh nenek saat ia mandi.

Nenek yang melihat kedatangan Auri segera menyuruhnya duduk disebelah Arsa untuk makan bersama, selama makan tak ada percakapan hingga selesai, nenek dan Auri membereskan piring kotor dan mencucinya di wastafel yang ada didapur.

" Masakan nenek sangat lezat aku saja sangat menyukainya jadi pengen makan terus " Puji Auri berbinar meletakan piring yang sudah bersih kedalam rak.

" Benarkah! Kamu tau Arsa itu sangat suka nasi goreng terlebih buatan nenek " tutur nenek berjalan bersama Auri keruang keluarga untuk sekedar berbincang setelah selesai mencuci piring.

" yah tapi sayang Auri kan gak bisa masak nek, tapi kalu nasi goreng bisa gak tau deh rasanya " ucapnya nyengir kuda menggaruk pipinya yang tak gatal sedikit merona malu.

" Tidak papa nanti akan nenek ajarkan sampai kamu bisa, karna Arsa itu sangat suka makan dirumah yang dibuatkan keluarga sejak kecil jadi kamu harus bisa agar dia jadi tambah sayang sama kamu dan betah dirumah " balas nenek tertawa lepas setelah mengucapkan nya, Auri pun ikut tertawa lepas mendengarnya bahagia.

Arsa yang melihat interaksi kedua wanita itu dilantai atas yang sedang tertawa lepas pun hatinya ikut menghangat merasakan kebahagiaan nya karna keputusannya untuk menerima Auri dihidupnya sudah tepat.

Arsa pun berjalan menuruni tangga berniat menghapiri kedua wanita yang berharga dihidupnya yang harus ia jaga, ia pun duduk di antara nenek dan Auri memilih menonton tv acara kesukaannya dan mendengarkan perbincangan keduanya.

" Kamu tau sayang Arsa itu sejak kecil selalu berlatih beladiri dengan kakeknya sampai sekarang pun begitu bahkan ia jadi ketua geng disekolahnya " ucap nenek mulai menceritakan kehidupan Arsa yang berhasil membuat sang empu menoleh kearahnya.

" Wah benarkah, Auri mau dong belajar beladiri buat jaga jaga, sedari kecil Auri sangat ingin pergi jalan jalan keluar sendiri namun tidak diperbolehkan oleh papa bahkan ini pertama kalinya aku sekolah bersama yang lain walau harus masuk kelas khusus " terangnya berbinar bercampur sedih karna dari kecil ia hanya diam dirumah tak boleh keluar katanya bahaya.

Arsa mendengarkan dengan serius ia cukup tertarik dengan pembahasan tofik ini juga setuju dengan pemikiran papa walau ia juga penasaran apa alasan nya hingga harus seperti itu.

" Sepertinya nenek setuju dengan papamu itu " pendapatnya berhasil membuat Auri mengerucutkan bibirnya imut, Arsa yang tak sengaja melihat itu mengacak rambut Auri dengan gemas terkekeh geli.

" Ish kak Arsa jadi berantakan rambutnya " ucap Auri manja meletakan kepalanya dipangkuan Arsa berhasil membuatnya terkejut namun kembali menetralkan raut wajahnya menjadi tenang.

Nenek yang melihat itu tersenyum lalu pamit untuk pergi kekamarnya ingin beristirahat yang diangguki keduanya secara bersamaan, jadi tinggal lah mereka berdua yang berada diruang keluarga sambil menonton tv.

" Kak Arsa jangan marah ya dengan sifat aku yang tiba tiba manja kaya gini sama kakak karna dari kecil aku suka banget manja kaya gini sama papa, tapi sekarang kan udah beda rumah jadi kata mama manjanya sama kak Arsa aja jangan sama papa kan udah punya suami " ucanya dengan polos menatap Arsa dari bawah senyum senyum sendiri seperti sedang memikirkan sesuatu.

" Kenapa kau langsung menerimanya tanpa harus dibujuk atau dipaksa " ucapnya membalas perkataan gadis itu dengan deheman saja.

" Saat umur aku tiga belas tahun, aku pernah tanya ke papa kapan aku di izinkan sekolah bersama Aleta dan yang lain juga bisa main keluar rumah. Papa bilang jika aku menerima lelaki pilihan papa saat umur enam belas tahun aku boleh sekolah di SMA terbaik dengan syarat masuk kelas khusus juga menerima perjodohannya jadi waktu itu aku menyetujuinya " balasnya bercerita kembali mengingat apa yang ia lupakan sepertinya ada yang ia lupakan tapi apa, Auripun bangkit dari tidurnya menjadi duduk menatap lekat Arsa setelah ia tau harus mengatakan apa.

Arsa yang bingung hanya menaikan sebelah alisnya seolah bertanya ' kenapa ' setelah melihat perubahan gadis didepan nya menjadi serius juga yang menatapnya lekat.

Saat Auri sudah membuka mulutnya bersiap bicara namun kembali ia urungkan mendadak ia lupa apa yang ingin ia katakan dan kembali duduk tenang mengambil alih remot tv memindahkan canelnya menjadi sereal india antv.

Arsa menatapnya dalam diam tanpa mengucapkan sepatah katapun ia semakin bingung cara berpikir gadis ini cukup aneh baginya juga berbeda.

Tidak lama setelah itu Auri mulai menguap rasa kantuk mulai menyerangnya kini waktu sudah menunjukan pukul tujuh malam itu artinya waktunya untuk tidur karna ia hanya makan dua kali dalam sehari pagi dan siang jika malam ia akan menghabiskan dengan tidur tidak ikut makan malam bersama keluarga itu sudah menjadi kebiasaannya sejak kecil ia juga tak tau kenapa.

Arsa merasakan sesuatu yang jatuh kebahunya dan mendapatkan Auri yang sudah tertidur lelap dengan kepala yang bersender padanya, segera menggendong tubuh mungil Auri ala bridal stil berjalan menaiki tangga ke kamarnya yang berada dilantai dua.

Kamarpun terbuka berjalan ke arah ranjang dan menidurkan tubuh Auri ke atas kasur secara perlahan agar tidak mengusiknya dan menyelimutinya dengan selimut sampai atas, lalu ikut berbaring disebelahnya untuk ikut tidur bersama membelakangkinya.

Memang mereka tidur satu ranjang cuma di batasi guling diantaranya juga sisi sebelah Auri ia tidur sambil memeluk boneka kesayangan nya membelakangi Arsa itu sudah menjadi kebiasaan nya sejak kecil.

Keduanya tidak mempermasalahkan hal itu dan akan menjalani hari harinya seperti biasa seakan semua berjalan seperti dulu hanya saja status yang membedakan nya.

Arsa juga akan melindungi gadisnya dalam keadaan apapun meski ia tidak mencintainya sedikitpun namun itu sudah menjadi tanggung jawabnya untuk melindungi keselamatan nya juga memberinya nafkah karna ia melarang sang papa untuk memberi uang kepada Auri lagi yang akan digantikan olehnya.

Untuk Auri sendiri ia sudah menerimanya sepenuh hati bahkan ia tak merasa kecewa atau marah sedikit pun kepada orang tuanya karna sudah menjodohkan nya justru ia berterima kasih dengan begini banyak orang yang menyayanginya dan akan melindunginya nanti di keluarga baru juga kehidupan baru sebagai seorang istri dan menantu dan sekarang marganya sudah berubah menjadi Syahreza.