Di jalan raya, mobil Land Rover yang besar tampak melaju perlahan dan berbelok ke tengah gunung. Mobil itu ternyata memasuki sebuah rumah besar yang sangat megah. Meski demikian, kesan rumah tersebut juga cukup tua.
Di sekitar jalan menuju rumah besar ini ditanam beberapa Pohon poplar. Meski demikian pohon tersebut tertanam rapi di kedua sisi jalan yang dilalui mobil ini. Batang pohon-pohon itu tampak berdiri tegak seakan berbaris mengawal mobil ini menuju rumah utamanya.
Rumah besar ini memang terletak di pegunungan. Lokasinya yang terpencil membuat kegelapan di bawah sinar bulan tampak sangat misterius dan aneh.
Setelah beberapa menit, mobil mewah ini sampai di rumah besar itu. Gerbang besi rumah itu perlahan-lahan terbuka dan mobil itu masuk ke dalam.
Wu Hao yang memegang setir kemudi sebenarnya sedang merasa khawatir. Seakan ada suatu hal yang aneh, bosnya ini terasa tidak seperti biasanya!
"Kak Chen! Hebat sekali, apakah bisa mengajariku sedikit." Ia tidak tahan untuk bertanya.
"Ha?" Mo Yanchen mengangkat kepalanya.
"Anda dan seorang gadis yang tidak dikenal tiba-tiba saja menikah. Andai ketahuan oleh Tuan Besar, maka ini akan menjadi masalah yang sangat besar. Aku jadi sempat berpikir, bagaimana kalau gadis tadi adalah seorang mata-mata? Bukankah itu akan sangat merugikan kita?" Ucap Wu Hao dengan ekspresi wajah yang galau.
"Di kamusku tidak ada kata kalau," ucap Mo Yanchen. Ia sebenarnya sedikit terkejut dengan ucapan supirnya ini. Akan tetapi ia hanya mengangkat alis matanya dan berkata dengan nada bicara yang suram, "Selain melepas status lajang ini, aku tidak merasa ada sesuatu yang salah!"
Mo Yanchen pun mengangkat tangan dan jari telunjuknya untuk mengusap bibir dinginnya. Gerakannya ini seakan sedang memberi kehangatan di atasnya.
Biasanya Mo Yanchen tidak menginginkan sentuhan dari seorang gadis. Akan tetapi hanya sentuhan dan ciuman dari gadis itu tidak membuat dirinya membencinya. Dengan faktor tersebut, ia pun memutuskan untuk menikahinya begitu saja.
"Hem! Bagaimana kalau orang itu tidak bersedia." Wu Hao bertanya lagi karena mengingat bahwa perempuan itu sejujurnya dipaksa untuk dibawa masuk ke dalam kantor sipil oleh Mo Yanchen.
Setelahnya, kepala kantor menyuruh anak buahnya untuk membuat surat nikah yang ditujukan kepada gadis itu dan Mo Yanchen. Sungguh, ini pertama kali ia melihat proses pernikahan yang begitu memaksa.
"Dia tidak mengatakan kalau dirinya menolak," ucap Mo Yanchen. Lagi pula, gadis itu sendiri yang datang dan menawarkan diri untuk menikah dengannya.
Wu Hao meraba keningnya seakan tidak percaya bahwa kejadian seperti itu sungguh bisa terjadi di dunia ini. Ia pun dengan tajam mengembalikan pandangannya ke depan dan menghentikan mobil yang dikendarainya.
"Ketua, sasaran kita sudah ditangkap." Tiba-tiba ada orang yang melangkah lebar dari kegelapan dan melapor kepada Mo Yanchen.
"Bagaimana?" Tanya Mo Yanchen sambil turun dari mobil. Ia pun menyalakan sebatang rokoknya dan perlahan menghembuskan asap dari mulutnya.
"Dengan kelompok penjahat itu, sepertinya keduanya tidak memiliki hubungan apapun. Dia mengatakan semua ini demi membalas dendam 6 tahun yang lalu," jawab bawahan Mo Yanchen.
Mo Yanchen pun merasa tidak senang dengan kesimpulan itu dan mengerutkan keningnya, matanya memancarkan ekspresi emosi yang rumit.
Pada 6 tahun yang lalu, Mo Yanchen masih bersama dengan kelompok itu. Selama beroperasi dengan kelompok itu, kelompok tersebut telah membuat terlalu banyak masalah. Ia tidak menyangka masalah itu sudah lewat 6 tahun, dan perempuan itu sudah….
"Ketua, apa perlu dilanjutkan pemeriksaannya?"
"Cukup sampai di sini, masalah ini tidak perlu diperiksa lagi." Ucap Mo Yanchen dengan nada suara yang dalam. Ia pun melangkah dengan langkah panjang dan masuk ke rumahnya.
Di depannya tampak Mo Wen berdiri dengan bingung sambil melihat punggung Mo Yanchen.
"Baik."
"Wu Hao, apa kamu merasa hari ini ketua agak aneh?" Tanya Mo Wen yang menyadari perubahan sikap Mo Yanchen. Mo Yanchen biasanya sangat sadis dan hari ini dengan santai mengatakan tidak perlu membalasnya?
"Jangan banyak bicara." Ucap Wu Hao dengan pose badan yang tampan dan mengambil jaketnya sendiri. Ia langsung mengikuti Mo Yanchen.
Mo Yanchen sepertinya mengingat sesuatu. Ia tiba-tiba menoleh ke belakang dan berkata, "Cepat periksa identitasnya, dalam satu jam aku ingin mengetahui seluruh informasi tentangnya."
"Ah? Iya." Wu Hao melempar kunci kamar dan dalam hatinya muncul banyak perasaan curiga.
Di dalam kamarnya yang gelap, Mo Yanchen sedang menghisap sebatang rokok dan memikirkan kejadian 6 tahun yang lalu.
"Menikah denganku dan langsung mendapat surat nikah. Kedepannya aku akan menolongmu." Mo Yanchen mengingat sosok dan perkataan dari Shen Chengjing yang nakal itu dengan sangat jelas.
Mo Yanchen langsung membuka matanya yang hitam dan melihat hanya ada kegelapan di pandangannya.
"Aku sudah menikah." Ucap Mo Yanchen kepada dirinya sendiri. Kemudian ia mengambil sebuah jam kecil dari sakunya dan perlahan membukanya. Dalam jam itu ada sebuah foto seseorang yang sangat klasik, warnanya pun masih hitam putih.
Mo Yanchen memikirkan gambar dalam foto itu sambil menghisap rokok dengan dalam. Ia pun sampai terbatuk-batuk karena terlalu lama menghisap rokoknya..
Kemudian ponsel Mo Yanchen bergetar, dan dia langsung menjawab panggilan tersebut.
"Kak Chen, data yang kamu mau sudah dikirim ke email."
Mo Yanchen tidak menjawab penjelasan Wu Hao dan langsung menutup teleponnya. Ia langsung menggeser layar ponselnya dan membuka email.
Email yang dikirim oleh Wu Hao berisi tentang informasi Shen Chengjing yang sangat detail, jari panjang Mo Yanchen langsung bergerak menggeser layar untuk membaca informasi itu dengan teliti….
"Orang dari Keluarga Shen?" Tanyanya yang terlihat sangat terkejut, ternyata Shen Chengjing adalah salah satu anggota Keluarga Shen.