Saat ini Shen Chengjing hanya berdiri kaku di pinggir jalan. Ia melihat pria yang tampan itu menaiki mobil Land Rover dan pergi begitu saja meninggalkannya. Shen Chengjing pun mengangkat kepalanya, ia baru menyadari bahwa dirinya sudah berada di depan Kantor Departemen sipil.
Jujur saja ia langsung tercengang melihat plang besar itu. Ia pun menundukkan kepalanya dan berjalan tanpa memperhatikan sekitarnya. Sungguh pikirannya berusaha berpikir keras dengan semua peristiwa yang dialaminya tadi sampai sekarang.
"Aw, apakah aku baru bertemu dengan hantu?" Shen Chengjing langsung mengangkat kepalanya. Ia langsung tersadar dari pikirannya ketika menabrak pintu kaca yang tidak disadarinya. Rasa sakitnya ini membuatnya lebih sadar dari sebelumnya.
Sebelum ditinggal oleh pria misterius tadi, awalnya Shen Chengjing ditarik paksa untuk masuk ke dalam kantor sipil. Tidak menunggu lama, ia pun mengetahui bahwa surat nikahnya dengan pria itu sudah diproses dan diserahkan kepadanya. Pria misterius itu pun langsung pergi meninggalkannya tanpa sepatah katapun.
Liu Sijie yang tadi dihubungi Shen Chengjing baru saja sampai di kantor sipil. Ia pun sedikit bingung dengan sikap Shen Chengjing yang diam berdiri beberapa langkah di depannya.
Pandangan Shen Chengjing sungguh seperti orang yang kebingungan. Hebohnya lagi, tangan gadis itu menggenggam surat seperti surat nikah.
"Hey apa masih ada urusan lain sekarang?" Liu Sijie menarik jaketnya dan berjalan ke arahnya. Ia pun mengambil surat nikah yang sedang Shen Chengjing pegang. Dalam surat itu terlihat sebuah foto kecil mereka berdua.
Pria itu terlihat dingin, terlihat dari tatapan kedua mata hitamnya ke depan kamera. Meski demikian, hal yang membuat orang merasa terkejut adalah aura dan karisma yang pria itu pancarkan. Sungguh aura yang tidak bisa diacuhkan.
Hanya dengan satu foto ini, Liu Sijie sudah bisa mengetahui wibawa pria ini…. Ia pun tidak berani menanyakannya kepada Shen Chengjing.
"Mo Yanchen? Tidak pernah dengar." Liu Sijie menggelengkan kepala dan menatap Shen Chengjing.
Walau terdiam, sesungguhnya Shen Chengjing terlihat ketakutan. Sejak kejadian pertama, ada oknum yang ingin menembaknya. Sekarang, ia malah mendapat surat nikah pada tengah malam seperti ini!
Wah, kedua masalah itu seakan terjadi dalam waktu 20 menit saja, sungguh terasa singkat.
"Hei, kamu mau kemana?" Liu Sijie melihat Shen Chengjing berlari dan langsung mengikutinya.
Ya, Shen Chengjing kembali ke jalan utama ketika bertemu pertama kali dengan pria misterius tadi. Ia pun memperhatikan tempat itu baik-baik dan tidak menemukan apapun di sini. Bahkan bekas peluru yang seharusnya ada di tembok sudah hilang seakan tidak ada kejadian apapun di tempat ini!
"Chengjing, kamu kenapa?" Tanya Liu Sijie heran.
Sayangnya, ia malah melihat tingkah Shen Chengjing seperti orang gila yang meraba sana dan sini. Setelah sepuluh menit gadis ini melakukan hal itu, dia baru berhenti.
"Tidak mungkin, jelas-jelas di sini." Shen Chengjing berkata seakan tidak mempercayai suatu hal. Pikirannya langsung terheran dan bertanya-tanya mengenai, 'kenapa bisa jadi begini?'
Jelas-jelas ia melihat bahwa tembakan peluru yang mengincarnya berbekas di dinding ini. Semestinya ada lubang peluru yang melubangi permukaan tembok ini.
Tidak hanya itu, seharusnya ada satu jenazah yang tergeletak di sini. Ia juga ingat, darah jenazah itu sampai memenuhi trotoar ini. Tetapi, bagaimana mungkin sekarang semuanya menjadi sangat bersih? Bekas peluru pun juga hilang di dinding.
"Chengjing, apa yang membuatmu gelisah seperti ini?" Tanya Liu Sijie yang belum memahami maksud Shen Chengjing. Akan tetapi ia tidak merasa aneh dengan sikap gadis ini. Mengetahui bahwa Shen Chengjing ingin balas dendam dengan pamannya, Shen Chengjing mungkin jadi seperti ini karena terlalu bekerja keras!
"Sijie, apa kamu mengenal orang di kantor sipil? Bantu aku periksa dia." Ucap Shen Chengjing yang menoleh ke arah Liu Sijie sambil memegang tangannya dengan erat.
Liu Sijie pun menghubungi temannya yang bekerja di kantor sipil dan menanyakan identitas dari pria yang menikah dengan Shen Chengjing ini. Setelah beberapa menit menghubungi temannya, Liu Sijie menutup telepon dan ia pun ikut penasaran seperti Shen Chengjing. "Dia bilang, tidak bisa mengetahui orang ini," ujarnya.
"Phak." Seketika surat nikah itu terjatuh ke lantai dan wajah Shen Chengjing langsung berubah pucat. Sambil melihat ke arah Liu Sijie, ia berkata, "Apa aku baru bertemu dengan hantu? Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?"
Shen Chengjing mengambil surat nikahnya dan melihat foto mereka berdua. Namun foto pria itu benar-benar nyata dan ada di sana.
"Temanku juga berkata bahwa kamu sudah resmi menikah dengan pria di foto itu." Tambah Liu Sijie.
Shen Chengjing yang mendengar hal itu tentu terkejut. Ia sungguh ingin muntah seakan kabar itu membuat tenggorokannya tersumbat oleh darah yang banyak mengalir ke otaknya. Intinya, gadis ini berusaha keras memahami situasi ini.
"Ekspresi wajah apa itu? Setidaknya kamu mendapat pertolongan cepat karena pria itu, tidak ada masalah! Mendapatkan surat nikah juga tidak membuatmu kekurangan apapun," ucap Liu Sijie.
Liu Sijie pun menambahkan dengan maksud bercanda, "Malah sebenarnya, aku merasa bahwa pria ini juga tampan. Ada kemungkinan dia adalah orang yang terkenal dan Tuhan yang mengutusnya untuk menyelamatkanmu, haha."
"Masih tertawa? Aku takut kalau orang-orang tadi tidak akan melepaskanku semudah itu." Ucap Shen Chengjing sambil menyimpan surat nikah itu di dalam tas. Ia pun kembali memikirkan cara untuk membalas perbuatan Keluarga Shen.
Saat Shen Chengjing memikirkan langkah lanjutan dari rencananya, tiba-tiba ponselnya berdering. Ia sekilas memperhatikan nama kontaknya dan mengangkatnya, "Halo, Guru."
Melihat ekspresi Shen Chengjing selama menerima panggilan ini, sepertinya gadis ini mendapat kabar yang membahagiakannya. Setelah menutupnya, ia pun memeluk Liu Sijie dengan perasaan yang amat senang.
"Sijie, akhirnya aku punya kesempatan menjadi artis terkenal. Kali ini ada perusahan yang mencari artis muda di sekolah. Mereka memilihku menjadi pemeran tokoh perempuan kedua, aku bukan sedang bermimpikan?" Jelas Shen Chengjing.
Shen Chengjing sebenarnya bersekolah di akademi seni di kota A. Sekarang, ia sudah berada di tingkat akhir, sebentar lagi dirinya hampir lulus. Saat ini ia harus ikut magang sebagai syarat awal kelulusannya.
Sayangnya, sekolah akademi seni ini tidak pernah kekurangan artis yang bagus. Shen Chengjing yang tidak memiliki bakat khusus di bidang seni pun kesulitan bersaing dengan para siswa lainnya.
Dengan kondisi seperti itu, ia pun hanya bisa magang di tempat yang tidak sesuai dengan keahliannya. Namun tidak disangka, ia bisa mendapatkan peran tokoh perempuan kedua yang diimpikannya!
Wah, kesempatan ini adalah langkah pertamanya memasuki dunia perfilman!
Mengenai bisnis Keluarga Shen, sebenarnya itu juga tidak terlalu besar. Akan tetapi perkembangannya sangat bagus dan tidak pernah merugi.
Sayangnya setelah ayah Shen Chengjing meninggal, Shen Zhicai menggunakan alasan bahwa sekarang perusahan sedang kesulitan memutar uang. Pamannya ini pun menghentikan semua aliran dana uang jajan Shen Chengjing.
Meski dikenal sebagai Nona Muda di Keluarga Shen, beberapa tahun ini Shen Chengjing sudah terbiasa mengerjakan pekerjaan apapun untuk mencari uang. Sayangnya sejak saat itu pula, ia telah dilupakan oleh Keluarga Shen
Sampai pada hari ini, Shen Chengjing baru menyadari bahwa paman yang dianggap paling dekat dengannya telah menginginkan kekayaannya….
"Selamat... selamat... akhirnya jodoh Shen Chengjing kita telah datang! Suamimu pasti seorang dewa dan pasti dewa keberuntungan." Liu Sijie masih belum bisa melupakan pria yang namanya tertulis di atas surat nikah itu.
"Suami apa?" Shen Chengjing memutar matanya dengan malas.
Mereka berdua pun saling bercanda di jalanan dan saling bergandengan tangan. Mereka pun berjalan untuk makan malam bersama di satu rumah makan kecil. Selama perjalan, Liu Sijie masih terus membahas tentang sosok pria misterius itu, Mo Yanchen.
Di sisi lain, mereka tidak menyadari adanya sosok bayangan yang memperhatikan mereka berdua. Saat mengetahui mereka berdua menjauhi tempat ini, ia pun berbalik dan pergi begitu saja.