Dipusat kota yang ramai, sebuah mobil Land Rover mewah datang secepat kilat.
Lampu di dalam mobil agak redup dan pria yang duduk dibelakang sedang menyipitkan matanya sambil memandang ke arah luar jendela.
Raut wajah pria itu sangat jelas, ketampanan pria itu sangat mengagumkan. Bibirnya yang seksi itu tertutup rapat dan seluruh tubuhnya memancarkan aura yang dingin. Tampak menenangkan namun juga menakutkan.
"Kak Chen, aku sudah memeriksa masalah itu."
"Iya?" Ucap pria itu dengan suara yang memabukan. Alisnya pun ikut naik secara perlahan seraya menanggapi lawan bicaranya.
"Ada perusahan ilegal yang mengkhususkan diri dalam mengembangkan senjata dan menjiplak model rancangan kita. Sepertinya, mereka juga ingin menyalahkan kesalahan kekurangan rancangan itu kepada kita," jawab lawan bicaranya yang bernama Wu Hao.
Wu Hao pun menambahkan informasinya dengan penekanan, "Sekarang kita sudah mendapatkan informasi bahwa perusahaan ini ada di kota ini."
"Berani mempermainkan aku? Sangat menarik, langsung habisi saja mereka!" Perintah pria tampan ini.
"Baik," jawab Wu Hao singkat dengan suara yang dalam. Seluruh tubuhnya memancarkan aura yang siap untuk membunuh.
Di dunia ini, orang yang berani mencari masalah bahkan ingin melukai Mo Yanchen pasti akan merasa seolah tidak ingin dilahirkan di dunia ini!
Anggapan ini memang tidak salah. Mo Yanchen merupakan salah satu keturunan dari Keluarga Mo yang terkenal. Tingginya reputasi keluarga tersebut bahkan mampu membuat keluarga itu berbuat apapun di Kota A yang besar ini.
Keberhasilan Keluarga Mo dalam mempertahankan reputasinya di puncak pun bukan hanya dibayangi oleh legenda masa lalunya. Nyatanya, reputasi Keluarga Mo dapat terus meningkat karena kemampuan keturunannya yang luar biasa..
Salah satunya Mo Yanchen. Sejak umur 15 tahun, ia sudah disekolahkan ke luar negeri untuk mendapat pelatihan yang keras. Sejak kembali dari luar negeri dan berumur 18 tahun, ia diperintahkan untuk bergabung dalam kesatuan kepolisian.
Selama bergabung di kepolisian, Mo Yanchen sudah memimpin satu markas polisi selama tiga tahun lamanya. Dengan kinerjanya yang baik itu, lima tahun berikutnya, ia diperbolehkan membuat tim khusus.
Sejak saat itu, Mo Yanchen pun menjadi seorang pemimpin terbaik dengan cara yang sangat misterius. Tentu, banyak orang yang penasaran dengan kemampuan Mo Yanchen hingga mendapat prestasi yang sehebat itu.
"Pertemuan perjodohan malam ini, apakah Anda akan mendatanginya?" Tanya Wu Hao dengan perasaan ragu dan berani.
Pertanyaan ini tidak salah. Apalagi Keluarga Mo telah menyebarkan kabar kepada khalayak umum bahwa Tuan Muda Mo yang masih berstatus lajang di umur ke dua puluh delapan tahun akan mengadakan pertemuan perjodohan yang amat meriah.
"Hentikan mobilnya," ucap Mo Yanchen dengan ketus.
"Baik." Wu Hao langsung menghentikan mobil.
Pada malam yang agak dingin ini, Mo Yanchen keluar dari mobilnya dan berdiri di samping mobilnya. Ia pun menyalakan sebatang cerutu dan menghisapnya dengan lama.
******
Di sisi lain, tampak Shen Chengjing berjalan di trotoar jalan.
'Menikah, aku pasti akan menikah besok,' ucap Shen Chengjing dalam hati. Ia sungguh merasa panik dan tidak tahu langkah yang harus dilakukannya.
Shen Chengjing sebenarnya adalah orang yang pendendam. Ia tidak pernah memberikan kesempatan apapun kepada musuhnya! Kalau pamannya telah merencanakan rencana sejahat itu, maka ia juga akan membalas mereka dengan balasan yang setimpal.
Agar hal itu bisa terjadi, Shen Chengjing tentu harus menikah sebelum besok siang. Setelahnya, ia akan dengan puas menampar wajah Shen Zhicai dengan keras!
Saat keluar rumah, Shen Chengjing pergi agak terburu-buru. Ia tiba-tiba menolehkan kepala untuk melihat lampu jalanan yang banyak dilewatinya tadi.
Tidak jauh dari sana, ia juga melihat sosok bayangan badan manusia yang besar, berdiri di depan sepeda yang rusak. Sosok itu tampak sedang merokok dan kelihatannya sosok itu sedang dalam perasaan yang tidak senang.
Ah, Shen Chengjing, sosok itu adalah Tuan Mo. Orang itu bukannya tidak senang, hanya saja sedang memilih untuk merokok. Sedangkan sepeda yang rusak itu, sebetulnya hanya kebetulan saja berada di sana.
"Ee..., Tuan, apakah Anda belum menikah?" Tanya Shen Chengjing secara tiba-tiba kepada Mo Yanchen.
Mo Yanchen yang sedang asyik menikmati rokoknya tentu langsung menghentikan kegiatan merokoknya. Ia pun mendongakkan kepalanya dan menatap gadis yang berada di depannya itu.
"Bagaimana kalau menikah denganku, aku akan membuatkan surat nikahnya untukmu. Aku sekarang memerlukan suami. Setelah selesai, aku pasti tidak akan merugikanmu," tambah Shen Chengjing sambil menggosok tangannya dengan tidak tenang.
Shen Chengjing berusaha tersenyum manis dan menatap sepasang mata hitam pria itu. Ia tiba-tiba merasakan hawa dingin yang terpancar di wajahnya. Ia pun langsung mundur beberapa langkah.
"Ehem...!" Shen Chengjing sebenarnya ingin mengatakan sesuatu lagi. Hanya saja ia terdiam karena kebingungan melihat respon pria itu.
Dia melihat pria itu membuang puntung rokoknya dan langsung menginjaknya sampai apinya mati. Tindakan yang kasar seperti itu dibuat menjadi terlihat begitu anggun dan maskulin.
Di sisi lain, Shen Chengjing sungguh ingin mundur tetapi tangannya malah ditarik dengan erat ke arahnya.
"Ah." Shen Chengjing masuk ke dalam pelukan pria itu.
Shen Chengjing sangat bangga dengan tinggi badannya yang mencapai 168cm. Akan tetapi tingginya hanya sampai sebatas dagu pria itu, tindakannya yang kasar membuat wajah Shen Chengjing berubah menjadi panik dan ketakutan.
Tidak lama kemudian, Shen Chengjing memukul pria itu dengan kuat.
"Lepaskan aku, brengsek, lepaskan aku sekarang! Atau aku akan lapor polisi!" Ucap Shen Chengjing yang berubah kesal kepada Mo Yanchen.
"Tutup mulutmu."
Shen Chengjing ingin menangis. Ia hanya menginginkan surat nikah, tetapi kenapa bisa bertemu dengan seorang 'bandit'? Apakah pria itu ingin melakukan hal yang tidak senonoh kepadanya?
Memikirkan semua itu sungguh membuat Shen Chengjing langsung mengangkat lututnya dan memukul ke arah bawah badan pria itu.
Tiba-tiba terdengar suara, "Shuut… Shuut!!!"
Astaga! Itu adalah suara tembakan dua peluru yang menghantam dinding. Walau mengenai dinding, kedua tembakan itu memang diarahkan kepada mereka berdua.
Mo Yanchen tetap diam dan tenang. Dengan gerakan yang sigap, ia mengangkat kakinya dan mendorong Shen Chengjing dengan kakinya ke arah kiri. Kemudian dia pun memeluk Shen Chengjing ke belakang tembok untuk melindunginya.
Mo Yanchen pun mengambil pistol kecil berwarna perak dan menembak ke arah depan. Dalam sekejap tembakan berikutnya yang mengarah kepadanya sudah tidak bersuara lagi.
"A!!! Hati-hati…." Ucap Shen Chengjing. Ia pun melihat pria itu menoleh kepadanya. Namun, Mo Yanchen dengan lincah memukul pria berbaju hitam dengan gerakan yang sangat cepat, jitu dan sadis. Pada akhirnya, pria berbaju hitam itu tersungkur ke lantai dengan mengenaskan.
"Eee?" Shen Chengjing ketakutan sampai lututnya lemas. Akan tetapi Mo Yanchen tiba-tiba membalikkan badan dan mencium Shen Chengjing dengan bibir seksinya.
Sayangnya, perasaan canggung Shen Chengjing membuatnya merasa seolah dialiri listrik pada setiap saraf di tubuhnya.
"Benar ingin menikah denganku?" Tanya Mo Yanchen sambil menatap dingin Shen Chengjing yang masih belum bereaksi sejak dicium olehnya.
"Ah, apa yang mau kamu lakukan?" Teriak Shen Chengjing dengan keras.