ting. tong.
suara bel rumah berbunyi nyaring, membuat Sandra yang sedang bermain dengan Kai langsung beranjak dari duduknya.
langkah kaki Bi Narni terdengar tergesa, namun dihentikan Sandra, "biar saya saja yang buka bi." kata Sandra membuat Bi Narni kembali ke dapur menyelesaikan cucian piring yang belum selesai.
"selamat pagi tante!" sapa Pra seraya tersenyum dan menyalami Sandra, tamu yang datang ke kediaman Halim.
Sandra menyambut hangat kedatangan Pra di pagi hari itu, dan mempersilahkannya masuk.
"ini ada titipan dari ibu, kebetulan beliau baru datang dari Semarang." Pra menyerahkan sebuah paper bag berukuran sedang yang berisikan Roti Ganjel Rel, Brownies Opium, Tahu Bakso, juga Bandeng Presto.
makanan khas asal Semarang yang selalu dibawa oleh orangtua Pra saat mengunjungi anak-anaknya di Jakarta.
"wah terimakasih banyak lho Pra, sampaikan terimakasih tante untuk ibu kamu, dan titip salam juga buat orangtua kamu ya Pra." ucap Sandra seraya menerima bingkisan yang dibawa Pra dengan senang hati, karena Bandeng Presto salah satu makanan favoritnya.
"nanti saya sampaikan." balas Pra yang juga ramah.
"kalo begitu tante ke belakang dulu ya soalnya Kai sendirian, sebentar lagi Aksa juga turun, dan anggap aja ini rumah sendiri ya." kata Sandra yang masih tersenyum.
"iya tante." Pra masih tersenyum saat Sandra berlalu ke ruang keluarga sembari menenteng oleh-oleh dari Semarang, setelah memberitahu Bi Narni untuk membuatkan minum.
dirinya berpikir jika Dayana memiliki senyuman indah itu berasal dari mamanya.
sangat manis dan cantik. akui Pra dengan jujur.
"weh bro, udah di sini aja pagi-pagi." seru Aksa yang tiba-tiba muncul di ruang tamu, saat Pra sedang termenung.
"lo sendiri yang nyuruh gue datang pagi-pagi." sahut Pra yang entah bagaimana menjadi menuruti Aksa, setelah mengetahui perempuan yang datang dalam hidupnya beberapa minggu lalu adalah adik dari sahabatnya.
Aksa terkekeh mendengarnya. "lebih baik lo pergi keliling komplek, entar bakal ketemu sama adek gue yang paling cantik."
"ini minumannya mas Praha." ujar Bi Narni yang memang sudah tau tentang Pra.
"terimakasih bi." ucap Pra yang tersenyum ramah, Bi Narni pun undur diri setelah menaruh minumannya.
"sebentar, jadi adek lo lagi gak ada di rumah?" tanya Pra usai menyeruput jus apel buatan rumah itu.
"makanya gue suruh lo keliling komplek, karena dia lagi jogging." jawab Aksa seraya memakan kue yang ada di meja tamu.
Pra terdiam sejenak, memikirkan aksi apa yang harus ia lakukan.
helaan napas Aksa membuat Pra tersadar. "udah gak usah banyak mikir gitu lo, jangan ngelewatin kesempatan ini, pergi sana jemput jodoh lo." cetus Aksa membuat Pra langsung beranjak dari duduknya.
"semangat calon adik ipar!" kata Aksa sedikit berteriak memberikan semangat dukungannya untuk sahabat yang akan merangkap jadi adik iparnya, tapi itu juga jika Dayana menerimanya.
saat Pra mengemudikan kembali mobilnya dalam kecepatan yang rendah, dirinya mengamati setiap sudut komplek ini.
mencari sosok Dayana yang entah bagaimana bisa memporak-porandakan hidupnya sejak pertemuan mereka di atap waktu itu.
dan terlihat sudah orang yang ia cari.
taman komplek menjadi tujuannya, karena Dayana sedang duduk di sana.
"untuk kamu." ucap seseorang yang memberikan sebotol air mineral pada Dayana dan duduk di sebelah wanita yang kini sedang menatapnya penuh keterkejutan.
"kenapa kamu di sini?" tanya Dayana yang terdengar dingin.
pria itu tersenyum. "aku sedang menginap di rumah mertuaku, memangnya tidak boleh aku ada di sini? ini tempat umum."
dan ternyata pria yang datang memberikan botol air mineral juga sedang duduk bersebelahan dengan Dayana adalah mantan kekasihnya, Randi.
Dayana tersenyum kecut mendengar ucapan pria yang paling ia tidak sukai, lalu menyimpan botol air mineralnya itu di bangku yang dirinya duduki.
rumah mertuaku. batin Dayana yang geli mendengarnya.
"kamu sendirian?" pertanyaan Randi terdengar seperti dua arah, entah itu menanyakan sendiri dalam artian Dayana berlari pagi, atau sendiri dalam arti statusnya.
saat hendak beranjak dari situasinya itu dan tak ingin menghiraukan pertanyaan Randi, seseorang memanggil nama Dayana seraya berjalan ke tempatnya.
"Dayana!" suara panggilan itu adalah Pra yang sejak tadi mengamati keduanya saat Pra hendak menghampiriDayana.
Dayana lalu menatap Pra, begitu juga Randi yang menatap sembari mengernyitkan alis dan dahinya.
"maaf menunggu lama." ucap Pra yang sebenarnya dirinya mulai membuat drama di pagi hari agar Dayana terlihat sedang menunggunya.
Sana terdiam sejenak lalu mengerucutkan bibirnya, "kamu memang lama sekali, sampai aku tidak nyaman nunggu di sini." sahut Dayana terdengar merajuk, dan mulai mengikuti alur drama Pra.
"maafkan saya ya, ya sudah sekarang lebih baik kita pergi dari sini." ujar Pra yang menautkan jari tangannya pada jari tangan Dayana, sejenak Dayana terdiam sembari menatap jari mereka saling bertaut.
lagi-lagi mata mereka bertemu.
suara dehaman Randi membuat keduanya saling melepas tatapan.
"kami permisi." ucap Pra dan Dayana bersamaan, kedua orang itu berlalu meninggalkan Randi dengan ribuan tanya.
"Dayana dengan laki-laki yang datang ke pernikahanku, lagi?" gumam Randi yang masih terdiam di taman.
di dalam mobil, keduanya saling diam dengan pemikiran masing-masing.
"sejak kapan kamu ada di sana?" pertanyaan Dayana memecahkan keheningan mereka.
Pra melirik sekilas. "saat kamu didatangi mantanmu." jawab Pra mengingat kejadian di taman tadi.
"oh." balas Dayana singkat.
"kamu udah sarapan?" tanya Pra yang hendak membelokkan mobilnya menuju arah rumah keluarga Halim.
"belum." setelah mendengar jawaban Dayana, mobil yang dikemudikan Pra pun berganti arah menuju arah keluar komplek.
"eh, ini mau ke mana?" tanya Dayana panik.
"sarapan."
Dayana menatap Pra dengan bingung. "gak usah, di rumah saja."
"sudah nanggung." ujar Pra, lalu mobilnya berhenti tepat di pinggir warung nasi uduk emperan.
mereka berdua pun sedang menyantap nasi uduk yang dekat dengan komplek perumahan keluarga Halim.
"terimakasih Pra," ucap Dayana disela makannya, Pra yang mendengar menghentikan aksi suap-menyuapnya.
"untuk?"
Dayana tersenyum menatap Pra yang duduk dihadapannya. "untuk semua yang telah kamu lakukan."
Pra menatap Dayana dengan perasaan yang tak karuan, hatinya terasa mencair setiap melihat senyuman wanita pujaannya itu.
"karena kamu selalu ada saat saya sedang berada di situasi tertentu, sebenarnya saya malu tapi ya sudah terlanjur kamu mengetahui semuanya, jadi terimakasih banyak." jelas Dayana membuat Pra tersenyum dan mencoba untuk tidak terlihat kentara jika dirinya menyukai wanita di hadapannya itu.
"saya melakukannya karena saya ingin, jadi jangan sungkan untuk meminta bantuan pada saya."
Sana tersenyum lebar mendengarnya dan ia melanjutkan makannya hingga habis, begitu pula dengan Pra karena dirinya merasa amat senang dengan kemajuan mendekati wanita pujaan hatinya.
keduanya sudah berlalu menuju kediaman Halim, langit yang kelabu terasa cerah untuk Pra yang sedang kasmaran, sementara Dayana hanya sedikit lebih tenang karena Pra selalu menjadi sosok penyelemat dari masa lalunya.
.
.
.
.
.
TBC