semenjak kejadian Dayana menghadiri pernikahan mantan kekasihnya sebulan yang lalu, dirinya kini mulai terbiasa dengan situasinya saat ini.
berstatus single membuatnya terasa lebih bebas, namun terasa ada hal yang hilang entah hal apa yang hilang darinya.
"udah lama lo nunggu?" tanya Kalam yang baru saja sampai di cafe yang menjadi tempat dinner lima sekawan usai bekerja.
Dayana yang memang sampai duluan itu pun tersenyum. "baru lima belas menitan." jawab Dayana seraya menyeruput ice americano miliknya.
"tumben muka lo gak murung lagi Day." kata Kalam membuat Dayana mengangkat sebelah alisnya. "emang pernah ya gue murung?" tanyanya dengan begitu percaya diri, membuat Kalam menyentil dahi wanita yang ada tepat di depannya itu.
"bagus ya sekarang bisa bilang gini, kemarin-kemarin mana ada lo bisa ngomong dengan begitu confident tentang perubahan ekspresi lo itu." keduanya pun terkekeh karena ucapan Kalam barusan membuat Dayana sadar jika 'kemarin' dirinya benar-benar dibuat gila.
dan sampai hari ini pun dia masih gila, bukan karena masih tidak bisa melepasnya, melainkan gila karena lukanya yang belum kunjung mengering, dan ketakutan lain menghampirinya.
"eh Day, ada salam dari Ardan yang mantan ketua BEM." ucap Malik membuat semua yang mendengar, kini mereka menatap ke arahnya untuk melihat reaksi Dayana.
"oh, waalaikumussalam." jawab Dayana datar membuat semuanya menghela napas, terkecuali Air yang memang merasa Dayana masih belum bisa dekat dengan pria lain.
"Day, mana bisa lo cepet move on kalo ada yang mau deketin aja lo-nya udah menutup diri gitu?" tanya Malik membuat Dayana memainkan kedua alisnya.
"lo serius mau menghilangkan kesempatan emas ini Day?" kini giliran Btari yang bertanya, maksud 'kesempatan emas' itu adalah dekat dengan Ardan yang kini menjadi seorang diplomat.
Dayana menghela napasnya sejenak. "gue gak mau deket sama seseorang, cuman menjadikan mereka batu loncatan gue buat bisa melampiaskan apa yang gue alami di masa lalu,"
"...jadi lebih baik gue menikmati waktu kesendirian gue dulu, kalo udah saatnya juga pasti gue membuka diri dan hati lagi." jelas Dayana membuat keempat manusia di sekelilingnya itu lanjut makan.
"tapi inget kalo lo juga punya kita, jangan mendem semua sendirian, gila baru tau rasa lo." kata Btari membuat semua yang di sana tertawa mendengarnya.
"lha, kenapa kalian ketawa?" bingung Btari membuat Dayana melempar tisu pada sahabat perempuan satu-satunya itu.
"udah gak udah paham aja, mending lanjut makan aja deh lo." sahut Malik membuat semuanya tertawa lagi.
Aku berhenti berharap dan menunggu datang gelap
Sampai nanti suatu saat tak ada cinta kudapat
Kenapa ada derita bila bahagia tercipta?
Kenapa ada sang hitam bila putih menyenangkan?
Aku pulang tanpa dendam
Kuterima kekalahanku
Aku pulang tanpa dendam
Kusalutkan kemenanganmu, wooo~
ya, kini lima sekawan itu sedang berada di sebuah karaoke langganan mereka dari jaman SMA.
saat Kalam ikut terhanyut dalam lagu Berhenti Berharap milik Sheila on 7 yang dibawakan salah satu sahabatnya itu, dirinya berpikir ada sesuatu yang berbeda dari Air.
"itu si Air, dia bisa galau juga ternyata." bisik Kalam pada Dayana membuat Btari yang mendengar pun menyahuti.
"emang dia punya pacar gitu?"
"wah parah lo Ri, diem-diemnya si Air tuh pacarnya jangan salah," Btari yang penasaran pun langsung menyela ucapan Malik.
"jangan salah apa?"
Malik mendengus. "jangan salah, kalo dia emang kagak pernah punya pacar." tuntas Malik membuat semuanya tertawa, karena perkataan Malik yang terdengar lucu.
kini giliran lima sekawan yang sedang bersiap menyanyikan lagu milik Westlife - Swear It Again yang adalah salah satu lagu favorit mereka.
I'm never gonna treat you bad
'Cause I never wanna see you sad
I swore to share your joy and your pain
And I swear it all over again
All over again
Some people say
That everything has got it's place in time
Even the day must give way to the night
But I'm not buying
'Cause in your~
setelah lelah tertawa dan meluapkan perasaan terpendam masing-masing, akhirnya lima sekawan itu beranjak pulang.
saat dalam perjalanan dalam satu mobil yang sama, sebuah pesan singkat mengisi pesan masuk milik Dayana.
Praha H.
how's your day today, Drisana?
entah kenapa, satu kalimat dari pesan yang Pra kirimkan membuat Dayana merasa senang, karena jarang sekali orang-orang terdekatnya menanyakan tentang harinya, bahkan dirinya sendiri tidak pernah menanyakan itu pada dirinya.
jarinya menari cantik di atas layar ponselnya, jelas sedang membalas pesan Pra.
Dayana.
it's better than yesterday, at least!
hbu? semuanya baik?
balasan dari Dayana telah ia kirimkan pada Pra, Btari yang diam-diam memperhatikan gerak-gerik Dayana pun merasa curiga dengan sahabatnya itu.
"Day, lo lagi deket ya sama seseorang?" tanya Btari membuat semua yang ada di dalam mobil menatapnya, termasuk Air yang mengemudi pun melirik pada kaca tengah.
"SERIUSAN LO DAYANA?!!!" sela Malik yang heboh karena pertanyaan Btari.
"kenapa emangnya?" sahut Dayana yang tenang-tenang saja.
"bacot lo Ananta Malik! cepet jawab itu iya apa engga, sayangku Dayana!" kesal Btari karena penasaran sama orang yang bertukar chat dengan Dayana.
Kalam dan Air hanya menjadi penonton tiga manusia yang duduk kursi penumpang belakang.
"gak, gue gak deket sama siapa-siapa, puas lo?!" jawab Dayana.
"halah lo Lembayung, dasar bigos lo!" cela Malik membuat Btari mendengus.
"tapi lo sendiri tadi heboh ya bego!" cibir Btari membuat Dayana malas dengan pertikaian kucing dan tikus itu.
dirinya lebih memilih melihat jalanan dini hari yang selalu ia lihat sejak masuk ke dunia kerja, sementara Kalam dan Air lebih memilih terdiam dalam pemikiran masing-masing.
pagi sabtu yang mendung membuat Dayana terus meringkuk di dalam selimutnya, ditambah lagi dirinya sedang datang bulan.
rasa malas semakin mencuat, tidur lagi adalah jalan keluarnya. namun, suara ketukan pintu yang cukup keras membuat Dayana membuka matanya kembali. "siapa?"
"mama." sahut Sandra berdiri di depan pintu kamar Dayana sembari menahan amarahnya, karena anak perawannya itu suka sekali diam di kamar sejak berstatus jomblo.
"masuk aja ma, gak dikunci ini."
Sandra pun langsung masuk ke dalam kamar putri semata wayangnya itu, lalu menarik paksa selimut yang menutupi penuh tubuh sang anak.
"bangun Dayana, jangan tidur lagi! sana pergi jogging!" ujar Sandra yang terus menarik paksa selimut Dayana, dengan pasrah Dayana menyibak selimutnya dan menatap mamanya kesal.
"ma, Day lagi dapet, males kalo jogging lagi begini, apalagi cuacanya mendung." jelas Dayana yang tidak menjadikan alasan dirinya memaklumi sang anak.
"gak ada alasan Dayana, ayo jogging." dengan berat hati Dayana berjalan gontai menuju kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum pergi jogging terutama saat datang bulan.
setelah berlari mengelilingi komplek walau satu putaran blok, Dayana memilih beristirahat sejenak di sebuah taman yang ternyata sepi karena sudah jelas cuaca pagi ini tidak mendukung para manusia berolahraga, tepatnya mendukung untuk mengejar mimpi di atas kasur.
"untuk kamu." ucap seseorang yang memberikan sebotol air mineral pada Dayana dan duduk di sebelah wanita yang kini sedang menatapnya penuh keterkejutan.
.
.
.
.
.
TBC