entah mendapat ide dari mana Aksa berniat menyuruh Dayana untuk menghadiri pesta pernikahan mantan kekasihnya.
tentu didampingi oleh orang kepercayaannya, yaitu Praha Hartanto atau Pra--- pria asing yang menawari Dayana rokok di awal pertemuan mereka. tentunya setelah berdiskusi terlebih dahulu dengan keluarganya, kecuali Dayana yang menjadi bahan diskusi keluarga, dan ternyata mendapat hasil pro dan kontra.
jelas kalian bisa menebak siapa yang pro, pastinya Mama Sandra dan Mbak Indira, sementara yang kontra adalah Papa Candra dan Mas Tama,
karena tinggal poin tambahan dipegang Aksa jelas dua sisanya harus menyetujui mereka yang pro, karena Aksa ingin mendekatkan adiknya dengan sahabatnya.
"mama setuju sama tujuannya Aksa." kata Sandra yang memang ingin melihat Dayana ceria kembali.
"Indira gimana baiknya aja ma." sahut istri Tama membuat Tama hanya terdiam, sementara Candra berpikir sejenak.
"jika terjadi sesuatu dengan adik kamu, maka kamu tau akibatnya Aksa." tegas Candra membuat Aksa tersenyum penuh kemenangan.
"jangan khawatir pa, Aksa yakin Day pasti baik-baik aja, dan dia pasti mau pergi ke sana juga, terus papa sama mama dan Mas Tama pun sudah mengenal siapa Pra 'kan? siapa tau Pra itu jodohnya Day yang baru dipertemukan sekarang." timpal Aksa membuat Candra kehabisan kata-kata mendengar ucapan anak tengahnya itu.
"gue serahkan semuanya sama lo Sa." cetus Tama yang memilih berlalu menemani Kai yang sedang bermain di taman belakang bersama Bi Narni--- ART rumah ini.
sementara orang yang dibicarakan sedang menikmati tidur pagi di hari minggu yang kelabu.
dering suara yang berasal dari ponselnya membuat Dayana terbangun dari lelapnya tidur.
ternyata, Btari yang menelepon.
"ada apa Ri?" tanya Dayana yang terdengar parau.
"lo sakit? kenapa gak dateng ke rumah gue? nih anak-anak lagi pada di rumah." kata Btari di sebrang sana yang terdengar sangat ricuh karena suara makhluk-makhluk kelaparan.
"gak, gue baru bangun tidur kayaknya gue gak ke sana dulu, mungkin next time gue hangout bareng kalian." balas Dayana yang memang tidak ingin keluar siang hari di hari minggu ini.
"yaudah deh, have a nice day Day, jangan sedih mulu lo nanti cepet tua muka lo kayak nenek-nenek, see you!"
sambungan telfon pun terputus.
"sialan emang." umpat Dayana yang beranjak menuju kamar mandi.
Dayana yang asyik membuat kue sementara Indira yang sedang pergi sebentar ke toilet pun, dikejutkan dengan pertanyaan yang sebenarnya perintah dari sang mama.
"kamu bisa datang 'kan Day, ke nikahan Aurel? karena mama sama papa ada acara sama kolega papa, nanti sore udah pergi."
kedua matanya mengerjap berulang kali setelah mendengar ucapan mamanya,
ini mama serius? mama gak salah 'kan? ini pernikahan dia lho ma. batin Dayana yang terus mencoba untuk terlihat tenang padahal hati sudah ketar-ketir.
"karena kamu diam, artinya setuju ya." tungkas mamanya membuat Dayana terdiam setelah melihat sang mama berlalu menuju ruang keluarga, meninggalkannya dengan sejuta kegelisahan.
"kenapa princess?" tiba-tiba Aksa muncul entah dari mana.
Dayana menatap Aksa penuh permohonan. "kak, masa iya gue harus dateng ke nikahan dia?"
"dateng aja, coba lo tunjukkin kalo lo biasa aja setelah ditinggal sama manusia sok kegantengan itu." kata Aksa membuat Dayana menghela napasnya panjang.
"jangan terlalu banyak ngebatin yang ada lo yang ke siksa sendiri, emang dia mikirin perasaan lo sekarang?"
dor.
masuk! masuk hingga ke ulu hati terasa sangat mual karena ucapan Aksa begitu menusuk hatinya walau ya benar adanya.
tertampar sudah dirinya setelah mendengar ucapan pedas kakak keduanya itu.
"jangan diem mulu udah sana siap-siap, bentar lagi orang yang mau nemenin lo dateng ke sana sebentar lagi nyampe." lanjut Aksa seraya mengelus puncak kepala Dayana, dan berlalu meninggalkan adiknya itu dalam kekalutan.
setelah sadar akan dunia nyatanya, Dayana berlalu menuju kamarnya dan meyakinkan diri jika dirinya baik-baik saja sekedar menghadiri pernikahan mantan yang brengsek itu.
"gue bisa, gue gak apa-apa, Dayana lo hebat kalo lo bisa datang dan menunjukkan wajah lo di hari bahagia mereka." gumam Dayana yang terus menerus meyakin diri sembari menatap diri dalam pantulan cermin.
malam pun tiba.
usai berganti pakaian dan memoles wajahnya dengan sedikit sentuhan makeup, Dayana berdiri dan menatap dirinya lagi dalam pantulan cermin.
cantik.
satu kata yang mendeskripsikan Dayana saat ini.
dirinya mengenakan dress berwarna broken white tanpa lengan, menata rambutnya sedemikian rupa dan hanya menyisakan anak rambut yang semakin memancar aura Dayana.
sebuah ketukan pintu membuat Dayana tersadar dari lamunannya.
"Day ayo turun, Pra udah nungguin." kata Indira yang membuka pintu kamar adik iparnya itu dan terpesona melihat penampilan Dayana.
sementara Dayana mengerjapkan matanya lagi. "tunggu, Pra? Praha yang temennya Kak Aksa?" tanya Dayana yang terlihat kaget dengan ucapan Indira tadi.
Indira hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"kenapa harus dia?" tanya Dayana lagi yang bingung dengan situasinya itu.
"mbak gak tau Day, ayo turun nanti kamu telat." mau tak mau Dayana harus pergi, karena ia tidak bisa bertanya pada Aksa yang notabennya sahabat Pra itu tidak terlihat batang hidungnya.
sementara Tama tidak bisa menemaninya karena akan ada pertemuan dengan kliennya dalam tiga puluh menit dan Indira jelas menjaga Kai, juga kedua orangtuanya sudah pergi sejak sore.
"hati-hati ya Pra, saya titip Day sama kamu." ucap Tama penuh peringatan membuat Pra yang mendengarnya tersenyum.
"iya mas." sahut Pra yang beberapa saat lalu terpesona dengan kehadiran Dayana.
kini keduanya sudah sampai di pernikahan yang sangat Dayana hindari.
entah mengapa sebuah elusan di pundak Dayana yang berasal dari Pra terasa begitu seperti memberi kekuatan dan ketenangan.
"jangan gugup, jangan terlihat sedih dan takut, saya di sini bersamamu, Dayana." bisik Pra tepat di telinga Dayana.
mata mereka bertemu sesaat, saat Dayana menatap Pra dalam keterdiamannya.
Pra jelas sudah mengetahui cerita tentang Dayana dan pernikahan itu dari Aksa saat meminta dirinya untuk menemani sang adik, tanpa penjelasan pun sebenarnya Pra jelas dengan senang hati ingin menemani Dayana.
"ayo." setelah yakin dan menghela napasnya sejenak, keduanya berjalan menuju pelaminan dengan tangan Dayana yang menaut di lengan Pra untuk menyelamati sekaligus memperlihatkan wajah Dayana, jika dirinya menghadiri pernikahan mereka agar semuanya puas.
sorot keterkejutan Randi dan Ibunya begitu nampak jelas terlihat saat melihat Dayana dan Pra sampai di pelaminan dengan begitu percaya diri, hingga menjadi sorotan perhatian para tamu undangan karena penampilan mereka yang menarik hati.
"selamat ya tante atas penikahan anak semata wayangnya, semoga diberikan kebahagiaan." ucap Dayana tersenyum lebar yang memberi selamat terlebih dulu pada Ibunya Randi yang mencoba untuk tidak terlihat kaget di depan Dayana.
"terimakasih." balasnya yang sudah jelas kehabisan kata-kata setelah menantang Dayana untuk datang ke pernikahan anaknya.
dan giliran yang ditunggu, ialah Randi. "congratulations on your wedding day," ucap Dayana yang ia gantung sejenak, "goodbye jerk!" tuntas wanita cantik itu yang sempat berbisik lalu tersenyum semanis mungkin untuk terakhir kalinya.
Randi yang mendengar umpatan selamat tinggal dari mantan kekasihnya itu semakin terkejut, hingga terdengar suara kekehan dari Pra yang hampir membludak.
Dayana dan Pra pun meninggalkan pesta penikahan yang akan mereka kenang sebagai masa lalu yang menyenangkan, menyenangkan karena Pra bisa lebih dekat mengenal Dayana, dan menyenangkan bagi Dayana karena bisa mengucapkan umpatan pertama dan terakhir kalinya teruntuk mantan yang beruntung bisa ia mulai lepaskan sedikit demi sedikit walau hatinya masih merasakan luka.
.
.
.
.
TBC