Chereads / Cinta Om Bule / Chapter 26 - Tes

Chapter 26 - Tes

Malam, sehabis hujan, berdansa di balkon. Pacar, teman, atau teman tapi mencium? Betapa memusingkannya hubunganku dan Rich. Tak terbayangkan. Pacar bukan. Teman? Mana ada teman yang melakukan ciuman di bawah hujan? Selingkuhan? Aih, walau ngeri mengucapkannya tapi sepertinya ini yang paling cocok menggambarkan aku dan Rich.

Sekarang jam dua pagi, Rich masih bersamaku nonton film horor di atas sofabed. Aku di sampingnya. It was! Kini Rich merengkuh tubuhku agar bersandar di dadanya. Sesekali hidungnya yang mancung menyentuh kepala dan rambutku.

Sudahlah, ini sih sudah pasti tak termaafkan di depan Steve. Tamat! Tiba-tiba jadi kepikiran Om bule. Rasanya nggak sanggup mempertanggungjawabkan perbuatanku. Semua sudah terlanjur. Kebersamaan, ciuman, pelukan, sepaket kenikmatan lain yang Rich sodorkan, membuatku lupa dan bermain di belakang Steve.

"Rich ...," kataku sambil beranjak dari pelukannya.

Rich menatapku. Dahinya mengernyit. Dengan ujung jarinya, Ia menekan tombol agar volume televisi mengecil.

"Maaf, aku tak bisa melanjutkan ini," kataku.

"Kenapa, Kania? Apa kurangnya aku dibanding Steve? Kamu bilang aja di mana kekuranganku. Aku akan perbaiki," kata Rich.

Aku menggeleng. Ini semua bukan kesalahan Rich. Ini kesalahanku. Harusnya aku sadar diri, sebentar lagi mau nikah. Nyatanya?! Justru menggila dalam pelukan Rich. Aku jijik pada diriku sendiri. 

"Nggak ada yang salah sama Kamu. Aku yang salah," jawabku.

"Kita saling cinta, Kania. Jangan bohongi perasaanmu. Apa yang kamu takutkan? Steve?!" tanya Rich nada bicaranya mulai meninggi.

Perlahan butiran bening merangkak turun dari mataku. Ingat Om bule. Selama ini Steve sayang dan memperlakukanku dengan penuh cinta. Lihat, apa balasanku? Aku selingkuh!

"Ini bukan masalah takut, Rich. Entahlah! Steve muncul di kepalaku," kataku.

"Kania, biar aku yang bicara pada Steve nanti. Kita punya perasaan yang sama. Oh ayolah! Kita baru saja jujur satu sama lain," pinta Rich.

Kuhela napas panjang. Sadar jika sebentar lagi Rich pun akan terluka. Ya ampun, apa yang kulakukan?!

"Maaf Rich, yang kita lakukan ini salah," jawabku.

"Setelah semua yang kita lakukan tadi, Kania?!" ucap Rich. Sorot matanya menatapku dengan kecewa.

"S***!" teriak Rich.

Kedua tangan itu mengacak rambut dan mengusap wajahnya dengan kasar.

Sesaat Rich memandangku. Aku tak kuat jika menatapnya lebih lama. Kualihkan pandangan.

"Ok, aku pergi, mungkin Kamu butuh waktu untuk sendiri," kata Rich sambil mengenakan kembali celana panjang dan kaos di tubuhnya yang seksi.

Rich sudah menghilang dari kamarku. Aku pusing! Mulutku mencebik. Mungkin perasaan ini akan membaik jika kucari udara segar di luar kamar hotel, atau sekedar minum segelas vodka di bar.

Kusambar outer dan tas. Tiga menit kemudian aku sudah ada di lobi hotel yang masih ramai. Mataku menangkap sosok yang kukenal. Dia sedang menelepon. Rich sedang terhubung dengan seseorang. Bahkan Ia tak menyadari keberadaanku di dekatnya.

"Congrats Steve. She is yours!" teriak Rich.

Hah?! Apa tadi Rich bilang? Dia menyebut Steve? Segera kucari tempat yang bagus untuk medengar pembicaraan mereka.

[Seseorang di telepon yang bernama Steve sedang bicara.]

"She is totally different! S***! I really in love with her," jawab Rich.

[Giliran Steve bicara.]

"F***! I don't care, Dude!" teriak Rich, mulai kasar.

[Giliran Steve bicara.]

"I know, I lost the bet," kata Rich.

[Steve bicara.]

"I said ten million, ok?!" kata Rich.

[Steve bicara.]

"Shut your mouth up! Sorry for this, but I fell in love with your fiance," kata Rich.

[Steve bicara.]

"F***!" teriak Rich sambil menutup telepon.

Aku segera melarikan diri sebelum ketahuan. 

Apa yang kudengar tadi? Benarkah Steve adalah Om bule? Steve yang samakah itu? Rupanya mereka sedang bertaruh. Siapa yang dipertaruhkan? Apakah aku?