Raiga POV
Hari paling ditunggu kini tiba juga.
Konser untuk penutupan acara penerimaan siswa baru akan segera dimulai.
Lelah bercampur senang pastinya.
Aku dan anak panitia lainnya saling bantu saat mendekor panggung. Sudah tentu semua orang begitu sibuk dengan tugas masing masing, terutama aku. Karena kemarin, aku tidak datang kesekolah, Fiya memberiku tugas tambahan yang lebih banyak.
Euh, kadang aku berpikir dia itu teman atau malah musuhku...
Kami semua merasa lega karena aku sudah menemukan band untuk tampil malam ini. Ya, meski ku akui kalau itu juga adalah bantuan Preinan.
Hari mulai sore dan anak anak penghuni baru sekolah kami mulai berdatangan. Tepat waktu setelah semua dekorasi sudah selesai disetting.
"Peralaran panggung, sound system, sama alat alat musik semua udah oke. Woo!." Teriak Erik yang disambut sorak sorai dari kami semua.
Dan, ini juga sekaligus menandakan bahwa setelah konser berakhir, Kami semua telah bebas dari tugas masing masing.
Sangat melegakan.
Tapi, santai saja, ini belum sepenuhnya berakhir.
"Hallo everybody! are you ready to have a big party tonight?. " Fiya membuka acara dengan penuh semangat.
Dan disambut teriakan teriakan penonton berada di sekitar panggung. Orang orang terlihat begitu antusias menanti puncak acara malam ini. Yaitu acara kembang api yang akan sangat memukau siapapun yang melihat. Dan sebenarnya aku sendiri juga sudah tak sabar.
.....
Acara pertama pun dimulai dengan sambutan pertama yang tidak lain dan tidak bukan adalah dari kepala sekolah selaku orang yang paling dihormati, lalu para guru yang membimbing kami selama masa orientasi. Dan terakhir dilanjutkan dengan sambutan yang dibawakan olehku sendiri selaku ketua panitia penanggung jawab.
Huh.. Deg degan.
Aku menaiki anak tangga menuju ke atas panggung sembari mengumpulkan keberanian.
Kenapa rasanya lebih gugup dari hari pertama waktu itu?.
Huh.. Entahlah...
Yang jelas terlalu panjang jika aku tulis pidatonya saat ini. Ringkasnya aku berterimakasih pada teman temanku yang bekerja keras selama beberapa hari terakhir. Sekaligus meminta maaf atas segala kekurangan yang dirasakan selama masa orientasi siswa berlangsung.
Dan akhirnya, semua kegugupan itu berakhir. Saat aku mengucapkan salam tanda penutup pidato dan kembali turun dari panggung.
Setelah semua sambutan disampaikan kini giliran angkatan senior dari sekolah kami unjuk kebolehan.
Seperti grup yang pertama kali tampil sekarang ini. Mereka berasal dari kelas angkatanku, menampilkan pertunjukan dance modern yang sontak menuai riuh tepuk tangan dari para penonton yang sangat antusias.
Salah satu diantara mereka yang menampilkan pertunjukan dance modern itu adalah orang yang ku sukai beberapa bulan terakhir. Namanya Iren. Meira Direnata. Wanita cantik yang dengan rambut panjang dan lesung pipi yang imut. Dia selalu menjadi ikon paling bersinar saat tampil diatas panggung. Dia benar benar sangat cantik.
Ah, ini adalah salah satu pemandangan yang langka.
Karena biasanya, aku hanya mengintip dia saat latihan di aula utama, itu pun dari kejauhan.
Orang sepertiku yang tidak mengikuti ekstra kulikuler apapun selain osis, sangat dilarang untuk masuk ke aula utama sekolah. Hanya mereka yang mengikuti basket, volly, Futsal dan ekskul lainnya yang diijinkan masuk. Katanya sih biar fokus latihan tapi aku rasa itu cuma alasan saja.
Sulitnya melihat dan menemui Iren saat disekolah membuatku perlahan mundur mengejarnya. Tapi bukan berarti aku menyerah. Aku hanya ingin memastikan kalau aku benar benar jatuh cinta padanya atau hanya sekedar suka dan kagum seperti cowok lainnya disekolah.
Jangan salah, dia itu sangat amat populer diantara deretan cowok tampan di sekolahku. Hanya saja, yang beruntung diantara kami hanyalah satu orang.
Ya, orang itu adalah Ferian. Sang ketua osis.
Setelah gosip tentang hubungan mereka menyebar ke seisi sekolah semester lalu, mereka mendapat julukan baru yang diberikan oleh para penggemar mereka. Yaitu Feiren ( singkatan Ferian dan Iren )
Hihh.. Alay
( Feiren berarti bunga manis yang mekar #Menurut bahasa sangsekerta Mbah Lumbu )
Dan aku selalu berharap mereka bermekaran ditanah kuburan saja.
"Cie... " suara seperti ejekan terdengar dari arah belakangku. Aku menoleh dan mendapati sesosok makhluk astral yang sangat ingin ku jitak.
"Apa!. " sahutku ketus
"Biasa aja kali liatinnya, jangan sambil s*nge gitu. " kata erik menggodaku diiringi tawa yang terdengar puas.
"Haha. " balasku tertawa garing
"Dia cantik, ya. " Si mesum Erik memandangi orang yang sama sambil melingkarkan lengannya dipundakku.
"Kamu juga suka sama dia?. "
"Nggak, dia bukan tipeku. " jawabnya enteng
"Tapi, dia itu tipe semua orang. "
"Udah deh, kamu jangan berharap terus sama cewek kayak dia. Nyape nyapein hati aja. "
"Kalo jodoh gimana? Kali aja sekarang dia lagi hilang arah, terus nyasar ke Ferian. " kataku dengan kepedeanku yang selangit
"Lagumu jodoh. Nggak ada pantes pantesnya kamu sama dia. "
"Kenapa emang?. "
"Kok nanya, kalian udah jelas beda kasta. Yang satu cantik, derajatnya setara tuan putri dan yang satu ini.." Dia memandangku dari atas hingga bawah. "Derajatnya sama kaya b*bi hutan. "
"Sialan, mau mati, hah?!. " aku mengacungkan tinju ke depan wajahnya
"Woho, ampun tuan b*bi."
Erik sialan. Dia tambah membuatku pesimis untuk konsisten mengejar Iren.
Tapi omong omong, aku belum lihat Preinan dari tadi. Ini sudah hampir jam tujuh tapi batang hidungnya belum sekalipun aku lihat. Meski mataku sudah berkeliling kesetiap sudut dan celah diantara kerumunan orang yang ada disini. Dia sama sekali nggak nampak. Sama halnya dengan band kak Ariel yang belum kunjung datang.
Huhhh..
Aku merogoh ponsel di saku jeansku dan menekan nomor telpon kak Ariel.
Tuttt tutt tutt..
Tidak ada jawaban.
Aku menelponnya sekali lagi dan masih tidak ada jawaban.
Sial sial sial
Kenapa dia tidak menjawabku. Jelas saja aku mendadak khawatir.
Mereka nggak menipuku, kan? Harusnya mereka sudah datang sekarang. Ini sudah hampir waktunya.
"Kenapa Rai?. " Erik melihatku heran.
"Band nya, mereka nggak bisa dihubungin. "
"Hah, "