Chereads / Terjerat Cinta duda Tampan / Chapter 2 - Pria Tampan

Chapter 2 - Pria Tampan

____///____///____///____

Sheryl melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Jalanan pagi itu tidak terlalu ramai, mungkin karena weekend, membuat iya dengan mudah menjelajah jalanan ibukota. sheryl kini memakai nomor baru dan juga ponsel baru.

Ia masih membiarkan begitu saja ponsel Yang tertinggal di dalam mobi nya. Hari itu dia bermaksud ke rumah temannya yang berada di di wilayah Tangerang untuk menggugurkan kandungan, temannya yang berada di sana sudah pernah melakukannya beberapa bulan yang lalu ketika tanpa sengaja hamil dengan pacar nya.

"Jika aku tidak bisa memilikinya setidaknya aku tidak akan membiarkan ia hidup bahagia dengan pasangannya" Pikir sheryl

___///____///___///___///____

"Brakkk" suara laptop ditutup,

Devan jangan malas bersandar di kursi di sudut bibirnya membawa pesona jahat pandangan mata gelap yang sedikit memicing itu terlihat emosi.

Devan melangkah ke kamar istrinya lewati pintu yang terhubung dari kamarnya.

Safa membuka mata yang basah oleh air mata itu bantalnya, menatap Devan.

Pria itu melihat rasa sakit yang tidak desa bisa disembunyikan di mata sang istri juga wajah pucat nya menunjukkan betapa terlukanya hati wanita itu saat ini Devan langsung mengerti.

Devan melangkah keluar dari  kamar itu ya tak mengeluarkan sepatah kata untuk sang istri, baginya diam adalah yang terbaik untuk saat ini Devan menutup pintu dengan pelan, sedangkan Safa menatap kepergian sang suami dengan tetapan sedih.

Rumah tangganya yang baru seumur jagung sudah begitu banyak mengalami ujian, dan sepertinya ini merupakan ujian terberat nya, Ingin rasanya Dia menyerah saat itu, namun kondisinya yang sedang hamil membuat iya berpikir ulang untuk melakukannya.

Safa mondar-mandir di kamarnya memikirkan masalah yang kini sedang dihadapinya tiba-tiba iya teringat neneknya yang tinggal di kampung saat itu yang terpikir untuk pergi ke sana menemui neneknya dan tinggal bersamanya untuk sementara waktu.

Stafa kemudian meraih koper yang sempat terlempar akibat tendangan Devan ke sembarang arah,

Dia Lalu membukanya melangkahkan kaki ke arah lemari iya sempat meraih pakaiannya kemudian masukkan ke dalam koper. Tatapan matanya tertuju pada sebuah brankas, yang iya sendiri tidak pernah membukanya nya namun ia tahu kuncinya adalah hari pernikahannya.

Safa kemudian membuka brankas tersebut di sana terdapat uang yang cukup banyak menurutnya, iya pun mengambilnya sebagian kemudian meletakkan ke dalam tas nya, ia meraih 2 stel baju yang sudah diletakkan ke dalam koper.

Dia kemudian melihat isi di dalam tasnya mengecek keberadaan ponsel dan yang lainnya. Safa ponselnya kemudian memesan  taksi online dari hp-nya, Setelah dirasa tidak ada yang tertinggal Ia pun keluar dari kamar.

Dia Kemudian melangkah dengan terburu-buru, iya tidak memperdulikan tatapan ibu tirinya dan adiknya saat itu,terlihat senyum jahat mengejek ke arahnya Safa terus melangkah kan kakinya dengan tatapan lurus kedepannya terdengar suara tawa dari ibu tiri dan adik tirinya setelah kepergiannya namun ia enggak untuk menanggapinya

Dia terus melangkah hingga sampailah ke pintu gerbang, dalam hatinya ia berharap tidak  tidak bertemu dengan anaknya dan benar saja harapan itu dikabulkan dan ia tidak bertemu dengan Aslan putranya dia berpikir jika bertemu dengannya pasti dia tidak mengisi mengizinkannya.

Di sepanjang jalan lorong rumah itu dia tidak Belum kan Devan sang suami Ia hanya bisa menebak-nebak keberadaan sang suami yang saat ini kemungkinan tidak berada di rumah

Safa terus melangkah menuju menuju pintu gerbang utama rumah itu dua orang satpam menyapanya kemudian bertanya.

"mau ke mana nona?" Tanya satpam itu

"Saya mau cari angin segar di luar" jawab Safa singkat

"Apakah sudah mendapat izin dari tuan Devan?" Tanya kedua satpam itu

"Sudah" jawab Safar singkat.

"Baiklah baiklah silakan saya akan membuka pintu untuk nona

jawab satpam itu kemudian meraih remote yang ada di pos penjagaan.

satpam kemudian menekan tombolnya secara perlahan pintu gerbang terbuka, shafa  keluar dari pintu pagar, seorang supir taxi seorang telah menunggu di dalam mobil yang plat nomor nya tertera di ponsel

Safa pengen cepat membuka pintu mobil itu setelah yakin dan mencocokan plat nomor yang tertera di dalam aplikasi, ia kemudian buru-buru besok masuk dan menyuruh taksi itu untuk berangkat secepatnya.

Iya sedikit merasa lega karena akhirnya iya bisa keluar dari rumah itu, rumah yang begitu banyak memberi kenangan manis dan pahit, kali ini dia menuju ke terminal untuk berangkat ke rumah neneknya,

Safa mengirimkan pesan pada Reno untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya saat ini, yang ia butuhkan saat ini adalah melupakan sejenak masalah yang sedang dihadapinya.

Reno langsung tahu permasalahan yang dihadapi  saat itu, meskipun iya tidak tahu secara detail apa permasalahan yang dihadapi oleh gadis yang yang spesial ada di hatinya

Setelah mendapatkan persetujuan dari reno Safa pun merasa lega setidaknya bosnya itu mendukungnya.

____///____///____///____

Reno dan Aldo saat itu sedang berada di rumah sakit, keduanya ingin bert bertemu dengan Sely atau Sheryl, dalam hati Reno begitu penasaran Seperti apa wajah gadis yang katanya cantik yang dikencani oleh kakaknya yang hamil,

Keduanya telah sampai di depan kamar VVIP yang dituju, seorang perempuan menyambut keduanya lalu membukakan pintu untuk masuk saat itu rumah sakit dalam keadaan ramai karena merupakan jam besuk untuk rumah sakit itu.

Keduanya melihat seorang laki-laki yang sedang terbaring dengan wajah yang masih pucat.

Mencoba mengingat wajah wanita itu yang baginya tidak asin ia tidak pernah melihat ia pernah melihat tapi lebih tepatnya dia tidak ingat di mana Begitu juga dengan pria yang saat itu terbaring wajah pria paruh baya itu begitu familiar baginya namun biar tidak mengingat di mana iya pernah bertemu dengan keduanya Reno memilih untuk mengabaikan

"Selamat siang tante saya Aldo dan ini ini adik saya Reno." Ucap Aldo.

Mata nyonya jihan sedikit terbelalak melihat keduanya ia membayangkan jika Aldo adalah pria yang labil yang masih sangat dan tidak terlalu tampan,

Yang dilihat sangat jauh berbeda dari bayangannya, di depannya berdiri dua pria dewasa, berbadan tegap tinggi atletis dan berwajah tampan berdiri di depannya meskipun tidak bisa dipungkiri dari pancaran matanya memancarkan Jika dia adalah seorang Playboy. pikirnya

Sungguh jauh dari bayangan nyonya Jihan, Aldo begit tampan dan terlihat sekali Jika dia merupakan kan orang yang yang berpendidikan kulitnya yang bersih putih, tangannya yang halus, serta pakaian dan aksesoris branded menempel di tubuhnya, dari sini dia bisa menilai jika Aldo dan adik nya bukanlah pria sembarangan.

"Dimana sely tante maksud saya Sheryl?" tanya Aldo

___to be continue___