Chereads / Tuan Cokelat / Chapter 27 - Suara Rangga [Gadis itu Unik]

Chapter 27 - Suara Rangga [Gadis itu Unik]

"Assalamu'alaikum." Satu persatu anak Pramuka meyembulkan kepalanya dari balik pintu.

"Wa'alaikumussalam warahmatullah. Ayo masuk!" Bu Kana sangat antusias menyambut para tamunya yang tak lain adalah anak didiknya di sekolah.

Ku perhatikan lekat-lekat wajah-wajah orang yang muncul dari pintu masuk itu. Aku terperanjat ketika melihat gadis yang ku dengar namanya adalah Shana itu. Segera aku bangkit dari tempat dudukku dan mencari sesuatu yang membuat aku terlihat sibuk.

Telah lama sudah gadis itu bermain-main dengan pandangannya. Dia selalu menemukan keberadaanku. Di tambah lagi dengan dukungan keadaan yang kerap kali mempertemukan kami dalam berbagai kesempatan yang membuat aku semakin bingung untuk menafsirkan tingkah gadis itu yang selalu labil. 

Hari ini dia memandangku dengan senyumnya walau hanya sekilas. Besoknya, dia menghindariku dengan wajah dongkol apabila kami berpapasan.

Sebenarnya aku tau maksudnya apa. Namun, yang membuat aku ragu adalah sikapnya yang selalu berubah-ubah.

"Rangga. Sini!" Beruntunglah Bu Kana memanggilku yang mungkin pemikiranku tak lagi tertuju pada gadis yang berhasil membuatku gugup dan salah tingkah.

"Iya, Bu?" tanyaku setelah aku menghampiri Bu Kana.

"Ini Proposal buat lomba LKBB kenapa anggarannya belum dibenerin?" tanya Bu Kana seraya melihati tumpukan kertas yang kami sebut dengan Proposal.

"Udah, Bu dibenerin sama Bastian. Cuma belum diprint out ulang." Jawabku apa adanya.

"Tapi yang udah dibenerin sesuai sama yang ibu katakan? Soalnya gini, nih lihat-" Meski sesibuk apapun, aku masih sempat meliriknya. Dan benar saja, gadis itu masih berdiri dengan wajah yang terlihat kaget melihatku. Aku tak mengerti apa yang sedang dia fikirkan.

"Gini aja, sambil nunggu liwetnya mateng, anggota Semaphore Dance latihan dulu yuk di sekolah. Nanti kalau udah mateng kita kesini. Deket ini. Hehe" celoteh seorang perempuan dari anak Pramuka yang seangkatan denganku tapi aku tak mengenalnya.

"Enak aja, lo. Pas bagian makan aja kesini!" Timpal seorang lelaki hitam pendek yang ku tebak adalah adik kelasku.

"Ya, terus gimana lagi? Yang bantuin sudah terlalu banyak. Kalau kita ikut bantu juga nanti malah tambah ribet. Lo tau 'kan mulut cewek kayak gimana? Haha." Ujar gadis yang bernama Shana itu.

Aku yang sedang bermain game Mobile Legend pun teralih perhatiannya kepada gadis itu. Aku hanya meliriknya beberapa detik lalu melanjutkan aktifitasku kembali.

"Argh..." Jagoanku dihabisi oleh lawan. Aku belum sempat menghindar. Sialan!

Saat aku mengangkat kepalaku, sekumpulan anak Pramuka itu sudah tidak ada. Begitupun dengan gadis itu.

"Udah pergi, Ga" gumam Fajri tiba-tiba padaku.

"Apanya?" tanyaku. Bukannya menjawab, Fajri malah tertawa. Aku sebenarnya tau siapa yang Fajri maksud. Tapi aku pura-pura tidak tau.

Setelah kurang lebih dua jam, akhirnya memasakpun telah usai.

"Anak laki-laki, tolong bawain liwet sama lauknya dong, ya?" Pinta Alya temanku dari Osis.

"Siap boss!" Aku, Irhas, Fajri dan beberapa anak laki-laki Pramuka yang merangkap sebagai Osispun masing-masing membawa beberapa wadah berisi nasi dengan lauk-pauknya. Rencananya, kami akan menyantap makanan ini bareng-bareng di sekolah.

Ditanganku, sudah ada sebuah mangkuk besar berisi nasi liwet. Kami berjalan menyusuri jalan gang hingga sampailah dijalan umum. Untuk menuju sekolah, tidak memerlukan waktu yang lama dengan berjalan, karena rumah Bu Kana berada di belakang sekolah.

Disepanjang perjalanan, aku bersama Fajri, Irhas dan teman-teman dari Osis yang lain meringankan perjalanan dengan bersenda gurau. Tawa kami bahkan menggema disepanjang perjalanan.

Hingga tibalah kami di gerbang sekolah. Dengan langkah santai kami akhirnya tiba ditempat parkir mobil. Sekolah hari ini begitu lenggang dari keramaian. Hanya panas terik, suara deru angin siang dan suara kicauan burung yang terdengar disini.

Disekolah yang sepi ini, aku mendengar suara beberapa perempuan yang sedang tertawa. Suara tawa yang renyah itu terdengar semakin jelas, mungkin pemiliknya berada di sekitar sini atau bahkan dekat dengan kami.

Dan benar saja, sekumpulan gadis yang tengah asyik tertawa keluar dari gerbang dan mendekati tempat parkir sepeda motor khusus guru atau tamu. Saat kulihat, ditengah sekumpulan gadis itu ada gadis yang bernama Shana.

"Eh, bentar-bentar. Tolong pegangin dulu nih nasi." Kataku sambil menyerahkan mangkuk besar berisi nasi liwet itu kepada Irhas yang kebetulan tangannya tengah kosong tak membawa apa-apa.

"Mau ngapain, Ga?" tanya Irhas heran

"Mau berubah dulu, hehe..." Aku kemudian memakai kerpus dari jaket biru dongker yang kukenakan. Sementara Irhas dan Fajri melihatiku.

"Berubah jadi algojo, Ga? Haha..." Celoteh Fajri.

"Iya. Haha..." Benar yang kuduga. Shana berhasil menemukanku. Dia lagi-lagi melihatku beberapa detik lalu menunduk.

"Hey, balik lagi woy! Kata Bu kana makannya di rumah Bu Kana aja." Teriak Wildan si ketua Pramuka dan kami hanya tercengang.

"Haha. Kasian udah capek-capek kesini."

"Gak apa-apa. Nasinya mau jalan-jalan dulu sebelum dimakan. Haha"

Ketika kami sudah tiba dirumah Bu Kana lagi, tak perlu waktu lama hidanganpun sudah siap. Anak-anak Osis dan sebagian anak-anak Pramuka sudah mengambil jatah makan masing-masing dan sudah berbenah di tempat duduk masing-masing.

Belum lama setelah kami duduk, sekumpulan anak Pramuka yang lainnya akhirnya tiba. Disana juga terdapat Shana.

Gadis itu kini terlihat banyak tertawa dan banyak bicara yang setiap kata-katanya selalu dibumbui dengan lelucon ringan.

"Kalian tahu? Kemarin hari di daerah Perumahan Belanda ada yang nyuri motor. Orangnya udah ketangkap. Langsung dihakimi warga. Padahal bukan dia yang nyuri. Kasian banget kena fitnah tuh bapak-bapak" cerita Alya ketika kami tengah makan.

Aku yang sedang khusuk makanpun terundang saat mendengar daerah Perumahan Belanda.

"Apa apa? Apa Perumahan Belanda?" kataku sembari melirik Shana yang sedang asyik menyantap makanannya tak jauh dari sebelahku.

Entah bagaimana awalnya aku jadi tahu sedikit tentang Shana itu. Tahu namanya, tahu tempat tinggalnya, bahkan aku tahu sedikit tentang keluarga Ayahnya. Sehingga ketika aku mendengar apa-apa yang ada kaitannya dengan gadis itu, seperti ada tarikan tersendiri untuk ingin tahu.

"Alhamdulillah..." Setelah dirasa cukup kenyang kami makan, aku berdiri dari tempat dudukku dan pindah ke balkon yang menghadap ke taman. Saat pandanganku lurus kedepan, Shana sudah menghadap taman dengan membawa segelas air mineral.

Kuperhatikan ia lekat-lekat. Ia mencuci tangan dengan air dari gelas yang berada ditangannya dengan wajah yang cukup tenang. Setelah mencuci tangannya, sisa air digelasnya ia siramkan pada sebagian tanaman palawija yang tertanam disana.

Mungkin Ia tak sadar aku kini tengah memperhatikannya. Jika dilihat dengan saksama, gadis itu terlihat natural, Ia berbeda dari gadis-gadis lain yang mencoba untuk mendekatiku. Ia bukan tipe gadis yang mudah untuk mengungkapkan apa yang Ia rasa pada orang yang Ia hendaki. Dia, gadis yang pemalu.

Setiap berjumpa dengan gadis itu, seperti ada gelombang yang mengantarkan sinyal untukku. Kedua mata jelitanya itu seperti mengalirkan sesuatu yang membuat aku gembira. Itu yang dapat aku cerna dari gadis itu. Intinya, gadis itu, unik.

"Seandainya," ah, aku terkekeh sendiri.

Setelah selesai menyiram, gadis itu menoleh kearahku. Aku semakin terkekeh sendiri ketika melihat sepasang mata itu melotot terkejut melihatku. Selang beberapa detik, gadis itu mengalihkan pandang dan pergi dari tempatnya semula dengan menahan senyum. Aku tahu Ia ingin senyum. Pipi meronanya dan sunggingan senyum yang ditahan semakin membuat dia unik dimataku.

"Ada yang suka sama lo, Ga. Dia adik kelas kita" ujar Irhas tiba-tiba membuat aku tersadar.

"Siapa?" tanyaku.

"Tuh orangnya. Yang tadi lo lihatin!" Tunjuk Irhas pada gadis yang bernama Shana itu.

"Oh kalo dia gue tau. Dari kelas 10 IPA 3 'kan? Namanya Shana Aqiba. Orang Perumahan Belanda." Kataku seadanya.

"Oh ternyata lo sudah tau semua? Syukurlah kalo sudah tau." Sahut Irhas.

"Emangnya kenapa?" Aku dan Irhaspun bercerita tentang gadis itu.