Chereads / Miracle of Maple Leaf / Chapter 14 - 13 | Keputusan dari Rangkaian Kejanggalan

Chapter 14 - 13 | Keputusan dari Rangkaian Kejanggalan

"Sedang apa?" tanya Radi. Kehadirannya mengagetkan Ellena karena tiba-tiba muncul. Gadis itu sedang menulis diari.

Segera ia menghentikan aktivitasnya, lalu menutup buku itu. "Bukan apa-apa. Hanya mencoret-coret diari, mengisinya dengan kegiatan harian." Tangan Ellena menyisir poni yang memanjang, menyelipkannya ke belakang telinga. "Siapa tahu, ada kepingan puzzle ingatanku yang terlewatkan."

"Masa? Kok, seperti kaget begitu saat aku datang? Lihat, dong, coretanmu." Dengan sigap, Radi mencondongkan kepala di atas pundak gadis itu, melihat ke buku tebal yang telah tertutup di atas meja.

"Tidak boleh, privasi," larang Ellena.

Sebenarnya, selain rangkuman potongan-potongan ingatan dan petunjuk mengenai masa lalu, buku itu juga berisi ungkapan kebahagiannya bersama Radi. Tidak mungkin ia membiarkan pria itu melihatnya.

"Loh, sudah lebih dari tiga tahun kita bersama. Selama ini, aku boleh tahu semua tentangmu. Kenapa sekarang tidak?" protesnya sambil berkacak pinggang.

"Benar, sudah hampir tiga tahun berlalu dan sekarang aku sudah bertambah dewasa, tetapi kamu tidak." Ellena memandangi pemuda di hadapannya dari ujung kaki hingga ujung kepala. "Lihat dirimu, tidak berubah sama sekali. Sekarang kita terlihat seumuran. Ada hal-hal yang harus kubatasi denganmu." Gadis itu berbalik membuang muka.

Radi berdecak sambil menggelengkan kepala. "Wah, yakin Ellenaku sudah dewasa? Kamu itu tetap masih anak remaja di mataku!" Ia langsung terkekeh, mengejek gadis di hadapannya.

"Lihat tuh, mana ada orang dewasa yang menghiasi seisi kamar dengan warna pink terang seperti ini?" tambah Radi.

Baru menyadari hal itu, Ellena mendengkus kesal.

Wajahnya berkerut tak sabar. Ia segera berdiri.

"Ih, aku sudah dewasa, loh. Tinggiku bertambah lima senti!" Gadis itu berjinjit agar terlihat lebih tinggi dari Radi, tetapi tetap saja kalah. "Aku sudah semester empat! Dan badanmu tetap segitu saja!" serunya kembali sambil menjulurkan lidah.

"Ah, tidak seru! Kenapa hantu tidak bisa tumbuh dewasa juga?" protes Radi. Ia memandangi tubuhnya sendiri dengan kecewa.

Mendengar celotehan konyol itu, Ellena tertawa terbahak. Begitulah Radi. Sosok itu mengisi hari-hari Ellena yang kosong selama tiga tahun terakhir ini. Ia selalu muncul setiap gadis itu datang. Ia selalu menghibur gadis yang dulunya merasa asing dengan hidupnya yang baru.

Sehari saja Radi tidak menampakkan diri, ada sesuatu yang hilang dalam diri Ellena, kekosongan yang merajalela. Namun, kata-kata Dokter George terus terngiang dalam pikirannya setiap ia merasa nyaman dengan sosok itu. Ia sadar bahwa mungkin suatu saat nanti Radi akan pergi dari dunia ini, dan Ellena harus siap merelakannya.

"Radi?"

"Hm?" jawab Radi yang sedang menatap langit-langit kamar. Kedua tangannya yang terlipat dijadikan bantal untuk menopang kepala yang rebah di kasur.

"Apa kamu tidak khawatir jika suatu hari tidak bisa bertemu denganku lagi?"

Spontan kepala Radi terangkat, menatap punggung gadis yang duduk di meja belajar, membelakanginya. "Kenapa tiba-tiba bertanya begitu?"

Ellena menghela napas panjang. Ia mengedikkan bahu dengan cepat. "Tidak tahu. Apa terlalu berlebihan jika aku menginginkanmu terus bersamaku selamanya?" Kepalanya langsung berpaling pada Radi. "Aku sadar ini tidak benar. Sepertinya kita telah menyalahi kodrat yang telah ditetapkan sejak semula."

"Maksudmu?" Pria itu semakin bingung dengan ucapan Ellena.

Sempat hening beberapa saat, Ellena kembali membuka mulutnya. "Aku ingin mencari ingatanku yang hilang."

Seketika Radi langsung bangkit dan duduk, menunggu gadis itu melanjutkan ucapannya. Namun, tidak ada sepatah kata pun setelahnya.

"Kenapa mendadak?" tanya Radi.

"Tidak, aku sudah lama memikirkan ini. Hanya saja baru sekarang akhirnya kuputuskan, meski sebenarnya takut juga, sih." Ellena tertawa kecil. "Kamu mau bantu aku, kan?"

Kemudian, Ellena membuka buku berwarna merah muda di atas meja. Lembar demi lembar ia perlihatkan pada Radi. Catatan-catatan yang mungkin ada hubungannya dengan masa lalu. Mulai dari potongan mimpi, perasaan anehnya terhadap pohon maple, cuplikan ingatan akan janji dengan seseorang, suara-suara yang ia dengar dari arah danau seolah memanggilnya kembali ke sana, sampai akhirnya bertemu dengan hantu.

Di buku itu juga tercatat semua keluhannya. Misalnya, suasana keluarga yang terasa canggung, teman sekolah yang tidak pernah berkunjung, pigura foto Radi yang mengundang kejanggalan, perasaan ingin menangis yang sering muncul tiba- tiba, hingga Dokter George yang juga sepertinya menyembunyikan sesuatu.