Chereads / Miracle of Maple Leaf / Chapter 16 - 15 | Keputusan yang Ceroboh

Chapter 16 - 15 | Keputusan yang Ceroboh

Pagi-pagi sekali pada hari yang telah ditentukan, Ellena bersama Radi tiba di tempat biasa, rumah kedua baginya. Gadis itu menarik napas dalam-dalam sambil memejamkan mata.

Ia meletakkan tikar lipat di tanah, lalu merentangkan kedua tangan selebar mungkin, menikmati udara pagi yang masih berembun serta kicauan burung-burung dari atas pohon. Sungguh suasana yang dapat melunturkan segala kepenatan.

"Aroma musim gugur. Aku menyukainya," gumamnya. "Aku juga," balas Radi.

Gadis itu menoleh, lalu melihat sosok di belakangnya tersenyum. Guratan senyum itu menambah dua kali lipat tingkat ketampanan Radi.

Dulu, sebelum kaki Ellena membawanya ke sana, tempat tersebut begitu asing. Sangat jarang terjamah manusia, menjadikan danau itu bersih dan jernih. Belakangan ini, dalam sebulan ada saja orang yang berkunjung untuk beradu kail. Namun, hanya satu atau dua orang saja.

Danau tersebut tidak memiliki tepian seperti pantai. Itu terbentuk langsung dari sebuah kubangan yang sangat besar. Terdapat banyak batu-batu tersusun rapi yang digunakan sebagai pembatas agar orang-orang tidak melewatinya. Sepertinya kubangan besar itu cukup dalam.

"Udaranya segar sekali, ya? Sekalian refreshing. Aku belum pernah ke sini sepagi ini." Ellena melangkahkan kaki ke arah danau. Tangannya dimasukkan ke masing-masing saku jaket.

Sadar tak ada celotehan apa pun dari Radi, lantas ia berhenti dan menoleh ke belakang. Pria itu hanya diam di tempat, beberapa meter di belakang. Ia menatap Ellena tanpa ekspresi maupun kata-kata.

"Sedang apa di situ? Ayo, ke sana!" serunya. Andai ia bisa menyentuh Radi, pasti ia sudah menyeret tangan pemuda itu agar mengikutinya.

"Kita ... di sini saja. Ayo, gelar tikarmu!" suruh Radi.

"Di sini? Hei, ini terlalu jauh. Airnya tidak terlihat jelas. Paling tidak, kita duduk pas di tumpukan batu itu." Ellena menunjuk batu-batu yang berjajar, satu meter di sisi danau.

Gadis itu langsung melangkah begitu saja dengan penuh percaya diri, yakin kalau Radi pasti akan mengikutinya, mengingat pria itu sangat menurut padanya.

"Bagaimana? Lebih baik, kan, daripada di sana?" tanya Ellena setelah melangkah setengah jalan.

Lagi-lagi Radi tidak menjawab, mau tidak mau gadis itu kembali berbalik. Ada apa dengannya? Radi berdiri memandang ke arah air, raut wajahnya tampak ketakutan. Kedua tangannya mengepal sempurna di masing-masing sisi. Ini kali pertama Ellena melihatnya seperti itu.

Ellena menoleh mengikuti arah pandangan mata Radi, tetapi tidak menemukan apa pun di sana. Lantas, apa yang membuatnya begitu ketakutan?

Gadis bersurai panjang itu telah berdiri tepat di hadapannya. "Hey! Ada apa? Kamu melihat hantu air atau bagaimana?" tanyanya sembari melambaikan satu tangan di depan wajah pria yang terpaku tersebut.

"Ellena, kita kembali ke bawah pohon saja, yuk?" ajaknya tanpa memalingkan pandangan. Suaranya terdengar bergetar.

Ellena mengernyit kesal. Di usianya yang baru menginjak dewasa itu, semakin dilarang tentu akan merasa semakin penasaran. Ada apa dengannya? Kenapa Radi aneh sekali hari ini? Mungkinkah dia tidak bisa jauh-jauh dari pohon maple itu?

Gadis itu menggelengkan kepala dan berjalan mundur, lalu berbalik kembali menuju kubangan besar di hadapannya. Ia sudah bertekad akan mencari tahu apa yang sebenarnya ditutupi oleh orang tuanya. Ia mengabaikan teriakan Radi yang terus meneriakkan namanya.

Akhir-akhir ini dia selalu membuatku kesal. Lagi pula, kenapa dia tetap di sana, sih? Kenapa dia tidak mengikuti ke danau daripada hanya memanggil tanpa mengejarku?

Langkahnya berhenti persis di tepi danau. Sinar mentari yang masih malu-malu mulai menerangi permukaan air sehingga terlihat sebagian bagian bawahnya yang dipenuhi tanaman- tanaman air. Ellena melemparkan tikar ke tanah, lalu mengusap kedua lengannya yang bergidik ngeri melihat kedalaman tersebut. Seekor ikan kecil menampakkan diri ke permukaan, lalu muncul seekor lagi.

"Ah, lucunya!" seru gadis itu.