Ellena menarik napas lagi dan langsung mengembuskannya. Sepertinya ia bisa memulainya sekarang. Merasa kurang puas, ia melompati jajaran batu pembatas.
Kini dirinya hanya berjarak dua langkah dari air. Salah satu tangannya merogoh kantung jaket setelan joging kesayangannya, mengeluarkan sehelai daun maple jingga yang sempat ia pungut tadi. Ia menggenggam erat ujung bagian bawah daun itu dengan kedua tangan, meletakkannya di depan dada, lalu memejamkan mata.
"Kumohon ... bantu aku agar dapat menemukan kembali ingatanku yang telah lama hilang," ucapnya.
Gadis itu mengerutkan dahi, berusaha mengingat mimpi itu lagi. Kepalanya terus menggali kembali memori yang telah dilupakan.
Ayolah, Ellena, ingat-ingat!
Namun, semakin keras gadis itu mencoba mengingatnya, kepalanya malah semakin sakit dan berdenyut. Memori itu sudah terkubur lama. Ia terlalu memaksakan diri, tidak peduli selama masih bisa menahannya.
Sampai pada puncaknya, Ellena tidak dapat menahannya lagi. Pandangannya kabur ketika ia membuka mata. Daun maple jingga kemerahan di tangannya jatuh mengapung ke air yang tenang. Namun, terlihat melayang-layang di mata Ellena. Keseimbangan mendadak hilang, membuat tubuhnya oleng.
"Sakit," gumamnya sambil memijat pelipis dengan dua jari. "Radi, kamu di mana?" Ia kembali memejamkan mata.
Refleks kakinya menapak ke sembarang arah, menopang tubuhnya agar tetap seimbang. Nahas, Ellena tidak tahu telah salah mengambil langkah. Kakinya menginjak batu licin yang diselimuti lumut hijau dan langsung terpeleset jatuh ke dalam air.
Meskipun tangannya berusaha menggapai rumput di sekitar, tidak ada yang kuat menahan beban tubuhnya.
Kaki gadis itu tidak menyentuh dasar danau sama sekali. Ia terus memberontak. Kedua kakinya menendang air ke segala arah. Kepalanya timbul dan tenggelam dari permukaan air.
Tangan gadis itu meraih apa pun yang bisa diraih. Ellena tidak bisa berenang. Gelembung-gelembung udara terus keluar dari mulut serta hidung. Dinginnya air danau menusuk setiap inci tulang gadis mungil itu.
Sesak, dadanya mulai terasa panas seperti terbakar. Sejumlah air memaksa masuk melalui mulut. Tidak ada suara yang keluar meskipun ia berteriak.
Ellena merasa deja vu. Rasa takut, putus asa, kesesakan, dan pemandangan yang ia rasakan saat ini sama persis dengan mimpi-mimpi buruknya. Ia bisa merasakan sesuatu menarik tubuhnya semakin ke bawah, sementara pandangannya semakin gelap.
Andai aku mendengarkan Radi, apa aku akan tetap mati karena kecerobohanku sendiri? Siapa pun ... tolong aku.
Dalam kesesakkan, gadis dengan setelan joging itu merasakan gelombang air tiba-tiba berubah arah. Lantas ia menengadah ke permukaan dengan tenaga yang tersisa. Seseorang baru saja masuk ke air. Sosok itu berenang ke bawah, menuju ke arah Ellena. Sinar matahari yang menerobos masuk menghalangi pandangannya.
Siapa dia?
Tubuh Ellena mulai lemas. Paru-parunya telah menuntut oksigen. Sinyal untuk segera melakukan respirasi yang diberikan otak gadis itu membuatnya terus menelan air.
Gerakan-gerakan yang ia buat perlahan melemah. Ia membiarkan kedua tangannya melayang dan menggantung di sisi tubuhnya. Namun, ia masih bisa merasakan kakinya dipegang. Seorang pria menarik keras sulur-sulur tanaman yang menjerat salah satu kaki Ellena.
Radi? Akhirnya, Ellena bisa melihat wajahnya dengan jelas. Akan tetapi, sejak kapan pria itu bisa menyentuh Ellena? Apa gadis itu hanya berhalusinasi?
Kemudian, sosok itu memeluk erat tubuh Ellena yang masih berada di dalam air. Sangat erat hingga gelembung-gelembung udara kembali memaksa keluar melalui mulutnya. Mungkin, itu adalah gelembung terakhir karena tidak ada lagi udara yang tersisa di paru-paru gadis itu. Dadanya terasa seperti akan meledak.
"Ellena, ini aku. Bertahanlah sedikit lagi." Suara Radi terdengar jelas meski sedang berada di dalam air.
Seketika air yang dingin itu terasa hangat. Selama beberapa detik, Ellena merasa jiwanya tak berada dalam raganya. Bagaikan putaran film yang tidak bisa di-pause, seluruh ingatan yang hilang itu kembali.
Ellena ingat semuanya. Seolah terulang kembali, ini pemandangan yang sama persis seperti saat itu. Wajah yang sama dengan yang dilihatnya sekitar tiga tahun lalu, di dalam air yang sama juga.
Radi melepaskan pelukannya, lalu mendorong keras tubuh Ellena ke atas. Dalam pandangan terakhir gadis itu, ia melihatnya semakin menjauh ke dasar danau. Tangan Ellena terulur kepadanya, setelahnya semua menjadi gelap.