Ketika membuka mata, hal pertama yang Vanessa lihat adalah ruangan ini yang memiliki corak cream. Gorden tosca dan juga kaca besar yang ada di hadapannya. Seingat Vanessa, dia sempat ketiduran di kantor ketika meminta Regan untuk memberikan makan siang untuknya. Dan sekarang dia bangun dengan keadaan di ruangan yang lain?
Menatap sekeliling untuk memastikan jika ini bukanlah hotel. Vanessa pun menghela nafas, ketika melihat satu frame yang berisikan foto dirinya. Itu tandanya dia berada di rumah kan? Entah rumah Mira atau mungkin rumah Chrissy, Vanessa sama sekali tidak peduli.
Suara pintu dibuka pun membuat Vanessa menoleh. Dia pun menatap Regan yang masuk ke dalam ruangan ini, sambil membawa nampan di tangannya. Tentu saja hal itu langsung mencuri perhatian Vanessa.
"Cocok kok jadi waiters ku." kekeh Vanessa.
Regan tersenyum, dia pun duduk di pinggiran tempat tidur sambil menaruh nampan itu di lemari kecil sambil tempat tidur.
"Makan dulu. Kamu tidur dalam keadaan lapar." ucap Regan.
"Iya. Sampai sekarang, aku juga masih lapar." jawab Vanessa menatap Regan. "Kak Vero nggak telepon apa? Kok nggak ada telepon aku sama sekali?" ujarnya kembali.
Regan menggeleng, tadi Regan yang menelpon Veronica dia hanya memberitahu apa yang Vanessa lakukan seharian ini. Karena kecapekan Regan pun memulangkan Vanessa agar bisa tidur di rumah. Dan masalah kantor, Regan yang mengaturnya. Masalah karyawan juga mereka belum sepenuhnya percaya, dan masih menganggap jika Veronica adalah anak tunggal. Itu sebabnya, Regan masih menyakinkan mereka tentang Vanessa yang notabet adalah adik Veronica.
"Kamu percaya kalau aku adiknya Vero?" Tanya Vanessa memicing sambil menikmati makan malamnya.
Regan menatap sejenak. "Nggak. Aku pikir juga Vero itu anak tunggal. Dan Vero juga nggak pernah bilang kalau punya adik."
Vanessa tersenyum kecil, luka itu masih membekas di ingatan Vanessa ketika Mira mengusirnya dari rumah. Yang dimana Vanessa menganggap liburan, dan ketika Vanessa ingin pulang. Mira malah melarangnya pulang, dan memohon pada Vanessa untuk tidak pulang ke Ibukota.
Regan ingin bertanya tentang hal itu pada Vanessa. Tapi melihat mimik wajah Vanessa yang berubah drastis, membuat Regan mengurungkan niatnya itu. Dia pun memilih turun ke bawah, Regan akan menunggunya di bawah setelah Vanessa selesai makan dan mandi. Mungkin jika Regan tidak mendapat jawaban dari Vanessa, dia masih memiliki dua wanita cantik di rumah ini. Siapa lagi, jika bukan Chrissy dan juga Angela.
Duduk di sofa ruang tengah, Regan pun memejamkan matanya sejenak. Hingga dia kembali membuka kedua bola matanya, saat menghirup aroma kopi yang sangat kentara. Dan ternyata Chrissy yang tengah menyajikan kopi hitam untuk Regan.
Regan tersenyum kecil, dan mengambil kopinya. Pertama dia pun menghirup aroma kopi. Pada dasarnya kopi hitam bukanlah kesukaan Regan. Tapi tidak masalah, siapa tahu saja kopi hitam ini mampu mengusir rasa pusing yang dia rasa ajak siang tadi. Kedua barulah Regan mencicipi rasa kopi ini dan menikmati rasa kopinya. Kali ini rasanya begitu aneh dan terasa pahit.
"Sorry ya kalau rasanya nggak enak. Aku soalnya, nggak begitu bisa bikin kopi." kata Chrissy.
"Lebih tepatnya sih, nggak ada alatnya buat bikin kopi." sahut Angel dan mendapat anggukan dari Chrissy.
Regan mengangguk maklum, disana pembuatan kopi juga tidak manual seperti di Ibukota. Mungkin itu yang membedakan.
"Kalian tau kan tentang Nessa selama ini?" tanya Regan yang mulai serius menatap Chrissy dan juga Angel bergantian.
"Maksud kamu?" jawab Angel yang tau arah pembicaraan Regan.
Pria itu hanya tersenyum kecil, tanpa dijelaskan pun Regan tahu, jika Angel juga tahu apa yang dimaksud oleh Regan. Ini tentang Vanessa dan juga masa lalunya, dan kenapa Vanessa dikirim ke luar negeri sedangkan Veronica berada di Ibukota. Apalagi selama ini semua tahunya Arya dan juga Mira hanya memiliki satu anak.
Angel ingin menceritakan apa yang terjadi. Tapi yang ada Vanessa pun lebih dulu turun dengan menggulung lengan bajunya yang panjang. Wanita itu suka sekali baju lengan panjang, dengan bawahan pendek. Bagi dia dengan baju seperti itu bisa melindungi kulit tangannya dari sengatan matahari. Karena selama ini dia pergi juga mengenakan mobil bukan motor, jadi celana pendek pun tidak masalah bagi Vanessa.
Ketika Vanessa mengambil posisi duduk di samping Regan. Selang beberapa menit Maya pun datang dan memberitahu, jika Mira datang ke rumah ini untuk bertemu dengan Vanessa.
"Pasti buat jemput aku pulang!! Dia itu tau bahasa manusia nggak sih!! Nyebelin banget!!" gerutu Vanessa yang masih bisa didengar oleh Regan.
Bukannya itu terdengar aneh?
-BadXBad:MyDearVanessa-
Mira pulang dengan perasaan hancurnya. Tadi, dia memang sempat datang ke rumah yang alamatnya di kirim oleh Veronica. Itu adalah rumah dimana kedua teman Vanessa tinggal, Mira awalnya tidak begitu yakin jika Vanessa ada disana. Dan tahunya anak keduanya memang ada disana bersama dengan kedua temannya dan juga Regan. ya, Regan kekasih anak pertamanya. Entah untuk apa Regan berada disana, mungkin jika Veronica pulang dia akan bertanya tentang hal ini.
Tadi, ketika Mira mengajak Vanessa pulang. Putrinya itu langsung menolaknya, dia meminta Mira untuk pulang sendiri ke rumahnya. Itu bukanlah rumah vanessa, ketika usia Vanessa masih kecil Mira telah mengusirnya? Lalu untuk apa juga Vanessa kembali ke rumah itu? Dia pulang dari London ke Ibukota juga karena oma nya, bukan karena Mira. Mungkin harapan mereka sama. Sama-sama ingin Vanessa dan juga Mira saling berbaikan satu sama lain. Sedangkan yang ada di pikiran Vanessa, dia sudah menganggap jika Mira dan juga Arya itu sudah meninggal. Dia menganggap dirinya adalah anak yatim piatu yang disebarkan oleh seorang nenek, yang selalu ada untuknya. Itu sebabnya Vanessa lebih menurut pada kata neneknya dibanding kata MIra. lebih tepatnya, takut tidak kebagian warisan.
Duduk di kursi sambil mengusap air matanya, Mira mencoba untuk tabah dan mengucap kata maaf dalam hatinya. Mungkin kesalahan dimasa lalunya cukup melukai hati Vanessa, hingga sampai sekarang putrinya bahkan tidak menganggap jika Mira itu hidup.
"Mah … ." panggil Arya.
Mira menatap Arya yang baru saja datang dan langsung memeluk pria tua itu, dan menangis sejadinya. "Papah … Nessa benci sama aku pah. Dia nggak mau pulang ke rumah ini lagi, kalau Vero nggak ada."
"Mamah yang sabar ya. Nessa masih membutuhkan waktu untuk mengobati rasa sakitnya."
"Tapi kapan Pah. Mama udah minta maaf sama dia, dan nyatanya dia nggak mau Maafin Mama."
Sejauh ini Arya juga tidak tahu kapannya. Tapi Arya berharap jika ada keajaiban yang mampu merubah Vanessa, dan melupakan rasa sakitnya. Tidak!! Siapapun itu entah pria manapun, Arya berharap pendamping Vanessa kesal mampu mengobati rasa sakit hati Vanessa karena keluarga.
"Sabar Mah … pasti ada saatnya nanti." kata Arya meyakinkan Mira.
-BadXBad:MyDearVanessa-