Usai mandi, Vanessa pun memilih keluar kamar, walaupun dia sudah makan nyatanya perutnya masih juga keroncongan. Dia pun menuruni anak tangga sambil menggulung rambutnya. Lalu menatap Veronica dan juga Regan yang duduk bersama. Tanpa permiosi Vanessa malah langsung duduk di antara mereka, dan menciptakan jarak di antara mereka. jarak yang akan Vanessa lakukan nantinya pada hubungan Kakaknya ini.
"Nessa..," tegur Veronica. Dia tahu jika adiknya ini terlalu lama tinggal di London. Tapi bukan berarti dia harus menyamakan hidupnya kan?
"Kenapa? Nggak boleh aku duduk di samping Kakak ku sendiri? Apa butuh izin dulu buat aku duduk di samping Kakak ku?"
Veronica menggeleng, itu tidak perlu. Dia tidak masalah jika Vanessa duduk di samping Veronica, hanya saja dia tidak enak dengan Regan. Yang langsung memilih duduk di sofa single. Tidak hanya itu juga, Veronica juga menjelaskan pada Vanessa, jika besok dia akan masuk ke kampus milik keluarga Regan.
Kuliahnya tinggal satu semester lagi, jangan sampai adiknya itu putus kuliah cuman karena pindah ke Ibukota.
"Nessa, ayo makan dulu Nak. Mama udah masak kesukaan kamu." ucap Mira tiba-tiba.
Vanessa menatap Mira bingung. Kesukaan? Memangnya Mira tahu kesukaan Vanessa apa? Walaupun tahu, itu sudah pasti Neneknya yang memberitahu Mira, makanan apa yang menjadi kesukaan Vanessa.
Wanita itu hanya menganggukan kepalanya kecil. Lalu menarik tangan Veronica untuk menemaninya makan. Lagian, dia tidak terbiasa jika harus makan sendiri di meja makan yang besar ini.
Duduk pula di samping Veronica, wanita itu mengangkat tangannya ke udara. Ketika tahu Mira ingin mengambilkan nasi untuknya.
"Aku bisa ambil sendiri." tolak Vanessa dengan nada rendahnya. Dia hanya tidak ingin Regan atau siapapun beranggapan, jika Vanessa adalah anak yang tidak memiliki sopan santun.
Hidupnya terlalu bebas di London. Bahkan Oma nya saja tidak bisa menghalangi apa yang menjadi kemauannya. Dan yang ada Oma nya malah meminta Vanessa untuk kembali ke Ibukota, setelah Mira merengek dan menangis. Bahkan sampai mogok makan, jika Vanessa tidak pulang. Yang ada Vanessa malah peduli setan dengan Ibu yang sudah melahirkannya dulu.
Sepanjang makan pun Vanessa lebih fokus menatap Regan. Pria itu duduk di depan Vanessa. Dia masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Mana mungkin jika Veronica yang terlihat sangat baik dan gemulai. Bisa memiliki kekasih yang bahkan, tangannya saja penuh dengan tato?
"Nessa…," panggil Veronica dan membuat wanita itu menoleh. "Masih nggak percaya?" katanya.
Vanessa menggeleng, tentu saja dia tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Ini seperti cerita novel, yang dimuat dengan banyak karakter, dan yang jelas Vanessa tidak suka sama sekali.
Perbedaan antara Regan dan Veronica itu jauh sekali. Bahkan tidak akan bisa seimbang, tapi secara sifat? Sepertinya Regan memiliki sifat yang lembut, hingga mampu meluluhkan hati Veronica.
Vanessa lebih dulu meletakkan sendok makannya. Dia pun langsung bangkit dari duduknya dan memilih pergi. Dia tidak menunggu Mira dan yang lain selesai makan.
Wanita itu duduk di sofa ruang tengah. Menyalakan televisi, tapi bola matanya menunduk, menatap majalah yang ada di atas meja. Melihat banyak sekali baju model terbaru Minggu ini. Karena sebelum pulang, Vanessa belum sempat berbelanja sama sekali.
"Kamu suka?" pertanyaan itu langsung membuat Vanessa menoleh. Dia pun menatap Veronica yang ada di sampingnya, sambil menepuk bahu wanita itu. "Kalau suka bilang, nanti Kakak yang bayar. Itu majalah milik teman Kakak." ujarnya lagi dan membuat Vanessa mengangguk.
-BadXBad:MyDearVanessa-
Helaan nafas keluar dari bibir Vanessa. Wanita itu baru saja mencoba beberapa baju yang di beli nya. Dia meminta Veronica untuk mendatangkan baju yang dia inginkan saat itu juga. Tidak hanya itu, Veronica juga memberikan satu kartu platinum milikku pada Vanessa. Hitung-hitung untuk kebutuhan adiknya selama dia tinggal di Ibukota.
Vanessa membeli beberapa potong baju, rok, dress dan juga cardigan kesukaanya. Lagian dia pulang dari London juga tidak membawa banyak barang miliknya. Karena Vanessa berpikir, jika Veronica itu sudah bekerja di kantor milik keluarganya. Dia tidak akan membiarkan Vanessa hidup susah, dan menelantarkan seperti dulu.
Wanita itu menyimpan baju yang dibelinya di dalam lemari. Lalu berniat untuk tidur, harinya sangat melelahkan saat ini. Tapi, ketika Vanessa ingin memejamkan matanya. Disaat itulah Vanessa mendengar suara pintu dibuka. Vanessa pikir itu adalah Veronica yang datang, melainkan Mira-mama Vanessa.
"Ngapain kamu kesini?" tanya Vanessa to the point. "Aku nggak manggil kamu buat datang ke kamar aku!! Dan aku ingin tidur!!" ujarnya.
Mira awalnya berharap jika Vanessa akan memeluknya. Tapi yang ada Mira salah, dia tidak akan mendapatkan hal itu dari Vanessa. Putri keduanya ini sudah berbeda, tidak seperti putrinya dulu lagi.
"Nessa, Mami--" Vanessa memutar tubuhnya dan.dnatap Mira dengan tajam. Hingga membuat wanita tua itu menghentikan ucapannya, dan memilih mengeluarkannya air matanya. "Maafin Mami, Nessa."
Vanessa menyilangkan tangannya di dada lalu menatap Mira dengan tajam. "Itu kata maaf, bisa buat semuanya berubah?"
Mira tahu jika kata maaf pun tidak akan merubah segalanya. Tapi hanya kata itu yang bisa Mira kataka pada Vanessa. Hanya kata maaf yang terus saja keluar dari bibir Mira.
Mendengar hal itu Vanessa pun tersenyum kecil, "Dimaafkan. Tapi ingat!! Semuanya nggak ada yang gratis!!" ucap Vanessa kembali
Mira menatap Vanessa bingung, "Maksud kamu apa?"
Bukannya mau menjelaskan pada Mira. Vanessa malah langsung mengusir Mira dari kamarnya. Dia tidak membutuhkan wanita itu untuk saat ini tapi suatu ketika, Vanessa bisa memanfaatkan wanita itu, untuk kepentingan pribadinya.
Mira sendiri tidak bisa berontak. Dia pun langsung pergi, ketika Vanessa mendorongnya begitu kasar. Lalu menatap kamar itu yang terkunci rapat. Dia masih bingung, dengan ucapan Vanessa barusan. Semuanya tidak ada gratis? Apanya yang tidak gratis?
Berbeda dengan Vanessa, dia pun langsung mengambil ponselnya dan menelpon kedua temannya untuk segera pulang.
Mereka bilang, jika Vanessa pulang ke Ibukota, maka mereka juga akan ikut pulang ke Ibukota, dimana negara Venessa berada. Tapi yang menjadi masalahnya hanya ada dua. Kuliah mereka dan juga tempat tinggal. Tidak mungkin juga kan Vanessa meminta kedua temannya tinggal disini. Yang ada Mira akan mengusir
mereka begitu juga dengan Vanessa. Kalau tidak mengusir, ya tentu saja Mira akan menelpon Oma untuk pulang ke Ibukota.
Tidak ada pilihan, Vanessa langsung keluar kamar. Rasa kantuk nya mendadak hilang karena memikirkan kedua sahabatnya itu. Lagian jika bukan temannya, mana mungkin Vanessa mau berkorban seperti ini.
Turun dari tangga, Vanessa langsung berhadapan dengan Veronica dan juga Regan yang ternyata masih ada disini.
Wanita itu duduk di sofa single sambil menatap Veronica memelas. "Dia kok masih ada disini? Nggak ada kerjaan apa?" celetuk Vanessa
"Nessa, kantor kan hari minggu libur. Katanya mau tidur, nggak jadi apa nggak nyaman?"
"Lagi mikirin sesuatu. Mau bilang ke Kakak juga nggak mungkin di turutin!!" Vanessa.
Melihat sikap Vanessa yang manja langsung membuat Veronica tersenyum. "Bilang aja, kalau Kakak bisa pasti Kakak beri."
"Aku mengundang temanku untuk datang kesini. Tapi aku bingung kuliah dan juga tempat tidurnya. Bisa nggak, kalau kedua teman aku masuk kampus pacar Kakak, terus tinggal disini bisa? Dan malam ini temanku sudah berangkat." kata Vanessa dan berharap jika Veronica akan berkata tidak.
-BadXBad:MyDearVanessa-