Dengan menggunakan arloji mahalnya. Vanessa menuruni tangga santai. Dia pun menatap banyak orang yang duduk di meja makan, sambil bercanda tawa dan saling bercerita satu sama lain. Vanessa berpikir, jika dirinya tidak ada beginilah suasana rumah mewah dan megah ini. Sangat-sangat bahagia. Itu sebabnya Vanessa diusir dari rumah ini, dan memilih tinggal bersama dengan Oma.
"Selamat pagi Ness." sapa Veronica.
Vanessa hanya mengangguk, dan duduk di samping Veronica. Dia pun membuka piringnya dan mengambil roti dan juga selai coklat. Mira ingin mengambilkan nasi goreng untuk Vanessa. Tapi dengan cepat, wanita itu menolak. Karena kalau pagi, Vanessa tidak terbiasa untuk makan nasi.
"Jadi mobil mana yang harus aku pakai untuk pergi ke kampus?"
Hari ini Vanessa sudah aktif untuk masuk ke kampus milik keluarga Regan. Padahal Vanessa masih meminta waktu satu hari untuk berlibur di rumah. Sayangnya, Regan mengacaukan semuanya. Mungkin dia balas dendam dengan Vanessa, karena Vanessa sempat mengancam malam itu.
Ya, mengancam!! Demi mendapatkan Id Card J Club. Vanessa sampai menelpon Veronica, dengan alasan jika Regan tidak mau meminjamkan kartu platinum milik Regan untuk belanja. Itu hanya sebuah tipuan semata, karena yang diinginkan Vanessa adalah Id Card J club. Dan benar saja, ketika Vanessa mengadu pada Veronica, Regan langsung memberikan Id Card J Club pada wanita itu. Agar masalah ini tidak terlalu panjang dan rumit. Itu sebabnya, Regan memilih mengalah.
"Nessa kamu baru loh disini. Dijalanan Ibukota kamu juga belum begitu hafal kan? Lebih baik kamu di antara Regan dulu ya pagi ini. Kakak nggak bisa anterin kamu ke kampus, Kakak ada meeting pagi soalnya. Nanti kalau urusan Kakak selesai, Kakak cariin sopir pribadi buat kamu." jelas Veronica.
"Rugi dong pulang!! Kalau masih orang lain yang nganterin aku ngampus!!" cibir Vanessa.
Veronica memohon pada Vanessa atas hal ini. Bukannya Veronica tidak mau, atau tidak bisa. Hanya saja meeting ini begitu berarti untuk Veronica. Dia harus memenangkan tender kerja sama di Miami, untuk membangun sebuah hotel dan juga restoran untuk kalangan menengah ke bawah. Itu sebabnya Veronica tidak mau terlambat.
Wanita itu memahami kesibukan Veronica. Jarak usia mereka juga hanya berjarak tiga tahun saja. Vanessa mengangguk sebagai jawaban, mungkin saat ini Veronica tidak bisa mengantar Vanessa untuk pergi ke kampusnya. Tapi tidak masalah!! Asal Veronica pulang membawakan Vanessa sekotak donat. Dia sangat suka donat, tapi tidak dengan rasa matcha. Dan tak lupa juga meminta Veronica untuk membeli Starbucks untuk Vanessa.
"Iya nanti Kakak belikan. Udah itu aja apa ada yang lain?" ucap Veronica menatap Vanessa.
"Uang jajan aja. Aku nggak punya rupiah, adanya dollar. Dan nggak mungkin juga aku harus ke bank, atau penukaran uang hanya untuk beli jajan." jelas Vanessa.
Veronica menatap Vanessa aneh, lalu menatap Regan dengan bergantian. "Bukannya kemarin kamu pakai kartu kredit Regan ya?"
Vanessa tersedak makannya sendidi. Dia pun mengambil minumnya, sebelum Mira menyentuh minum Vanessa. "Sudah diminta, jadi aku balikin." ucap Vanessa cepat. Berharap jika Veronica tidak akan curiga dengan jawabannya.
"Iya kah?" Veronica mendapat Regan yang mendengus. Kalau saja Veronica tahu yang dimaksud Vanessa itu bukanlah kartu kredit melainkan Id Card J Club. Mungkin Veronica juga akan berkata tidak.
"Lagian punya calon suami kok pelit!!" cibir Vanessa kesal. Dia bahkan sampai menjulurkan lidahnya ke arah Regan. Tentu saja hal itu langsung membuat Regan mendengus kesal.
Veronica tertawa kecil. Padahal Regan tidak seburuk itu. Walaupun memiliki tato banyak, Regan bukanlah pria yang memiliki sikap buruk. Dia ini baik, pengertian dan juga perhatian pada Veronica. Bahkan Veronica juga bisa menjamin jika Regan ini adalah orang paling sabar, dan suka sekali mengalah pada Veronica. Masalah pelit, pria itu sama sekali tidak pelit. Nyatanya saat Veronica ulang tahun dua bulan yang lalu, Regan membelikan Veronica satu mobil sport pengeluaran terbaru dengan harga yang fantasi.
"Ingat ya Kak!! Itu hanya berlaku untuk Kakak, bukan untuk Nessa."
Sekali lagi Veronica pun tertawa kecil. Meminta Vanessa untuk segera menyelesaikan sarapannya dan segera pergi ke kampus. Disini hanya Veronica saja yang dipamiti oleh Vanessa. Sedangkan Mira dan juga Arya, tidak ada sapaan atau pamitan ketika Vanessa pergi dari hadapannya.
"Berangkat Kak. Jangan lupa titipan aku!!" pamit Vanessa dan pergi.
-BadXBad:MyDearVanessa-
"Mau sampai kapan kita masuk ke kampus?" tanya Chrisy.
Vanessa mengedikkan bahunya, tanda jika dia juga tidak tahu mau sampai kapan. Sedangkan di London saja Vanessa jarang untuk masuk ke kampus. Sedangkan di Ibukota, Regan malah memantau Vanessa jika dia tidak masuk kelas. Regan akan melaporkan pada Veronica apa yang wanita itu lakukan.
Anggap saja Vanessa seperti hidup di penjara, dengan Regan yang menjadi polisinya. Lagisn pria itu juga seakan tidak memiliki pekerjaan selain mengawasi Vanessa di kampus. Bahkan untuk ke kamar mandi saja Vanessa juga merasakan jika pria itu mengikutinya.
Merasa risih dengan sikap Regan yang terlalu over pada Vanessa. Wanita itu langsung menghampirinya, duduk di depan Regan yang tengah menikmati secangkir kopi susu yang masih mengepul.
"Kamu nggak bosen apa ngikutin aku terus? Nggak ada kerjaan ya? Dibayar berapa sama Vero?" cecar Vanessa.
Alis Regan terangkat satu dan menatap Vanessa heran. "Perlu aku ingatkan apa yang kakak kamu bilang ke aku pagi tadi?"
Vanessa memutar bola matanya malas, kalau masalah itu Regan tidak perlu mengingatkan apapun. Dia sudah cukup ingat dengan apa yang Veronica katakan. Ingatanya masih begitu tajam, dia masih sangat ingat tanpa perlu di ulang. Dengan kesal Vanessa pun menarik tangan Regan dan mengajak pria itu untuk pergi dari kampus ini. lagian dia juga bosan jika harus berdiam diri di kampus tanpa melakukan hal apapun. Walaupun kedatangan dia ke kampus ini sudah cukup menghebohkan penghuni kampus ini.
"Heh lepasin!! Mau kemana sih!!" kata Regan mencoba menepis tangannya.
Bukannya menjawab, Vanessa mengeluarkan ponselnya dan menelpon Veronica. Memberitahu kakak sialannya itu, jika dia ingin membeli sesuatu di minimarket dan Regan tidak mengizinkan Vanessa untuk pergi. Mendengar hal itu, Regan segera merampas ponsel Vanessa dan mematikan sambungan teleponnya. Mendorong tubuh wanita itu dan mengurungnya dengan kedua tangan kekarnya. Jika saja tempat ini bukan tempat umum, jangan harap Regan bisa melepaskan wanita itu dengan gampang.
"Jangan pernah ngancam aku. Atau--"
"Apa!!" sahut Vanessa dengan berani.
Regan mengepalkan kedua tangannya menatap Vanessa. Untung saja dia ini wanita, coba saja kalau bukan. Jangan harap Regan mau memberi sedikit celah kehidupan untuk dia. Pria itu memilih pergi, dia tidak ingin lepas kendali ketika melihat wanita itu lebih menarik dan menantang dari wanita lainnya. Tapi yang ada, Vanessa malah dengan sengaja menarik tangan Regan dengan kasar. Hingga membuat Regan kembali mengurung tubuh Vanessa dengan kedua tubuhnya. Untung saja dia siap dengan tarikan itu, coba saja kalau tidak. Mungkin tubuh Regan dan juga tubuh Vanessa akan saling menempel satu sama lain.
"Aku nggak akan ngelaporin apapun tentang kamu ke kak Vero. Tapi dengan satu syarat." Vanessa tersenyum kecil. Beda jalur dengan Regan yang langsung memiliki perasaan tidak enak.
"Apa!!"
"Kasih aku Id Card J Club, maka kamu akan bebas dari laporan aku ke kak Vero."
-BadXBad:MyDearVanessa-