Turun dengan perasaan kesal, Vanessa pun duduk di hadapan Veronica. Wanita itu selalu tersenyum ketika melihat Vanessa, entah kenapa nyatanya Vanessa sangat tidak menyukai senyum itu. Semalam oma menelpon, dan tentu saja oma marah besar pada Vanessa karena sikap Vanessa yang kurang sopan pada Mira. Sejujurnya bukan kurang sopan, tapi Vanessa saja yang malas jika harus berhadapan dengan wanita itu. Dia datang juga karena paksaan oma, jadi untuk apa juga dia harus menghormati Mira? Walaupun dia adalah orang tua Vanessa.
"Nessa mau sarapan pakai roti apa nugget?" tanya Mira.
Ingin rasanya Vanessa menjawab jika dia tidak membutuhkan apapun. Dia bisa mengambil makananya sendiri, karena dia masih memiliki dua tangan yang lengkap untuk mengambil makan. Namun, wanita itu lebih dulu mengambil satu piring nasi goreng nugget beserta susu untuk Vanessa.
Wanita itu tahu jika Mira bersikap seperti ini karena dia merasa bersalah. Belum lagi, semalam Mira mengadu pada oma jika Vanessa tidak mau makan, apapun yang disentuh oleh Mira. Itulah kenapa Vanessa pagi ini duduk anteng di meja makan, dan membiarkan Mira mengambilkan makannya. Biasanya Vanessa akan sarapan di kamar, atau tidak di meja makan tapi dia selalu mengambil sendiri. Dia tidak ingin jika makanan yang dia makan, di sentuh oleh Mira.
"Makan Ness jangan diliatin aja." kekeh Veronica.
Vanessa tersenyum kecil dan mengangguk. Dia pun langsung melahap makannya dengan malas. Dalam hati, Vanessa berharap jika perutnya tidak akan berontak, karena makanan yang dia makan di sentuh oleh orang jahat. Ya, dia adalah orang jahat. Tidak mungkin jika tidak jahat, dia mengusir anaknya sendiri hanya demi menyelamatkan satu anak. Jika dia bertanggung jawab dan adil, Vanessa tidak mungkin sampai keluar rumah.
"Aku berangkat dulu." ucap Vanessa tiba-tiba. Rasanya dia tidak suka melihat tiga orang itu yang hidup bahagia tanpa Vanessa.
Apa pernah mereka pikir bagaimana perasaan Vanessa saat ini?
Meraih kunci mobil milik Veronica, Vanessa pun langsung memilih pergi. Lagian dia ada kelas pagi, dan sebagai mahasiswa baru dia harus memberi muka lebih dulu. Jangan berbuat aneh-aneh seperti apa yang dikata Chrissy. Ingat, jika memiliki prestasi dan juga fans, Chrissy yakin jika nama mereka akan dikenal. Maklum saja Chrissy itu paling gila popularitas.
Menyadari jika Vanessa tidak terlalu hafal jalanan Ibukota, langsung saja Veronica menyusul Vanessa sebelum dia pergi jauh. Meraih tangan adiknya, hingga membuatnya menoleh dan menatap Veronica begitu tajam.
Jangan tanya lagi, yang jelas Veronica sedikit gugup dan langsung melepas tarikan tangannya. "Jangan pergi dulu. Kamu kan belum tau jalannya Nessa, nanti kamu nyasar loh." ucap Veronica lembut.
"Gunanya ponsel apa! Kan bisa pakai itu. Lagian nama kampusnya juga jelas, dan nggak mungkin Map nya salah."
"Iya tapi … "
"Udah ya, berangkat dulu. Sekarang aku mau biasakan diri naik mobil sendiri. Biar nggak nyusahin orang!!" itu bukan sebuah ucapan, melainkan sebuah sindiran keras untuk Veronica yang sejak dulu selalu menyusahkan orang lain. Termasuk Vanessa yang selalu terkena masalah dengan Mira, jika berhubungan dengan Veronica.
Dan nyatanya Veronica sendiri juga tidak bisa berbuat apa-apa, ketika mobil yang dikendarai Vanessa sudah keluar dari pintu gerbang rumah ini. Adiknya itu keras kepala dan tidak mau mendengarkan apa yang orang lain katakan. Itu yang dikatakan oma pada Veronica, itu sebabnya oma meminta maklum jika Vanessa berbuat aneh-aneh.
Disisi lain, Mira yang mengetahui hal itu langsung mengusap air matanya pelan. Dia takut, jika rasa sakit Vanessa membludak dan membuat wanita itu berbuat nekat. Mira mengaku salah, tapi bukannya masih ada kesempatan kedua untuk memperbaikinya? Dan sekarang Mira sedang melakukan yang terbaik untuk Vanessa.
"Sabar ya Mi, kita harus sabar untuk menghadapi Nessa. Lagian kita juga yang salah dulu, sudah mengusir dia dari rumah ini." ucap Arya tiba-tiba dan langsung mengusap bahu Mira.
Wanita itu hanya mengangguk dan menyandarkan kepalanya di dada suaminya. Dia akan sabar menunggu waktu yang tepat, dan merubah sudut pandang Vanessa tentang dirinya. Dimana Mira sangat menyesal dengan apa yang sudah dia lakukan selama ini. Kalau saja boleh meminta, Mira ingin memutar waktu kembali dimana Mira mulai mengusir Vanessa dan memilih hidup bersama dengan Veronica.
-BadXBad MyDearVanessa-
Dengan gerutuan yang jelas Vanessa pun membanting ponselnya. Selain dia nyasar sampai di hutan, sekarang dia malah nyasar sampai di kuburan. Wanita itu menghela nafasnya kasar, seharusnya map ini tidak boleh bersikap seperti ini. Seenaknya menyadarkan orang di kuburan. Masih untung siang hari, coba saja kalau malam apa tidak ngeri?
Wanita itu memilih menelpon Veronica untuk menjemputnya. Tapi tak ada satupun panggilan Vanessa yang direspon oleh Veronica. Hingga akhirnya dia pun mengirim pesan pada Veronica, siapa tahu saja jika dia mengirim pesan kakak sialannya itu mau membalasnya. Dan nyatanya tak ada satu pesan atau bahkan telepon yang di respon oleh Veronica.
Dan pada akhirnya dengan amat sangat terpaksa Vanessa pun menelpon Regan, meminta pria itu untuk menjemputnya. Dia hanya menunjukan jalan yang ada di map itu pada Regan. Jika dia menelpon Chrissy atau Angel, jangan berharap jika Vanessa bisa pulang dan tidur enak.
Regan meminta Vanessa untuk menunggu, dan menanti Vanessa untuk tidak meninggalkan tempat ini. Tapi yang ada, ketika Vanessa menunggu kedatangan Regan. Wanita itu dikejutkan oleh sosok pria dengan baju compang-camping yang mengetuk kaca mobilnya. Vanessa yang kaget dan ketakutan langsung mengunci pintu mobil ini dan tidak ingin membukanya. Siapa tahu kan dia itu begal di siang hari, atau bahkan making di siang hari yang ingin merampok Vanessa. Belum lagi, cangkul di bahunya. Kalau saja cangkul itu untuk memecahkan kaca Vanessa. Jangan harap pria itu bisa hidup tenang setelah merokok apa yang Vanessa punya.
"Pergi!!" teriak Vanessa dari dalam, ketika pria itu terus saja mengetuk pintu kacanya.
Dengan tangan gemetar, Vanessa kembali menelpon Regan dan meminta pria itu cepat menjemputnya. Dia sangat ketakutan, ketika ada orang yang berani mengetuk pintu kaca mobilnya dengan keras sambil berteriak. Jika di buka pun Vanessa juga takut, jika pria itu berbuat jahat. Bukan masalah orangnya yang membuat Vanessa takut, tapi masalah cangkul yang ada di bahunya yang membuat Vanessa takut. Dia belum siap mati, dan disini juga masih termasuk wilayah kuburan. Dimana jika pria itu memenggal kepala Vanessa dengan cangkul, bisa saja pria itu langsung mengubur Vanessa tanpa upacara penghormatan terakhir.
"Astaga Regan … kamu dimana." gumam Vanessa menggigit jarinya.
-BadXBad MyDearVanessa-