"Pakai baju yang sopan!!" tutur Regan.
Vanessa menatap penampilannya yang menurutnya tidak salah sama sekali. Pagi ini dia menggunakan flower lace up sweater yang dipadukan dengan houndstooth skirt diatas lutut, dan juga stiletto yang hanya memiliki tinggi tiga senti itu. Lalu dimana letak tidak sopannya??
"Udah sopan kok, bajunya panjang ada pitanya. Terus roknya juga agak lumayan panjang juga, ada saku model kotak-kotak juga." jelas Vanessa.
Rok hanya memiliki panjang lima senti itu dibilang agak panjang? Lalu bagaimana model rok pendek selama ini?
"Iya itu juga sudah termasuk sopan kok." tambah Chrissy.
"Bener tuh, nggak sopannya di bagian mana?" sahut Angela.
Regan menghela nafasnya berat, bagi mereka itu rok juga pasti akan panjang, karena ukuranya setengah paha. Beda cerita kalau Regan yang melihat, jangankan Regan pria lain pun akan menganggap jika rok itu terlalu pendek. Tidak banyak tanya, Regan pun langsung mengajak Vanessa pergi ke kantor cabang yang jaraknya juga lumayan jauh. Regan juga meminta Vanessa untuk menghafal jalan, jika nanti Regan tidak bisa mengantarnya Vanessa bisa mengendarai mobil sendiri.
"Apa perlu aku ajarin juga caranya naik mobil?' tanya Regan tanpa menatap Vanessa.
"Lupa ya kalau aku juga bisa naik mobil sendiri?" cibir Vanessa.
"Sampai nyasar di kuburan kan? Nggak lupa tuh."
Entah kenapa jawaban Regan mampu membuat Vanessa kesal. Bagaimana bisa Veronica memiliki kekasih modelan Regan yang menurut Vanessa sangat menyebalkan. Seperti malam itu, dimana Vanessa benar-benar tidak mampu menikmati minumannya dengan damai. Dia harus berbagi dengan Regan, ditambah lagi pria itu juga duduk di samping Vanessa dan mengunci pinggang Vanessa dengan tangannya. Dengan alasan jika dia takut Vanessa pergi atau mungkin kabur dari Regan. Itu tidak masuk akal, itu hanya alasan Regan yang ingin menyentuh Vanessa.
Wanita itu juga masih ingat betul, ketika pria itu hampir saja mencium Vanessa padahal wanita itu yakin, jika Regan masih ingat betul jika Vanessa adalah adik dari kekasihnya. Entah kenapa Vanessa berpikir jika pria itu sejujurnya juga tertarik dengan Vanessa. Cuman, karena memiliki kekasih dan itu Veronica, dia seolah menyembunyikan ketertarikannya pada Vanessa. Jika tidak … untuk apa dia mencium Vanessa?
Menyadari mobil ini sudah berhenti, Vanessa pun segera turun. Ditambah lagi, pria itu juga langsung meninggalkan Vanessa yang masih ada di dalam mobil. Sedikit membanting pintu mobil, Vanessa berlari kecil untuk mengejar Regan yang jalan lebih dulu.
Memasuki lingkup kantor, Vanessa bisa melihat banyak orang langsung menatap dirinya. Dari atas hingga bawah seolah mereka tengah menilai penampilan Vanessa yang terlihat sangat mempesona.
"Nggak bisa nunggu ya?" cetus Vanessa.
"Yang suruh ngelamun siapa? Orang minum juga bagi dua, masa ngelagnya sekarang?" cibir Regan.
"Kamu tuh nggak mau ya ngalah sekali aja sama aku? Nggak capek ada debat mulu?"
Menghentikan langkahnya dan menatap Vanessa, Regan malah menyentil kening wanita itu dan kembali meninggalkan Vanessa. Tentu saja hal itu langsung membuat Vanessa mendengus kesal. Tidak ada yang berani menyentil kening Vanessa kecuali pria menyebalkan itu.
Dengan gerutuan yang jelas, Vanessa pun mengikuti langkah kaki Regan yang memasuki lift. Berdiri tepat di hadapan Regan, dengan sesekali menyibakkan rambutnya, tidak peduli jika pria itu akan terkena rambut Vanessa yang cetar membahana. Lagian siapa suruh jadi orang yang menyebalkan di dunia ini.
Mendengar suara lift, Vanessa pun mendongak menatap angka digital di atas pintu lift, dan ternyata ini adalah lantai empat puluh. Regan keluar lift lebih dulu, lalu disusul oleh Vanessa yang mengekor di belakang Regan. Di lantai ini sangat sepi, tidak ada satu orang pun yang berseliweran seperti dilantai bawah. Ditambah lagi koridor ini juga banyak sekali ruangan yang tertutup. Ada dua meja di samping pintu besar, yang diyakini Vanessa adalah ruangan bos.
Regan menoleh menatap Vanessa yang terlihat sangat bingung. Tapi pria itu meminta Vanessa untuk masuk ke ruangannya lebih dulu. Setelah itu barulah Regan menelpon salah satu karyawan dan meminta semua karyawan kantor ini berkumpul di ruang meeting lantai paling atas.
"Regan … ini ruangan Vero?" tanya Vanessa memastikan. Pasalnya dia melihat foto Regan dan juga Veronica di atas meja ini.
Regan menolehkan kepalanya lalu kembali fokus pada ponselnya. "Iya."
"Regan jadi bos enak nggak sih? Kerjanya ngapain aja?' tanya Vanessa sekali lagi. Sejujurnya dia malas, cuman dia harus berbaik hati agar dia tidak bertengkar terus menerus dengan Regan, atau tidak rencananya akan gagal.
Regan memiringkan kepalanya, dia pun menyimpan ponselnya pada sakunya dan mendekati Vanessa. Menjadi seorang bos itu bukanlah hal yang mudah, harus memiliki bertanggung jawab yang penuh. Mungkin semua orang menginginkan posisi itu, tapi jika mereka sudah di posisi paling atas. Tidak semua orang menyukai kembali posisi itu.
Mendadak Vanessa jadi ragu, dia tidak tahu apapun soal bisnis. Seharusnya dia di training lebih dulu, yang ada Veronica malah memposisikan Vanessa sebagai bos baru di kantor cabang. Dia hanya memikirkan bagaimana kinerjanya nanti, dia hanya takut jika dia marah terus memecat banyak karyawan yang ada. Dn membuat perusahana ini bangkut. yang ada hidup Vanessa akan menderita karena mikirin saham.
"Bos itu nggak boleh memecat orang sembarangan. Harus ada alasan yang jelas dan logis. Biasanya dilihat selama dia bekerja itu bagus atau tidak perlu di pertimbangkan." jelas Regan.
"Jadi kalau masalahnya nggak fatal nggak boleh memecat orang ya?" Vanessa menolehkan wajahnya untuk melihat Regan. Tapi tak sengaja hidung mancung Vanessa malah menyentuh pipi Regan. Tentu saja hal itu langsung membuat Regan terkejut, pria itu langsung menoleh dan menatap Vanessa yang ternyata menatapnya juga.
Pria itu tersenyum kecil, pandangannya malah terarah pada bibir tipis Vanessa yang sedikit terbuka. Ingin rasanya Regan mencicipi bibir itu, bibir yang entah kenapa malah membuat Regan memiliki pikiran kotor. Bagaimana tidak, jika posisi mereka sedekat ini yang ada Regan tidak lagi fokus dengan apa yang dia lakukan. Regan mendekatkan wajahnya hendak meraih bibir cherry itu. Tapi yang ada sebuah ketukan pintu membuat Regan langsung menegakkan tubuhnya, begitu juga dengan Vanessa yang langsung menjauh dari Regan dan meminta maaf. Bukannya apa, dia hanya tidak ingin karyawan perusahaan ini mengadu para Veronica tentang hal ini. Tentang dimana Regan yang hampir saja menyentuh bibir Vanessa.
"Selamat pagi Pak Regan, semua karyawan sudah berkumpul di ruang meeting." katanya dan membuat Regan mengangguk. Tapi tatapan itu langsung terarah pada Vanessa, tatapan menilai dan juga tatapan tidak sukanya.
Rasanya Vanessa ingin sekali memecat wanita itu yang langsung di cap musuh oleh Vanessa.
"Kita ke ruang meeting."
-BadXBad:MyDearVanessa-