Chereads / Kembali Hidup Untuknya : Malaikat Pelindung Sang Pilot / Chapter 35 - Kontak daruratnya adalah Ardi

Chapter 35 - Kontak daruratnya adalah Ardi

Fira tidak berani menunjukkannya terang-terangan di depan publik yang ramai.

Apa ketidaknyamanan fisik ini terjadi karena ... karena dia telah jauh dari Ardi selama 13 hari?

Apakah batasnya adalah tiga belas hari?

Dia mulai sedikit panik, dan bangkit berdiri untuk menopang tubuhnya. Lulu tampak pucat ketika dia melihatnya, "Fira, kamu kenapa?"

Fira memegang ujung meja, dan pembuluh darahnya terlihat di punggung tangannya, "Bukan apa-apa, aku pergi dulu."

Lulu meraih lengannya "Pergilah setelah minum kopi."

Fira menepiskan tangannya "Jangan menyentuhku."

Jantungnya hampir melompat ke tenggorokannya. Fira merasa tangan dan kakinya tak lagi bisa dikendalikan, otaknya kosong, dan matanya perlahan menutup.

Di detik terakhir sebelum dia pingsan, dia melihat Indra berlari di tengah gerimis, tanpa memegang payung, matanya tampak ... khawatir.

Dia mungkin salah lihat.

Indra membencinya, jadi mana mungkin pemuda itu mengkhawatirkannya?

Dalam sekejap, detak jantungnya seolah berhenti berdetak, dan dia jatuh ke dalam kegelapan.

Lulu tertegun, melihat Fira yang tiba-tiba jatuh ke tanah, dia tidak tahu harus berbuat apa selama beberapa waktu, dan para pengunjung di sana juga tampak sedikit bingung.

Lalu suara Indra terdengar dari belakangnya. Indra mendorongnya menjauh, setengah berlutut di tanah, dan menarik bahu Fira, suaranya penuh dengan kekhawatiran, "Fira, kamu kenapa?"

Lulu kembali tersadar.

Tadinya dia berpikir bahwa dia akan memasang jebakan untuk Fira, tapi dia sama sekali tidak menyangka kalau Fira akan menggunakan trik ini, dan membalas dirinya.

Dia pasti berpura-pura. Memangnya tadi dia bilang kalau dia pusing?

Lulu, yang kembali tersadar, berjongkok dengan cepat dan menepuk wajah Fira, "Fira, bangun, jangan bercanda."

Indra mendorong tangannya dan mengulurkan tangan untuk memeriksa nafas Fira. Nafasnya sangat lemah. Jantungnya terasa sakit. Wajahnya mengeras dan dia mengangkatnya lalu berlari keluar dengan tergesa-gesa.

Lulu tak tahu harus berkata apa, rencananya benar-benar buyar, dan dia hanya bisa terduduk dalam diam.

Indra mungkin melihat Fira pingsan dengan mata kepalanya sendiri.

Apa menurutnya pingsan Fira ada hubungannya dengan dirinya?

Fira pasti berpura-pura pingsan. Dia sudah memberitahu Indra sebelumnya supaya dia bisa melihatnya sendiri.

Fira benar-benar licik.

Dia benar-benar meniru jalan pikirannya.

Tanpa punya waktu untuk memikirkannya, dia bergegas keluar dan melihat Indra berusaha memasukkan Fira ke dalam taksi.

Di dalam mobil, Indra bisa merasakan Fira semakin lemah, nafasnya semakin samar, dan wajahnya pucat pasi.

Obat apa yang diberikan Lulu padanya?

Apa Lulu sudah gila?

"Pak, bisa tolong lebih cepat lagi?"

Si sopir menginjak pedal gas dan mengebut menembus hujan.

Dua puluh menit kemudian, taksi akhirnya tiba di rumah sakit. Indra melepas kemejanya, hanya menyisakan T-shirt, dan meletakkan kemejanya di kepala Fira. Lalu dia melangkah ke ruang gawat darurat sambil menggendong Fira.

Di pintu ruang operasi, dokter menghentikannya "Maaf, apakah Anda anggota keluarga pasien?"

Indra mengepalkan tinjunya dan hanya bisa menggelengkan kepalanya "Bukan, saya bukan anggota keluarganya,"

"Kalau begitu, apa Anda mengetahui informasi kontak keluarganya? Pasien tampaknya dalam kondisi kritis dan kami perlu menghubungi keluarganya."

Indra tidak bisa berpikir lagi, "Aku... aku tidak tahu..."

Seorang perawat membuka pintu operasi dan melangkah keluar, "Detak jantung pasien semakin melambat dan membutuhkan alat pacu jantung. Dia memakai gelang di pergelangan tangannya dengan nama seseorang, Ardi, dan ada informasi kontak orang tersebut, yang seharusnya merupakan kontak darurat. Saya akan segera menghubunginya. "

Semua orang disana bergerak dengan cepat dan efisien, meninggalkan Indra sendirian disana.

Ardi?

Apa itu Ardi yang diduganya?

Bagaimana mungkin Ardi menjadi kontak darurat Fira?

Pesawat tiba di Bandara Juanda, Surabaya. Ardi dan Bagas turun bersama-sama, diikuti oleh dua orang pengawal.

Bab 70 Detak Jantung Tiba-tiba Naik

Pak Pur adalah orang yang pertama meneleponnya. Dia menunggu di pintu keluar, mengatakan bahwa ibunya telah kembali dari Zurich dan sedang menunggunya di rumah.

Ardi menutup telepon dan melangkah menuju pintu keluar.

Teleponnya kembali berdering. Kali ini, itu adalah nomor telepon yang tidak dikenal. Dia ragu-ragu sejenak dan akhirnya mengangkatnya. Suara berisik dan mendesak terdengar di ponselnya, "Apakah Anda Tuan Cokroaminoto? Seorang gadis pingsan tak sadarkan diri dan informasi kontak Anda terdapat di gelang tangannya. Itulah sebabnya mengapa kami menghubungi Anda,"

Wajah Ardi tiba-tiba menegang "Siapa nama gadis itu?"

"Sepertinya dia disebut Fira."

"Dimana lokasinya?"

"Rumah sakit Darmo, Jl. Raya Darmo No. 90,"

Setelah menutup telepon, Ardi mempercepat langkahnya, dan melihat Pak Pur yang menunggu di pintu keluar. Pak Pur muncul sambil tersenyum "Nyonya selalu membicarakan Anda."

"Aku harus pergi ke rumah sakit."

"Rumah sakit ? Memangnya apa yang terjadi dengan tuan muda?"

"Kamu tidak perlu ikut. Pulang saja lebih dulu,"

Pak Pur masih merasa khawatir "Tuan muda, apa Anda tidak sehat? Ada dokter pribadi yang bisa dipanggil ke rumah."

Ardi memandang Pak Pur yang mengikutinya ke tempat parkir dengan tatapan dingi, "Apa aku harus mengatakannya untuk yang kedua kalinya?"

Pak Pur telah melayani keluarga Cokroaminoto selama lebih dari 20 tahun. Dia adalah orang yang paling mampu mengamati kata-kata dan nada suara serta memahami temperamen tuan muda dengan sangat baik. Tanda-tanda kemarahan terlihat di matanya, yang menunjukkan bahwa dia benar-benar tidak senang.

Dia tidak berani menentangnya.

"Baiklah, aku akan kembali lebih dulu dan menunggu kedatangan tuan muda untuk makan malam."

Ardi menuju ke mobil Bentley-nya, dan sopir pribadinya segera mengantarkannya ke rumah sakit.

Hujan di luar tampak semakin deras. Pria yang duduk di bangku belakang mobil itu tampak cemas.

Di ruang operasi gawat darurat rumah sakit Darmo, kedua dokter yang menangani tampak bingung. Alat pacu jantung telah digunakan dan defibrilasi juga sudah digunakan. Setelah dilakukan pemeriksaan, penyebabnya tidak bisa ditemukan. Hasil pemeriksaan darah menunjukkan bahwa tidak ada obat yang memicu terjadinya kejang jantung.

Ini adalah pingsan yang tidak bisa dijelaskan dan koma yang tidak bisa dijelaskan.

Pada tahap ini, obat tampaknya sama sekali tidak bisa meredakan gejalanya.

Beberapa dokter kardiologi dan saraf yang berpengalaman ikut memasuki ruang operasi dan jantung Indra seolah melompat naik ke tenggorokannya saat dia melihat sekelompok dokter keluar masuk ruang operasi.

Mobil berhenti di depan pintu ruang gawat darurat. Hujan turun sangat deras. Ardi membuka pintu dan melangkah keluar dari mobil. Sang sopir buru-buru mengambil payung di sampingnya, "Tuan, payung ..."

Tapi sosok jangkung itu sudah memasuki ruang gawat darurat.

Pakaian Ardi basah oleh air dan warnanya menjadi lebih gelap. Di meja informasi, dia menanyakan beberapa hal. Perawat muda dengan anggun membawanya ke lantai tiga. Di pintu ruang gawat darurat, dia melihat anak itu. Indra.

Dia lagi.

Wajahnya semakin suram.

Saat ini, Ardi mengenakan setelan formal, tapi lencana penerbangan di dadanya tidak sempat dilepasnya, dan lencana itu menarik perhatian Indra, membuatnya semakin bingung dengan apa yang dilihatnya.

Ternyata pria itu adalah pewaris utama keluarga Cokroaminoto yang bekerja di maskapai penerbangan.

Bagaimana Fira bisa terlibat dengannya?

Bahkan meski dia masih termasuk dalam keluarga Setiawan, tidak mungkin dia bisa mendekati keluarga Cokroaminoto. Terlebih lagi, Fira yang sekarang tidak lagi termasuk dalam kalangan kelas atas. Keluarga Cokroaminoto seharusnya merupakan kalangan yang takkan pernah bisa disentuhnya.

Apa yang terjadi?

Selain itu, Ardi juga menjadi kontak daruratnya, dan Fira menyimpan informasi kontak Ardi di gelang tangannya.

Wajah Indra tampak pucat saat dia memikirkan semua ini.

Di ruang operasi, detak jantung Fira yang turun drastis menjadi 40, tiba-tiba, tanpa peringatan, berangsur-angsur pulih, perlahan-lahan naik menjadi 60 dan 70.

Detak jantung orang dewasa normal adalah antara enam puluh dan seratus. Tiba-tiba saja, dia kembali normal. Uap air di masker oksigennya berangsur-angsur meningkat, dan pernapasannya menjadi semakin kuat.