Chapter 37 - Menempel 

Ardi menemukan bahwa Fira benar-benar menempel padanya. Ketika Fira pergi ke kamar mandi, dia pergi ke tangga darurat untuk merokok sambil menghubungi Bagas agar menyewa sebuah rumah di dekat rumah Fira untuk dirinya.

Dia menghabiskan dua batang dan segera setelah bertukar kata dengan Bagas, dia bisa mendengar suara Fira yang panik di koridor luar.

"Ardi ... Ardi."

Suaranya terdengar ketakutan.

Bagas juga mendengarnya dari ujung telepon yang lain, dan mencoba bercanda, "Kapten, untuk sementara waktu, sepertinya Fira benar-benar tidak bisa dipisahkan darimu."

Ardi berkata padanya dengan suara yang dalam, "Temukan rumah yang bagus untukku dalam tiga hari dan laporkan padaku."

Bagas sedikit tidak berdaya. Setengah dari properti di Surabaya dan bahkan seluruh negeri ini adalah milik keluarga Cokroaminoto. Kenapa kapten Ardi masih ingin mencari rumah dan pindah kesana?

Lupakan, batinnya. Dia harus melakukan apa yang dikatakan kapten.

Ardi mematikan rokoknya dan membuka pintu darurat. Fira tiba-tiba saja berlari ke arahnya dengan kepanikan yang terlihat jelas di matanya. Gadis itu menarik pergelangan tangannya dan suaranya sedikit gemetar.

"Jangan pergi."

Ardi sama sekali tidak mengerti kenapa gadis itu berubah begitu banyak setelah dia pulang dari perjalanan bisnis, tapi dia tidak keberatan dengan itu.

Dia melingkari pinggangnya dan membelai rambut panjangnya, "Aku tidak akan pergi kemana-mana. Aku hanya sedang mengatur tempat tinggal."

Fira merasa terkejut mendengarnya.

Ini semua pasti akan membuat Ardi merasa sangat aneh.

Dia takut mati.

Siapa yang tidak takut mati?

Apalagi, saat itu dia seolah sedang berjalan melalui gerbang hantu. Perasaan tidak sadar itu terlalu menakutkan Dia masih memiliki banyak tanggungan yang harus diselesaikan di dunia ini.

***

Lulu masih menunggu di kafe. Tadi, Indra menghubunginya dan berkata bahwa dia akan menemuinya.

Dia menunggu sampai pukul sembilan, dan di luar masih hujan. Dia merasa gugup dan memutuskan bahwa Fira mungkin telah mencoba menjebaknya. Atau, mungkin Fira punya penyakit stadium akhir yang disembunyikan olehnya?

Memikirkan kemungkinan yang terakhir ini, mata Lulu menjadi tidak fokus dan pikirannya jadi kacau.

Sebuah taksi berhenti diluar cafe dan Lulu melihatnya melangkah turun dari taksi. Melihat Indra, semangat Lulu kembali bangkit.

Tidak ada banyak orang di kafe itu. Indra mendorong pintunya dan melangkah masuk. Lulu berdiri dengan gugup, tampak khawatir, "Apa Fira punya penyakit?"

Mata Indra tampak dipenuhi amarah, "Apa kamu mengutuknya?"

Hati Lulu merosot mendengarnya dan dia tampak terluka dengan ucapannya itu.

Dia pasti hanya berpura-pura. Fira benar-benar gadis yang sudah memikirkan segalanya.

"Aku ... bagaimana mungkin aku mengutuknya? Bagaimana mungkin dia pingsan kalau dia tidak sakit?"

Sebagian besar kaos Indra basah oleh hujan. Dia tidak menggunakan payung saat keluar dari rumah sakit, dan tidak menggunakan payung juga saat keluar dari taksi barusan. Pikirannya kacau, dan hidupnya dikacaukan oleh Fira. Bagaimana mungkin dia masih bisa peduli dengan menggunakan payung?

"Soal kenapa dia pingsan, kamulah orang yang paling tahu, obat apa yang kamu berikan padanya?"

Mungkin itu obat yang tidak bisa dideteksi oleh alat medis. Kasus serupa pernah terjadi beberapa tahun terakhir ini, seperti misalnya penggunaan logam langka dan unsur kimia yang tidak stabil.

Lulu membiarkan orang lain menyebarkan desas-desus bahwa Fira adalah wanita yang tidak berguna, tapi bagaimana kalau hal yang sama terjadi padanya?

Itu benar-benar pedang yang diucapkan dengan manis, yang benar-benar membuatnya tak bisa mempercayainya.

Lulu nyaris menangis karena merasa itu tidak adil. Air matanya berlinang "Indra, di matamu, apakah aku orang seperti itu?"

"Bukankah memang begitu?"

Lulu hampir bersumpah ke langit "Dia baru saja tiba di kafe dan tidak sempat minum apapun, bagaimana mungkin aku bisa memberinya obat? Apa aku memang memiliki kemampuan sehebat itu? Indra, kenapa kamu masih mau mempedulikannya? Dia pasti berpura-pura pingsan hanya untuk menjebakku."

"Dokter menjelaskan bahwa pernapasannya lemah, detak jantungnya turun menjadi empat puluh, dan semua defibrillator serta alat pacu jantung sudah digunakan tapi tidak ada gunanya. Apa menurutmu dia punya kemampuan yang begitu hebat sehingga bisa membohongi seluruh staf rumah sakit?"

Bab 74. Kalau penglihatanmu buruk, pergilah ke poli mata

Lulu gemetar mendengarnya "Aku tidak tahu apa-apa. Aku masih belum melakukan apa-apa. Aku sama sekali tidak bohong,"

Dia telah dijebak oleh Fira. Dia menyesal karena telah meminta Fira untuk bertemu dengannya hari ini.

"Apa menurutmu aku akan percaya padamu?"

Air mata Lulu menetes "Kalau kamu tidak mempercayaiku, kamu bisa meminta rekaman kamera di kedai kopi ini. Kamu akan bisa melihat sendiri apakah aku memang memberinya obat atau tidak. Apa menurutmu aku sudah gila? Aku pasti akan melanggar hukum kalau aku melakukannya, setidaknya aku tahu tentang itu,"

"Aku tidak perlu melakukannya."

Indra menatap Lulu dengan sorot mata menuduh dan jijik. Lalu dia membalikkan badan dan melangkah pergi.

Kaki Lulu yang gemetar tak bisa menopang tubuhnya dan dia merosot duduk di kursinya.

Apa yang dilihatnya barusan membuatnya takut dan putus asa.

Sebelum ini, tatapan mata Indra saat melihat Fira memang sulit untuk dijelaskan.

Sebenarnya, Lulu tahu bahwa Indra mungkin menyukai Fira di dalam hatinya, tapi dia juga harus menjaga reputasinya sendiri. Pemuda itu tidak akan bisa menyelamatkan mukanya. Dengan susah payah, Lulu berhasil membujuknya dan mengatakan padanya, "Fira, apa dia pantas?"

Tatapan mata Indra barusan berbeda dengan tatapannya saat memandang Fira, itu bukan tatapan yang sulit untuk dijelaskan. Indra memandangnya dengan tatapan jijik.

Dia merasa marah dan kesal, jadi dia pergi ke rumah sakit untuk menemui Fira. Ardi sedang keluar membelikan makanan untuknya. Hanya ada Fira di bangsalnya.

Melihat penampilan Lulu, Fira hanya ingin menertawakannya.

"Fira, kamu berpura-pura, kan?"

Fira menunjukkan jarum yang ditusukkan ke punggung tangannya. Ardi masih merasa tidak nyaman dengan kondisi Fira dan dokter memberinya sebotol glukosa untuk menenangkannya.

Fira mengangkat tangannya "Kalau penglihatanmu buruk, pergilah ke poli mata. Kebetulan sekarang kamu berada di rumah sakit, kan, jadi akan mudah untuk melakukan itu."

Lulu membelalak memandangnya, "Itu salahmu sendiri, bukan? Kamu tidak makan, dan karenanya menderita hipoglikemia. Pergilah dan beri tahu Indra kalau apa yang terjadi tadi tidak ada hubungannya denganku."

Fira bersandar di sandaran tempat tidur dengan nyaman dan menatapnya sambil tersenyum kecil, "Indra? Kenapa aku harus memberitahunya?"

"Karena dia mengira akulah yang membuatmu jadi seperti ini."

"Kamu memang memintaku untuk datang minum kopi bersamamu. Kamu memang bermaksud menjebakku, bukan?"

Hati Lulu bergetar "Omong kosong apa yang kamu bicarakan? Kan sudah kubilang kalau aku ingin minta maaf padamu, karena aku tidak sengaja mengungkapkan informasi tentang dua milyar rupiah itu pada keluarga pamanmu. Karena itulah aku ingin meminta maaf,"

"Heh, kenapa kamu tidak bertindak lebih hati-hati? Aku melihatmu pergi ke kios koran untuk membeli nomor telepon sekali pakai dan mengirimkan pesan teks ke bibiku. Itu sebuah kecerobohan atau kamu memang sengaja melakukannya?"

Wajah Lulu menjadi pucat, bagaimana mungkin Fira bisa tahu dengan jelas?

"Aku memang salah dalam hal ini. Aku mengakui kesalahanku padamu, tapi kita berdua tahu apa yang sebenarnya terjadi hari ini. Aku tidak bersalah. Sekarang ini, Indra percaya bahwa aku telah meracunimu, bagaimana mungkin aku bisa melakukan hal seperti itu?"

Fira dengan santai menanggapinya "Tapi kenapa Indra bersikeras untuk percaya bahwa kamu adalah orang yang berniat buruk? Kamu pasti telah melakukan sesuatu yang kejam sehingga membuatnya memiliki kesan seperti itu? Apa kamu masih mau menyangkalnya?"

Lulu tahu bahwa video itu pasti dikirim oleh Fira ke Indra.

Fira tiba-tiba saja memulai perang dengannya. Lulu selalu mengira bahwa dia berada di posisi yang lebih unggul daripada Fira, tapi dia sama sekali tidak menduga Fira akan bisa mengejarnya. Apalagi sampai mempermalukannya.

"Aku tidak melakukan apapun sebelumnya. Aku hanya duduk manis. Aku sama sekali tidak bersalah."

Fira mencibir mendengarnya "Kalau begitu, bicaralah sendiri dengan Indra. Kalau kamu bersikap jujur seperti itu, maka Indra pasti akan mempercayaimu."

Fira masih harus berpura-pura, jadi biarkan saja Lulu melakukan itu.

Dalam hal akting, Fira juga termasuk kelompok yang mumpuni, siapa yang takut dengan siapa?

Lulu pergi dengan marah. Dia masih ingin mengejar Indra dan karenanya, dia harus mengubah citra dirinya di dalam benak Indra.