Chapter 40 - Berkelahi

Fira tersenyum "Membuat lubang di dinding."

"Ada yang menghancurkan dinding?"

"Bukan, seorang tetangga disini sedang memasang AC di rumahku."

"Oh, begitu."

Keduanya mengobrol tentang berbagai hal. Suara-suara di luar kamarnya terlalu keras dan mereka tidak bisa mengobrol dengan nyaman. Karenanya, Fira harus menyudahinya lebih awal, "Sudah ya, beristirahatlah lebih awal."

Ardi masih tidak ingin menutup teleponnya, dan memandangnya "Rumah baruku sedang disiapkan. Aku akan pindah kesana setelah kembali ke Surabaya. Lokasinya cukup dekat dengan rumahmu,"

Fira merasa tersentuh oleh efisiensinya.

Ardi benar-benar mewujudkan semua yang dia katakan sebelum ini.

Semakin sering hal ini terjadi, semakin besar pula rasa bersalahnya karena dia telah semakin bergantung pada pria itu.

Pak Anto akhirnya selesai memasang AC, dan saat Yuni menawarkan akan membayar jasanya, Pak Anto segera mengambil kotak peralatannya dan melangkah cepat keluar dari halaman rumah mereka.

Fira berdiri di dekat pintu "Bu, Pak Anto sudah memasang AC di rumah kita. Apa Ibu tidak mengundangnya untuk makan?"

Yuni meremas uang di tangannya "Berikan uang ini padanya setelah kita makan. Kita tidak boleh memanfaatkan kebaikan hati orang lain."

"Bu, menurutku Pak Anto lumayan juga. Lihat saja, dia baru berusia empat puluh tahun. Dia juga seorang pekerja keras dan orang yang praktis. Kudengar rumahnya dihancurkan dan dibagi menjadi dua. Dia punya banyak kamar."

Yuni menoleh ke arahnya "Dari mana kamu mendengar itu, Fir?"

"Dari apa yang dikatakan bibi gendut di ujung jalan ini. Bibi gendut itu ingin memperkenalkannya pada saudara perempuannya. Bukankah saudara perempuannya itu janda? Bibi gendut itu sering mendekati Paman Anto. Bu, kamu harus memanfaatkan kesempatan ini sekarang,"

Yuni pura-pura merasa kesal "Gadis kecil, jangan ikut campur urusan orang dewasa. Pergilah dan lakukan sesuatu yang lebih bermanfaat,"

Setelah selesai mengatakan itu, dia melangkah pergi ke dapur untuk memasak.

Ponsel Fira berdering, dan itu adalah Zaki. Fira segera menjawab panggilan telepon itu. Terdengar suara panik Zaki "Kak Fira, ada perkelahian, dan Yudhi berkelahi."

Wajah Fira langsung tegang, dan dia melangkah keluar "Di mana?"

"Pintu belakang sekolah, datanglah kemari. Kami tidak bisa menahannya lebih lama lagi."

Fira menutup ponselnya dan berlari keluar, tepat disaat itu, tetangga mereka, kak Guntur kembali dengan mengendarai sepeda motor besarnya. Fira melangkah maju untuk menghentikannya, "Kak Gun, tolong pinjami aku sepeda motormu,"

Guntur melihat Fira tampak cemas. Dia tidak bisa diam saja dan memberinya helm. Fira segera naik ke atas sepeda motor, memutar pegangan gas dan sepeda motor itu meraung dengan suara keras.

Setelah sepeda motor itu bergerak laju, Guntur mengejarnya dan berseru keras, "Fira, apa kamu bisa naik motor?"

Fira mengendarai sepeda motor yang berat itu dengan cukup mudah. Dia berhenti di pintu belakang SMAN 9, dengan satu kaki menopangnya ke tanah.

Fira memarkirkan sepeda motor, berlari ke depan, dan menghentikan kepalan tangan Yudhi yang hampir melayang.

"Yudhi, hentikan!"

"Yudhi... tenangkan dirimu."

Yudhi masih berteriak-teriak seperti orang kalap. Fira menoleh untuk bertanya pada Zaki dengan suara keras "Apa yang terjadi?"

Hidung dan wajah Zaki tampak biru dan bengkak, dan sulit baginya untuk bicara dengan jelas "Mereka bilang kalau Yudha itu bisu, dan kami kebetulan mendengarnya. Lalu Yudhi..."

Dia tidak bisa mengendalikan dirinya setelah mendengar ejekan itu.

Yudhi benci mendengar orang lain mengejek adik kembarnya bodoh dan idiot.

Dia hanya sakit. Dia bukan orang bodoh.

Fira menepuk punggung Yudhi "Kamu tidak perlu memberi mereka pelajaran. Aku sudah ada disini, Yudhi. Tenangkan dirimu,"

"Hentikan semuanya!"

Bab 80 Lebih kejam dari tiran sekolah

Suara Fira mengejutkan semua yang hadir.

Zaki dan Joni dengan cepat mundur ke sisi Yudhi, mencoba menahannya yang, secara emosional, masih tidak stabil.

Fira berbisik "Joni, bantu aku menjaga Yudha, oke?"

"Oke, Kak Fira."

Pihak lainnya yang mencari gara-gara adalah beberapa siswa dari STM yang lokasinya memang dekat dengan SMAN 9. Ada banyak bajingan tak terpelajar yang melakukan segala macam pemerasan.

Di kehidupan Fira sebelumnya, para siswa STM inilah yang mengintimidasi Yudha. Salah satu dari mereka dibuat cacat oleh Yudhi dan Yudhi masuk penjara karena alasan itu.

Dan Yudha...

Dia bunuh diri dengan minum obat karena dia merasa bersalah telah membuat kakak kembarnya masuk penjara.

Total ada lima orang disana. Mereka semua bersikap sombong dan mencibir ke arahnya. Lalu mereka mencoba menggodanya, "Kenapa kamu punya saudara perempuan secantik ini? Dia bahkan lebih cantik daripada Yessi. Ayo kita jadikan dia pacar bos kita,"

"Sepertinya dia kakak dari cowok bisu itu."

Mata Fira menyorot tajam dan dingin, dan dia mengulurkan tangannya untuk menggerakkan otot dan tulangnya. Dia mulai berlari, melakukan tendangan voli dan mendaratkan tendangan itu di dada si bos yang berambut kuning. Bos berambut kuning itu terjengkang dan jatuh ke belakang.

Fira menginjak dadanya "Jadi pacarmu? Apa kamu mau mengatakan itu lagi?"

Lima anak STM itu kelihatannya terkejut setelah melihat Fira ternyata punya bekal ilmu bela diri dan mereka segera membantu bos mereka untuk bangkit.

Dua orang pemuda jangkung bergegas maju bersama-sama dengan tinju terkepal. Yudha ingin melangkah maju untuk membantu kakaknya, tapi Joni menghentikannya "Jangan bantu dia. Kak Fira akan baik-baik saja."

Melihatnya dari jauh, itu adalah perkelahian satu-lawan-lima. Anak-anak itu berusaha menyerangnya sekaligus tapi Fira berhasil dengan mudah menghentikan aksi mereka.

Anak-anak STM itu sepertinya hanya bisa menggertak.

Mata Yudha memerah dan dia mengepalkan tinjunya karena panik dan khawatir.

Fira meraih salah satu pemuda berbadan besar, bertumpu di bahunya, dan dengan seluruh kekuatannya, memiringkan tubuhnya untuk menendang dua orang yang berlari ke arahnya. Keduanya terlempar ke belakang dan dia mendaratkan sebuah pukulan ke dada pemuda bertubuh besar itu.

Pemuda itu hanya bisa mendengus.

Zaki dan Joni terpesona melihatnya. Seperti yang dulu terjadi, kekuatan para siswa STM itu sama sekali tidak sebanding dengan Fira dan tidak lama kemudian mereka semua sudah bertekuk lutut di hadapan Fira.

"Kak Fira sangat tangguh!"

"Kak Fira luar biasa!"

Fira berjalan selangkah demi selangkah menuju bos geng itu. Dia menjambak si bos berambut kuning itu dan menginjak dadanya. Bos itu sama sekali tidak berani melawannya, "Kak, maafkan kami. Kami yang salah."

Fira masih tidak mau melepaskannya begitu saja dan mulai menamparnya "Bisu? Siapa yang bisu, hah?"

Husin tampak ketakutan "Semua orang ... memanggilnya seperti itu. Karena dia tidak bicara, apa itu hanya ..."

Fira mengangkat kerahnya dan membantingnya ke dinding "Berapa banyak yang kalian ambil darinya?"

Husin gemetar ketakutan dan mengeluarkan uang dari dalam sakunya "Seratus ribu rupiah. Totalnya seratus ribu rupiah,"

"Maksudku, dari masa lalu sampai sekarang ini, berapa banyak yang sudah kamu ambil darinya?"

"Maafkan aku, kak. Aku tidak ... aku tidak ingat."

Fira menampar kepalanya lagi "Aku akan memberimu waktu untuk memikirkannya. Beri aku perkiraan, berapa banyak uang yang kalian ambil dari Yudha. Kalau kamu tidak mengatakannya disini sekarang, aku akan mematahkan kakimu,"

Husin begitu ketakutan sampai dia hampir menangis.

Kenapa gadis ini lebih kejam daripada bos tiran di SMAN 9?

Semua anggota geng STM itu berjongkok di tanah, mengeluarkan ponsel mereka sambil gemetar dan mulai menghitung jumlah uang yang mereka ambil dari Yudha.

Dua puluh menit setelahnya, Fira sudah kehilangan kesabaran dan mulai menendang kaki si bos berambut kuning. "Apa terlalu sulit untuk menghitung semua itu?"

Husin menangis dan berkata "Kak, kami... kami semua punya nilai yang buruk dalam berhitung. Kalau kami bisa menghitungnya dengan cepat, kami takkan melakukan ini."

Fira memasukkan tangannya ke dalam sakunya "Sepertinya jumlah yang kalian ambil darinya cukup banyak. Hanya saja aku yang tidak menyadarinya sejak lama."