Chereads / Mantra Penari Ke 7 / Chapter 30 - Jalan Dari Langit 2

Chapter 30 - Jalan Dari Langit 2

"Maksudmu?" tanya Ratu Eun Sha penuh tanda tanya terlebih lagi sang Menteri Natsuha hanya tersenyum penuh arti.

Rumah si Pandai Besi.

Di dapur, Taki menatap antusias Gadis bernama Mizu, yang sedang sibuk mengolah makanan.

"Tuan, kenapa masih disini? Pekerjaan Anda sudah selesai?" tanya Mizu mengernyit merasa aneh melihat Taki sibuk memperhatikannya bukannya sibuk melakukan hal bermanfaat lainnya.

"Aku hanya membantu membuat dan menjual pedang-pedang Chichi. Kebetulan aku tidak membuatnya hari ini jadi, disinilah aku sekarang" balas Taki tetap fokus memperhatikan gerak-gerik Mizu.

"Bersantailah dulu diluar, jika makanannya sudah siap, Tuan Muda dan...Tuan akan saya panggil" kata Mizu tersenyum manis.

"Panggil aku Taki. Untuk apa kau panggil aku Tuan Muda? Memang aku majikanmu? Kita disini sama-sama bekerja untuk Chichi mengerti?!" protes Taki tak suka.

"Bukankah Tuan...mak-maksudku..., Taki, bukankah Tuan Ojie adalah Chichi kandung Anda?"

"Aku ditemukan Chichi saat terluka, dan lupa akan masa laluku sehingga sampai sekarang, dia memberiku tumpangan" kenang Taki.

"Benarkah? Kata Haha, aku juga melupakan masa laluku hingga aku terpaksa dibawanya ke rumah neraka itu..." kata Mizu menunduk sedih.

"Wanita dari kawasan merah muda itu bukan Haha kandungmu? Sayang sekali...dia cantik" puji Taki sambil membuat ekspresi prihatin.

"Dia memang selalu cantik"

"Tapi kau jauh lebih cantik. Secantik Ratu Negeri ini" kekeh Taki.

Apa dia sedang merayu? Ya, terdengar seperti sebuah rayuan di telinga Mizu. Tapi, bagi Taki, dia jarang sekali merayu Perempuan, bahkan dia bukan tipikal tukang gombal, dia hanya Pria berwajah datar yang kebetulan mudah dicintai oleh banyak kaum Wanita. Jadi, untuk apa dia merayu? Bahkan jika ia ingin, tinggal menunjuk saja, Wanita itu pasti akan segera menjadi miliknya bukan?

Tok

Tok

Tok

Terdengar ketukan di pintu dapur dan muncullah Ojie Nabuke.

"Cepat selesaikan masakanmu Mizu. Nanti malam kita akan kedatangan seorang tamu penting. Taki jangan ganggu dia dulu kali ini. Atau nanti malam tamu kehormatan kita akan pulang dengan perut kosong" kata Oji Nabuke berdecak kesal lalu menggeret Putranya dengan menjewer telinga Pemuda itu.

Ojie melepaskan telinga Taki di ruang keluarga dan duduk di samping Putranya.

"Siapa tamu agungmu kali ini Chichi"

"Menteri Natsuha. Bersikaplah baik nak, dia ingin menemuimu"

"Ada urusan apa seorang Menteri dari Kerajaan Negeri ini mencariku? Ada angin apa?"

"Kejadian kau, menyelamatkan anak itu, nampaknya menarik perhatiannya. Kau harus bisa mengambil hatinya nak, siapa tahu kau, akan di perkerjakan menjadi Prajurit Istana. Itu impian dari orang kecil seperti kita ini" kata Oji menepuk kedua bahu Taki.

"Lalu bagaimana dengan Chichi? Kau akan sendirian disini"

"Aku memang selalu sendiri sejak awal bukan? Jangan mencari alasan anak muda. Jangan lupa, kau bawa dia juga bersamamu jika itu benar terjadi. Kau bisa merekomendasikannya menjadi seorang Dayang Istana" kata Oji merancang masa depan muda mudi ini.

Natsuha benar-benar datang malam ini membawa dua gulungan kertas di kedua tangannya.

"Selamat datang Menteri Natsuha..." sapa Ojie Nabuke memberi penghormatan diiringi oleh dua muda mudi di sampingnya. Natsuha menatap tajam ke arah Mizu, matanya seolah melihat hal yang teramat sangat mengejutkan. Mizu hanya diam menunduk ketika awalnya mata mereka beradu satu sama lain.

"Aku, kesini, dengan tujuan mengangkat Putra dan Putrimu, menjadi anak-anakku. Maaf jika ini sangat mendadak, tapi aku melihat Putramu sangat berpotensi menjadi seorang Prajurit Kerajaan. Sementara Putrimu, kulihat dari kedua jemari tangannya, pastilah ia seorang Penari. Aku akan menjadikannya Penari Istana" kata Natsuha bersungguh-sungguh. Raut wajah ketiga orang di hadapan Natsuha nampak bingung.

"Aku paham jika kalian sangat terkejut atas permohonan ini. Tapi, aku sangat menginginkan memiliki seorang Putra, dan Putri bertalenta seperti kalian"

"Ini membuat kami merasa sangat tersanjung Menteri Natsuha, beri saya waktu untuk mendiskusikan hal ini dengan mereka"

"Waktumu hanya sampai matahari terbit Oji Nabuke. Kau tahukan, masa depan mereka akan cerah ditanganku. Permisi" kata Natsuha sebelum melenggang pergi membawa kuda Istana kembali ke kediamannya.

"Aku sangat senang dengan masa depan Taki kedepannya jika mengikuti Perdana Menteri Natsuha. Tapi aku merasa masa depan Mizu akan suram setelah masuk ke dalam Istana" kata Ojie mengelus-elus jenggotnya yang panjang.

"Masa depan saya pasti cerah di dalam Istana jika bisa mendapatkan gelar Penari Istana tertinggi" Mizu tidak setuju dengan ucapan Ojie.

"Nak, jika dilihat dari materi, memang kau tidak akan pernah merasa kekurangan. Coba pikirkan sekali lagi. Jika kau menjadi Penari Istana maka akan di ambil sumpah untuk tidak akan menikah seumur hidupmu."

"Apa kau sudah mempertimbangkan, bahwa sejatinya manusia selalu membutuhkan kehadiran seorang teman hidup?" Ojie mencoba membuat Mizu mempertimbangkan keputusannya menjadi Penari istana.

Kediaman Menteri Natsuha.

Sesampainya Natsuha di kediamannya, ia langsung berjalan menuju ruang baca mendadak ia jatuh terduduk. Benarkah yang ia lihat tadi? Wajahnya...Gadis bernama Mizu, mengingatkan Natsuha pada seseorang yang telah lama di lenyapkan oleh Kakaknya Kimiko.

"Benarkah itu Mizu? Atau...dia ternyata masih hidup? Apa yang terjadi?" bisiknya pada diri sendiri.

Ia membuka kasar sebuah gulungan yang tadi jatuh dari tangannya dan tergeletak begitu saja di atas lantai. Direntangkannya lebar-lebar kertas itu lalu ia menatap datar pada lukisan yang tertoreh disana.

"Putramu, aku sangat yakin, dia Putramu dengan Raja Keito. Aku harus membawanya kembali padamu, demi kebahagiaanmu Eun Sha. Tapi..." Natsuha beralih pada lukisan yang kedua lalu membukanya, menatap dengan seksama.

"Bagaimana dengan Hamari? Sanggupkah mereka menerima kenyataan? Bagaimana reaksi Ratu, Raja dan Selir Kimiko? Kenapa?! Kenapa semuanya menjadi serba salah begini? Haruskah aku mengembalikan Hamari pada keluarganya?"

"Seperti aku akan mengembalikan Hiroshi ke tangan kedua orang tuanya? Adilkah aku jika kupisahkan mereka dari Mari? Firasatku sungguh tidak enak kali ini" gumam Natsuha makin bimbang.

Pagi menjelang, seorang Dayang berlarian membawa gulungan surat dari Sang Pandai Besi.

Mereka telah siap menerima kehormatan menjadi anak angkat dari Menteri Natsuha. Terima kasih telah memberi kehormatan sebesar ini pada Rakyat kecil seperti kami.

Ojie Nobuo

Natsuha menutup kembali gulungan surat tersebut sambil tersenyum senang mengetahui Hiroshi dan Mari akhirnya dalam genggamannya. Ia langsung berlari, menuju Taman kecil rumahnya. Langkah kakinya mulai terhenti, ketika ia menatap sosok Hiroshi dan Mari kecil melangkah dengan senyuman bahagia sambil menatap Natsuha dengan mata berbinar-binar penuh kebahagiaan.

Tapi angin kemudian berhembus kencang, hingga mata Natsuha terpaksa berkedip lalu sosok kecil Mari dan Hiroshi, berubah menjadi sosok Taki dan Mizu dewasa.

"Tuan," kata mereka serempak dengan senyuman penuh harapan.

"Panggil aku Paman mulai sekarang" kata Natsuha membentangkan kedua tangan, mengundang kedua muda mudi itu dalam pelukannya. Tanpa ragu dan merasa risih, mereka pun menghambur memeluk si Paman sekaligus Chichi baru mereka.

"Masuklah, akan kutunjukkan, dimana ruang istirahat kalian berdua" kata Natsuha tersenyum simpul.

"Anda tidak merasa takut Tuan?" tanya Taki pelan.

"Paman. Apa perlu ku ajarkan cara mengejanya?"

"Bisakah aku memanggilmu Chichi? Apa Chichi tidak takut?" ulang Taki keheranan.

"Takut? Pada apa dan pada siapa?"

"Kami. Bukankah Chichi Ojie memberitahu dari awal, jika...kami tak diketahui asal- usulnya?" kata Taki tak mengurangi rasa hormatnya pada sang Perdana Menteri.

"Aku sangat mengenal Oji Nobuo. Dia bukanlah Pria, yang sembarangan menerima orang. Apa kalian masih belum mengingat siapa keluarga kandung kalian? Dimana rumah mereka?" selidik Natsuha memperhatikan ekspresi dari kedua Keponakannya itu.

Taki dan Mizu menggaruk-garuk kepalanya lalu menggelengkan kepala tanda belum ada satu pun ingatan dimasa lalu kembali pada mereka.

"Aku bisa membantu kalian untuk mencari keluarga kandung kalian berdua"

"Benarkah? Bukankah...Paman ingin mengadopsi kami?" tanya Mizu senang sekaligus bingung.

"Selamanya kalian tetaplah Keponakanku, sekaligus Anak-anakku. Tidak ada yang dapat mengubah itu. Tapi kalian juga berhak, mengetahui keberadaan keluarga kandung kalian" kata Natsuha berhenti di depan sebuah ruangan tertutup dekat dengan ruang membaca.

"Mizu, mulai sekarang, inilah ruang istirahatmu. Semoga kau menyukainya. Bukalah, dan ubah apa pun di dalamnya sampai kau nyaman tinggal di dalamnya. Taki, ikut Paman" kata Natsuha kembali berjalan kali ini menuju daerah ruang bela diri.