"Mulai sekarang, disinilah tempat istirahatmu. Sengaja kupilihkan tepat di dekat ruang bela diri, agar kau bisa puas belajar bela diri setiap kau ingin. Masuklah" kata Natsuha tersenyum simpul.
Taki mengangguk sambil menggeser pintu lebar-lebar. Di sela kesibukan Taki melihat-lihat kamar, Natsuha terkejut ketika ia merasakan seseorang menggapai tangannya, lalu meletakkan di pipinya.
"Chichi...terima kasih ruangan yang indah" kata Mizu ceria masih meletakkan tangan Natsuha di pipinya.
"Ini keren Chichi!!" pekik Taki sambil memeluk erat Natsuha juga. Pria itu hanya terdiam sejenak berusaha untuk memahami apa yang tengah ia hadapi kali ini. Pria bujang, yang mendadak memiliki dua Anak sekaligus. Perasaan yang aneh, tapi cukup menyenangkannya.
Eh, tunggu dulu!! dari awal ia hanya ingin menjadikan hubungan ini sebagai hubungan keponakan dan Paman. Bukan Anak dan Ayah. Kenapa anak-anak ini selalu memanggilnya Ayah?! gemas Natsuha
"Jadi, apa kalian bisa bersiap-siap sekarang, bertemu dengan Ratu?" kata Natsuha masih menikmati kedekatan tak ter bayangkan dengan kedua Keponakannya itu.
Tapi karena ucapannya, Taki dan Mizu langsung melepaskan diri dari Natsuha, lalu menatap Ayah angkatnya itu tak percaya.
"Untuk apa Ratu bertemu dengan kami Chichi?" tanya Mizu bingung. Pertama, Chichinya datang dan mengatakan ingin mengadopsi mereka tapi...kali ini...Ratu?
"Dia hanya ingin melihat kedua anak asuhku. Kalian tahu? Dia mendengar langsung, dariku jika Taki, pandai bermain pedang. Dan... Mizu, pandai menari. Ratu sangat menyukai Anak-anak berbakat. Karena itulah, dia sangat ingin menemui kalian. Atau kalian ingin mengecewakan Ratu?!"
"Tentu saja tidak. Selama ini, hanya orang-orang tertentu saja yang bisa berada di dekat Ratu bukan? Kami akan menjadi orang-orang paling beruntung" jawab Taki dengan suka cita.
"Gunakan pakaian yang paling kalian sukai di dalam lemari pakaian kalian. Ayo, jangan sampai Ratu lama menunggu kita" perintah Natsuha.
Istana, ruang kerja Raja.
Ratu Eun Sha berjalan sangat hati-hati menuju ruang kerja Raja. Diam-diam Ratu memperhatikan keadaan Raja yang sangat memprihatinkan. Hatinya bergemuruh mengutuki dirinya. Ia berbisik pada Dayang kepercayaannya untuk menyiapkan seember air hangat, yang telah di bubuhi garam.
Perlahan ia membuka pintu, tanpa menimbulkan suara berisik hingga Raja tetap terlelap di atas meja. Eun Sha duduk di sebelah sang Raja menatap lekat Pria yang tengah terlelap. Wajahnya sangat damai ia enggan untuk membangunkannya. Tak lama kemudian sang Dayang datang, membawa seember air hangat. Eun Sha mengambil alih embernya lalu meletakkan di dekat kaki Raja Keito. Perlahan... di celupkannya kedua kaki sang Raja ke dalam ember air hangat. Raja Keito mulai terbangun ketika merasakan pijatan di kedua kakinya.
"Eun Sha, apa yang kau lakukan? Hentikan. Aku bisa memerintahkan Dayang untuk itu. Kau tak perlu me..." Raja Keito tak sempat melanjutkan kata-katanya karena pelukan Eun Sha yang tiba-tiba.
Selama ini Eun Sha hanya mendiamkannya saja, tanpa memperdulikan Suaminya tapi...kali ini Raja tidak akan menanyakan apa pun kenapa tiba-tiba, Ratu memedulikannya kembali?
Apa pun itu, Yang Raja tahu, Raja Keito sangat bahagia mendapatkan kembali perhatian Eun Sha Ratunya.
"Maafkan hamba Yang Mulia. Ini bukan salah Anda. Mohon jangan hukum diri Anda lagi mulai sekarang. Jangan lagi" kata Eun Sha menitikkan air mata.
Ya, sejak buah hati mereka pergi, sejak Ratu mengabaikan Raja, Raja malang itu hanya berkutat dengan berlatih ilmu pedang, bekerja tanpa henti, kecuali ia tak sanggup lagi menahan lelah baru ia tertidur.
"Kau ingin menangis terus? Atau memijat kakiku kembali? Apa kau tidak melihat? Kakiku sekarang membengkak" rengek Raja kekanakan. Eun Sha langsung terkekeh kecil mendapati Rajanya yang tiba-tiba merengek minta dipijat.
"Ayo, kita mulai lagi dari awal. Kita masih memiliki Kotoko. Selama ini dia terabaikan karena kita berdua terlalu sibuk meratapi Hiroshi dan Mari" kata Raja membelai kedua pipi Eun Sha. Ratu mengangguk lalu mulai kembali memijat kaki sang Raja.
"Menteri Natsuha ingin menghadap" pemberitahuan lantang Pengawal membuat Eun Sha dan Raja Keito saling memandang. Natsuha menghadap Raja sepagi ini? Ini bukan kebiasaan Pria itu.
"Persilahkan masuk" kata Raja sambil menatap ke arah pintu. Eun Sha buru-buru mengeringkan kedua kaki Raja dengan handuk yang telah disiapkan sang Dayang.
"Hormat hamba, Raja Keito, dan Ratu Eun Sha" kata Natsuha takzim.
"Kedatanganmu sangatlah mengejutkan kami Natsuha. Ada apa gerangan kau datang sepagi ini?" tanya Raja Keito penasaran tak lupa menebar senyuman yang selama ini menghilang entah kemana.
"Apa hamba datang di waktu kurang tepat? Hamba bisa...datang kembali dilain waktu," tawar Natsuha hendak berbalik badan.
"Bukan..., kami hanya heran dengan kedatanganmu sepagi ini Natsuha. Jadi ada apa kau kemari?" jawab Ratu spontan membuat Natsuha yang memang hanya main-main tersenyum simpul.
"Sesuai janji hamba pada Ratu, akan hamba perkenalkan kedua Anak asuh hamba Yang Mulia"
"Anak asuh? Tapi kau belum menikah. Kenapa kau tidak menikah saja, dan memiliki anak sendiri? Itu akan jauh lebih membahagiakanmu" balas Raja mengangkat kedua alisnya keheranan.
"Akan hamba pikirkan dilain waktu. Tapi mereka adalah Anak-anak berbakat. Sayang jika tidak ada yang mengasah bakat mereka Yang Mulia"
"Kau tak perlu mengangkat Anak orang lain jika hanya itu tujuanmu Natsuha. Tidak kah itu berlebihan?" kata Ratu tak suka dengan tindakan Natsuha ini.
"Temuilah mereka terlebih dahulu Yang Mulia. Baru berikan pendapat atas mereka setelahnya. Mereka telah lama menunggu"
"Baiklah. Bawa mereka kemari"
"Terima kasih Yang Mulia. Mereka sangat antusias menemui Raja dan Ratunya" tambah Natsuha tersenyum lebar kali ini.
"Hideki Takizawa, Simizu Hanami, kemarilah nak" panggil Natsuha penuh kasih. Kedua muda mudi itu berjalan lalu memberi penghormatan pada Raja dan Ratu.
Sebuah kejutan di pagi hari dirasa oleh Eun Sha dan Raja Keito. Orang yang paling tak dapat berkutik adalah Raja Keito bagaimana ia bisa bersikap normal, ketika...wajah yang telah lama menghilang dalam hidupnya, kini muncul kembali?!
Ia melihat seolah sosok Jea Jangna menatapnya lekat jelas-jelas nama Gadis itu Mizu bukan Jangna. Raja berdiri dengan gontai hingga ia hampir terjatuh ke belakang.
Bukan keterkejutan lagi yang terlihat di kedua bola mata Raja tapi syok yang mendalam.
"Nama panggilanmu?" tanya Eun Sha dengan sorotan mata teduh.
"Mizu"
"Kau sungguh mengingatkan kami akan seseorang. Orang yang dahulu, telah menyatukanku dengan Raja" kata Eun Sha tersenyum simpul sambil membelai rambut Mizu.
"Dan...panggilanmu?" tanya Eun Sha tertuju pada sosok Taki.
"Taki, Yang Mulia" jawab Taki sambil tersenyum simpul pada Ratu.
Ada rasa rindu membuncah di dada Ratu dan Raja ketika melihat sosok Taki. Hati mereka menjerit. Hiroshi!! Anak ini mengingatkan mereka pada Putra Mahkota kecil. Apa yang ada di wajah pemuda bernama Taki, adalah perpaduan antara Raja dan Ratu.
"Jadi mereka Anak-anak angkatmu itu?" tanya Raja Keito berusaha menguasai diri sambil bertanya.
"Ya Yang Mulia" sambut Natsuha menganggukkan kepala.
"Pengawal!!"
"Hamba Yang Mulia"
"Bawa Taki ke tempat pelatihan Prajurit Kerajaan, pertemukan dia dengan Guru seni pedang. Dan...untuk Mizu, bawa dia ke Guru seni suara" titah Raja berpikir sejenak sebelum mengatakan kalimat terakhir.
"Ampun Yang Mulia. Tapi...hamba ingin menjadi Penari Istana sebagai Sakuhyunja" protes Mizu.
"Itu bukan Profesi yang bagus untukmu Mizu," potong Ratu tegas.
Mizu hanya bisa menunduk dan pasrah mendapati larangan keras dari Ratu. Memang apa salahnya menjadi seorang Penari Istana? Apakah menjadi Sakuhyunja adalah dosa? Lalu...jika dosa, kenapa profesi itu ada? Pikir Mizu dengan wajah sangat kecewa berat. Ketika Taki dan Mizu pergi dari hadapan ketiganya, hanya keheningan menyelimuti ruang kerja Raja.
Mata Eun Sha menatap tajam ke arah Natsuha, dengan tatapan kosong.
"Kau datang kemari hanya untuk memberi pekerjaan pada mereka berdua? Menteri Natsuha?" tanya Eun Sha menyamarkan keterkejutannya.
"Natsuha...dari mana kau dapat menemukan Anak muda dan Gadis itu? Siapa orang tua mereka?" tanya Raja ikut menatap tajam pada Natsuha. Entah kenapa, kerongkongan Natsuha mendadak sangat kering ia pun berdehem seketika.