Chereads / Mantra Penari Ke 7 / Chapter 35 - Sampai Kau Jadi Milikku 2

Chapter 35 - Sampai Kau Jadi Milikku 2

"Hentikan!! Ini hanya sebuah permainan!!" bentak Natsuha tegas.

Raja diam terkejut mendapati reaksi Natsuha yang bagi dirinya itu sungguh berlebihan. Seumur hidup Raja, ia tak pernah membentak darah dagingnya!! Ada rasa tak terima di dalam lubuk hati Raja yang terdalam.

"Ayolah Chichi...permainan ini memang penuh risiko bukan? Semua orang yang berlatih pedang, pasti akan merasakan tergores atau tertusuk. Bukankah itu hal yang biasa?" kata Taki menyeringai penuh kemenangan.

"Kau sadar, sedang berlatih dengan siapa?!" bentak Natsuha marah besar.

"Hentikan!! Benar kata Taki. Itu hal yang biasa. Kenapa kau sekasar itu pada Putraku Natsuha!!" kini Raja justru marah pada Natsuha.

"Ampuni hamba Yang Mulia...hamba hanya ingin menghindarkan Anda dari cedera yang lebih parah dari ini" jawab Natsuha membungkuk penuh permohonan maaf.

"Taki, bersiaplah sebentar lagi, kau dan Mizu akan diarak ke pemukiman Rakyat" kata Raja tegas.

Taki tersenyum sinis pada Natsuha, lalu menghormat pada Raja lalu bergegas ke kediamannya. Semua kerumunan mulai lengang. Raja dibantu Eun Sha berdiri tegap lalu menghampiri sang Perdana Menteri.

"Aku tahu, dia juga Putramu Natsuha. Tapi ingatlah baik-baik bahwa dia adalah darah dagingku. Jika kau membentak Putraku seperti tadi, itu seperti kau melemparkan kotoran sampah ke wajahku"

"Seumuuur hidupku, aku tak pernah meninggikan suaraku pada Anak-anakku. Jadi maklumlah jika aku kini marah besar padamu, karena hari ini kau membentak Putraku" kata Raja sambil menatap tajam ke manik mata Natsuha.

Pria itu tak berani membalas sorotan mata tajam Rajanya ia hanya kembali membungkuk dan memohon maaf atas kelancangannya kali ini. Raja hanya mengangguk lalu menepuk bahu Natsuha dan pergi dari hadapan Pria itu. Natsuha menengadah, menatap Ratunya tak jauh dari tempatnya berdiri. Ratu berjalan dan menatap Natsuha penuh arti.

"Natsuha... Kekerasan hanya akan mendidik Anak menjadi keras kepala dan membangkang. Nasihati anakmu dengan bijak. Terkadang, nasehat itu justru akan tersampaikan dengan baik, jika penyampaiannya juga dilakukan dengan baik. Bersikaplah lembut pada Taki mau pun Mizu..." kata Ratu sambil bergegas menyusul Raja.

Ah..., apa salah Natsuha? Ia hanya ingin menyelamatkan Wanita yang telah lama ia cintai dari rasa malu seumur hidupnya.

Salahkah ia jika mendidik Taki yang bengal sesuai dengan standar didikannya? Ini hanya tentang perbedaan cara mendidik anak bukan? Natsuha memejamkan mata sejenak lalu mendongak ke langit...

"Natsuha..." suara Kimiko membuatnya berbalik dan menatap sosok Kakaknya itu.

"Kau melihatnya juga?" tanya Natsuha sendu sambil menundukkan kepala.

"Apa kata Ratu benar Natsuha. Perbedaan pola didikmu dengan Raja, akan menghasilkan reaksi yang berbeda pada Anak-anak kita. Ini tak sepenuhnya salahmu. Kau baru pertama kali bukan, menjadi orang tua asuh, anggap saja... kau sedang berlatih menjadi Chichi sejati. Lakukan dengan sepenuh hati" kata Kimiko menepuk kepala Natsuha lembut.

"Apa ini benar Kimiko? Kenapa kau bisa sebijak ini hmm?" tanya Natsuha menggamit tangan Kimiko yang bertengger di kepalanya.

"Satu lagi. Jangan pernah menepuk kepalaku lagi seperti tadi. Aku bukan bocah Laki-laki lagi. Kau mengerti? Aku ini seorang Chichi" kata Natsuha sambil menaik turunkan kedua alisnya sambil menatap jenaka Kimiko.

"Apa? Kau akan terus menjadi bocah Laki-laki manis, bagiku mengerti," goda Kimiko menjewer telinga Natsuha tanpa menyakiti.

"Terima kasih. Untuk pertama kalinya kau menunaikan kewajibanmu sebagai seorang Ane" kata Natsuha menggenggam tangan Kimiko lembut.

"Mizu dan Taki...maksudku Mari dan Hiroshi. Aku sangat mengkahwatirkan mereka" kata Natsuha menatap kalut Kakaknya.

"Khawatir? Kenapa?"

"Mereka memiliki perasaan khusus terhadap Raja dan Ratu"

"Wajar bukan? Jika seorang Anak mencintai kedua orang tuanya?"

"Jika itu yang terjadi, aku tidak akan berusaha menghalangi mereka. Ini perasaan khusus. Perasaan yang hanya dimiliki oleh Laki-laki dan Perempuan" kata Natsuha sedikit kikuk untuk menjelaskan.

"Maksudmu...mereka jatuh cinta pada kedua orang tua mereka sendiri?!" pekik Kimiko membelalakkan mata.

"Menteri Natsuha...apa benar yang dikatakan Ratu dan Raja? Bahwa...Taki... adalah Putra Mahkota? Dia...Otouto Kotoko?!" kata Kotoko berkaca-kaca.

"Tuan Putri...belum diberitahu?" tanya Kimiko keheranan. Kotoko hanya menggeleng ia sangat terpukul.

"Iya Tuan Putri. Taki adalah Putra Mahkota Hiroshi. Otoutosan" jawab Natsuha hati-hati. Kotoko hanya diam sambil menangis lirih ia langsung berlari ke arah kediamannya. Salah seorang Dayang mengejarnya tapi yang satu lagi tertahan.

"Katakan padaku kenapa Putri Kotoko sangat syok mengetahui kebenaran Taki?"

"Karena...Tuan Putri Kotoko...menaruh hati pada Pangeran, Menteri..." jawab sang Dayang lalu memohon diri untuk menyusul sang Putri.

Deg!!

Natsuha tersungkur ke belakang. Satu lagi kenyataan yang harus ia ketahui. Putri Mari menaruh hati pada Raja, Pangeran Hiroshi menaruh hati pada Ratu, jauh lebih kompleks dengan adanya Kotoko, yang menaruh hati pada Adiknya sendiri.

"Apa yang sedang terjadi disini Ane? Kenapa semua menjadi sangat rumit?" kata Natsuha tak tahu harus berbuat apa lagi.

"Memang susah meluruskan benang kusut Natsuha...tapi jika kita memotong sedikit saja pangkal masalahnya, maka kita bisa mengurainya...satu persatu. Berpikirlah, dengan kepala dingin. Mengerti?" kata Kimiko kembali menepuk kepala Natsuha.

Kediaman Raja.

Di kediaman Raja, Ratu Eun Sha bergegas mengobati luka sayatan di lengan Raja. Lukanya tidak terlalu dalam.

"Putri Mari ingin menghadap!!" kata seorang Pengawal Istana dari arah pintu luar.

"Mari? Pasti dia sangat mengkhawatirkan Anda Yang Mulia..." kata Eun Sha senang.

"Masuk" seru Raja dengan senyuman senang. Maka Mari datang memasuki kediaman Raja dengan wajah cemasnya.

"Chichi, apa Chichi baik-baik saja?" tanya Mari dengan mata berkaca-kaca.

"Kemarilah. Ini sayatan kecil, tidak akan terjadi apa pun yang buruk padaku. Kalian memang terlalu mencemaskanku" kata Raja melirik pada Ratunya lalu pada Putrinya. Eun Sha dengan telaten mengusapkan ramuan ke luka sayatan di lengan Raja.

Seharusnya akulah yang berada di posisi itu. Omel Mizu dalam hati.

"Kalau begitu, hamba mohon diri" pamit Mizu enggan melihat kebersamaan antara Raja dan Ratu.

"Kau tidak ingin bersama Haha dan Chichi lebih lama lagi?" tawar Eun Sha dengan senyuman mengembang.

"Sewaktu kau kecil, kau selalu ingin terus bersama Haha...Chichi...Kotoko juga Hiroshi. Chichi sangat merindukan masa-masa itu" kata Raja Keito mengenang masa lalu.

"Mizu... apa kau, pernah bertemu dengan Haha Kimiko?" tanya Eun Sha merasa bersalah untuk tidak mempertemukan Mari alias Mizu dengan Ibunya Kimiko.

"Belum, apa beliau jarang berkunjung, untuk menemui Chichi? Bukankah...Haha Kimiko adalah Haha Mizu juga?"

"Ada hal besar, yang membuat Chichimu lama tidak bertemu kembali dengan Haha Kimiko. Tapi itu masa lalu. Jadi, apa kau ingin menemuinya sekarang?" tawar Eun Sha bersemangat.

Jika aku menolak untuk bertemu, pasti Ratu akan terus menempel pada Raja seperti seekor lintah. Tidak!! Hanya aku yang boleh berada disisinya. Mau sampai kapan kalian hidup dalam fatamorgana? Menganggapku sebagai Anak kalian yang telah mati?! Akan kutegaskan suatu saat nanti bahwa akulah Jeajangna!! Lagi-lagi dalam hati Mizu merencanakan sebuah siasat.

"Ya, siapa tahu, hamba bisa mengingat masa lalu hamba bersama seluruh keluarga" kata Mizu tersenyum kecil.

"Mizu" potong Raja Keito sambil menatap Mari yang kini berdampingan dengan Eun Sha.

"Ya, Yang Mulia"