Chereads / Mantra Penari Ke 7 / Chapter 41 - Cinta, Atau Obsesi?

Chapter 41 - Cinta, Atau Obsesi?

"Tapi Negeri ini mengakuiku sebagai Putra Mahkota berdasarkan kesaksian Anda Yang Mulia"

"Apalah arti gelar Putra Mahkota, tanpa adanya bukti bahwa dirinya layak menjadi penerus Raja selanjutnya? Hmm? Kau...masih jauh dari kata layak. Hiroshi, jika kau ingin Tahta ini jatuh dipundakmu, maka tunjukkan lah kemampuanmu"

"Tunjukkan padaku, bahwa kau, benar-benar layak untuk memerintah Kerajaan ini. Jangan berharap karena kau Putraku, kau dapat menggunakan kedudukanmu hingga dengan mudah menguasai Tahta. Ingat!! Hanya orang yang layak, yang akan mampu memimpin Kerajaan ini"

"Jika hamba menunjukkan kemampuan, apa setelah dianggap layak, hamba boleh menyanding Ratu? Yang Mulia..."

"Tiada manusia yang mampu melebihi kodratnya, tanpa seizin Sang Pencipta. Kau tidak akan direstui alam... jika niatanmu mendapatkan Tahta hanya untuk menikahi Haha kandungmu sendiri. Kau akan mencoreng nama baik Kerajaan ini" kata Raja memperingatkan.

"Sudah ku putuskan, tidak ada siapa pun yang boleh menghalangi niatanku ini. Jika dengan menyingkirkan Yang Mulia Raja, adalah jalan hamba untuk dapat memiliki Yang Mulia Ratu, maka dengan senang hati...hamba akan melakukannya" kekeh Hiroshi membuat Raja membelalakkan mata.

"Mungkin kau, bisa mendapatkan apa yang kau mau. Tapi tidak dengan hati Hahamu. Dia selamanya hanya akan menganggapmu Putra kandungnya" kekeh Raja mulai memancing amarah sang Putra Mahkota.

"Mari kita berkompetisi untuk membuktikan siapa yang berhak atas Hahamu. Chichi, atau kau..." gertak Raja mengacungkan satu jari tepat dihadapan sang Putra Mahkota.

"Hamba terima tantangan Anda Yang Mulia" jawab Hiroshi memberi penghormatan dan berjalan ke pintu keluar. Langkah kakinya tertahan ketika ia melihat Eun Sha berada diambang pintu, dengan tatapan nanar memandangnya tanpa berkedip.

"Hiroshi" panggil Ratu ketika mulai berpapasan dengan sang Putra Mahkota. Hiroshi hanya berdiri diam mematung tanpa menoleh sedikit pun pada Wanita yang tengah akan diperjuangkannya itu.

"Apa kau sadar, sedang berhadapan dengan siapa?! Beraninya kau memintaku dengan gamblang di depan Chichimu!! Di depan Suamiku!!" bentak Eun Sha dengan suara bergetar hebat.

"Apa hamba tidak layak memperjuangkan Wanita yang hamba cintai?"

"Ya, kau pantas mendapatkan Gadis terbaik di Negeri ini. Tapi aku Hahamu!! Orang, yang telah melahirkanmu, antara hidup dan mati Hiroshi!!" murka sang Ratu.

"Sampai sekarang, hamba tidak pernah mengingat bahwa hamba, masih memiliki orang tua kandung. Karena hamba dibesarkan oleh orang tua angkat. Jadi sampai kapan pun, Anda bukanlah Haha. Bagi hamba, Haha telah lama tiada dan kini hanya ada Anda, dalam kehidupan hamba, sebagai Wanita, yang hamba cintai"

"Lancang kau!!"

"Kenapa hamba dianggap tidak pantas mengutarakan isi hati hamba kepada Anda Ratu? Sementara Menteri Natsuha dengan mudahnya mengutarakan isi hatinya kepada Anda? Apakah ini yang disebut keadilan?" bantah Hiroshi mulai meradang.

"Ya, ini tidak adil. Kami tidak pernah mengenal Haha dan Chichi kandung kami!! Lalu bagaimana rasanya hati kami, ketika setelah menemui sosok orang yang kami cintai, ternyata mereka mengaku sebagai orang tua kandung kami?! Katakan apa yang harus kami lakukan?!" teriak seseorang dibalik pintu kediaman Raja.

"Apa maksudmu Mari? Katakan" tanya Ratu tegas, mulai merasa apa yang diutarakan Natsuha bukan sekedar isapan jempol belaka. Bagaimana ia dan Raja dapat mengatasi situasi kacau ini?!

"Jika Hiroshi mencintai Yang Mulia Ratu, maka hamba memiliki hasrat yang sama dengan Yang Mulia Raja" pengakuan Putri Mari membuat Ratu tak mampu lagi menopang tubuhnya dengan kedua kakinya. Ia jatuh terduduk, sementara Raja tak mampu berbuat apa pun karena jahitan yang ia punya.

Hiroshi berlari kecil ingin menggapai Eun Sha, tapi Wanita tersebut justru mengangkat telapak tangannya di hadapan Hiroshi, sebagai tanda penolakan.

"Pikirkan baik-baik atas apa yang kalian katakan pada kami. Hiroshi, Mari. Pergilah" kata Ratu penuh penegasan.

"Bukan mak...." kata Hiroshi tertahan, merasa bersalah melihat Ibunya begitu syok mendengar pengakuan mereka berdua.

"Pergi!! Kubilang pergi!!" teriak Eun Sha membuat sang Dayang yang berada di balik pintu terperanjat kaget.

Begitu sang Putra Mahkota dan Putri pergi dari kediaman Raja, si Dayang kesayangan Ratu, memasuki kediaman Raja berusaha membantu Ratu bangkit berdiri.

"Tolong bawa Ratu kemari" kata Raja pada Dayang tersebut. Maka Dayang itu pun memapah Ratu yang menangis sejadi-jadinya, menuju peraduan Raja.

"Terima kasih. Kau boleh pergi" tambah Raja pada Dayang Istana. Begitu Dayang pergi, Raja langsung memeluk Ratunya membiarkan belahan jiwanya menumpahkan seluruh rasa kecewa hari ini juga, sebelum menjadi penyakit hati yang mengganas.

"Nat-su-ha telah memperingatkan sebelumnya. Tapi hamba mengulur waktu untuk membicarakannya pada Anda. Apa yang terjadi pada Anak-anak kita Yang Mulia..." rintih Eun Sha membenamkan wajahnya di bahu Raja.

"Kuharap kau tidak lupa dengan kutukan yang Kimiko buat. Dengar...ini bukan keinginan dari Putra dan Putri kita. Ini hanya karena kutukan itu" kata Raja mengelus kepala Ratu lembut. Sang Ratu mendongak, menatap raut wajah penuh duka sang Raja.

"Apa yang harus kita lakukan?"

"Pasti ada jalan keluar. Kita harus meluruskan pemikiran mereka yang terlanjur dibengkokkan oleh kutukan itu"

"Anda tahu cara meluruskannya?" tanya Eun Sha penuh tanda tanya. Raja mengulas senyum, lalu menyeka air mata Istrinya, mendongakkan dagu Eun Sha hingga kedua mata mereka beradu.

"Aku Chichi mereka. Jika mereka punya seribu kesalahan, maka aku pun punya seribu jalan untuk membawa mereka ke jalan yang benar. Untuk itu, aku butuh bantuan dari Natsuha, Kau, dan Kimiko tentunya" kata Raja sangat yakin.

"Apa rencana Anda Yang Mulia?"

"Selama ini...mereka terlalu dibutakan oleh cinta. Padahal sebagai anak muda, hanya cinta, dan segala kesenangannya saja yang mereka pikirkan"

"Tapi mereka tidak memikirkan bagaimana cara mendapatkan cinta dengan terhormat, bagaimana cara merawat cinta itu sendiri, dan suka duka apa yang harus mereka lalui jika mereka memutuskan untuk berkomitmen dengan seseorang. Sampai disini kau paham, jalan pikiranku selanjutnya Ratuku?"

"Apa itu artinya...kita akan mengajarkan tentang apa itu cinta kasih yang sesungguhnya?"

"Ya, tapi yang lebih tepat adalah aku akan mengajari mereka bagaimana perjuangan cinta yang sesungguhnya di depan mereka secara langsung"

"Nampaknya Itu terlihat mudah, tapi menyusahkan jika ternyata perasaan yang mereka rasakan ini hanyalah sekedar obsesi yang mereka anggap sebagai cinta..." ungkap Raja membuat Eun Sha mengingat kembali apa yang telah ia ributkan dengan Natsuha.

"Jadi selama ini Anda hanya sekedar cinta saja terhadap hamba" keluh Eun Sha sambil memalingkan wajah dari Raja.

"Ya ampun...satu masalah belum selesai, lalu masalah apa lagi kali ini Hm?" gerutu Raja sambil mencubit kedua pipi Eun Sha.

"Apa Anda ini normal Yang Mulia?"

"Ah, ya, tentu saja, aku menikahi seorang Gadis, bukan seorang perjaka. Kau tahu sendiri bagaimana...aku bukan?" jawab Raja menatap jahil pada Istrinya.

"Yang Mulia...,Anda tahu betul apa yang sedang hamba bicarakan kali ini. Kalau soal Anda menyukai lawan jenis atau sesama jenis, hamba tahu Anda luar dalam" gerutu Eun Sha mengentakkan kakinya di lantai kayu.

"Hey, aku Raja di Negeri ini...bukan seorang Paranormal yang dapat mengetahui banyak hal tanpa melihat, dan mendengar sebelumnya. Jadi...Istriku sedang merajuk? Hmm?"

"Seriuslah Yang Mulia" balas Eun Sha kesal.

"Apa yang membuatmu berpikir aku tidak benar-benar mencintaimu? Padahal kau ini teman hidupku" kata Raja menggelengkan kepala.

"Karena sikap Anda selama ini Yang Mulia. Tidakkah ada sedikit...saja rasa cemburu dalam hati Anda untuk hamba? Ketika hamba berada terlalu dekat dengan Natsuha...misalnya...?" pancing Ratu sambil melirik ke arah Rajanya.

"Ah, dia memang terlalu sempurna untuk menjadi sainganku. Tapi aku tahu dihatimu, hanya ada aku. Jadi untuk apa aku cemburu? Kau tahu, Pria yang mudah cemburu wajahnya akan cepat tua. Kau mau, memiliki Suami, seumuran Kakekmu?" jawab Raja semakin melenceng dari pembicaraan. Kesal sekali Ratu dibuatnya. Ah, harus dengan cara apa lagi Ratu mengutarakan kekesalannya terhadap Raja, hingga mampu membuat Raja menjawabnya dengan serius.