Chereads / Mantra Penari Ke 7 / Chapter 45 - Pungguk Merindukan Bulan

Chapter 45 - Pungguk Merindukan Bulan

"Kau sedang membicarakan Eun Sha? Apa hatimu masih condong padanya hingga Kimiko menjadi seperti ini?" tanya Raja Keito meraba arah pembicaraan.

"Benar Yang Mulia"

"Kau condong pada Eun Sha karena kau melihat Istriku berada dalam posisi benar, atau karena perasaanmu yang sampai saat ini tak pernah padam terhadapnya?"

Deg!!

Ketika kalimat terakhir meluncur dari bibir Raja Keito, jantung Natsuha berdetak lebih kencang dari biasanya merasakan akan ada bencana besar mengintai dirinya kali ini.

"Yang Mulia..."

"Bukankah kau menginginkan pendapat dariku Natsuha? Sebuah pendapat terbaik baru bisa diutarakan jika ada keterbukaan diantara kedua belah pihak. Lalu kenapa aku merasa kau enggan untuk terbuka kepadaku?" desis Raja dengan raut wajah datar.

Natsuha merasa tersudut...ia tidak mungkin menyembunyikan lagi apa yang telah terlanjur tersirat.

"Hamba rela dihukum bila ini menyinggung harga diri Anda sebagai Raja dan sebagai seorang Suami. Memang hamba merasakan keduanya. Hamba yakin Yang Mulia Ratu Eun Sha benar dan Selir Kimiko bersalah. Hamba juga yakin terhadap perasaan hamba terhadap Ratu Eun Sha".

"Jangan cemaskan Ratu. Ada aku yang dengan segenap jiwa raga akan berusaha selalu berada di sisinya baik dalam suka mau pun duka. Pikirkan saja soal Kimiko dan Hamari" jawab Raja tegas.

Tiba-tiba Natsuha kembali membungkuk jauh lebih dalam dari sebelumnya.

"Ini sungguh berat bagi hamba Yang Mulia. Mohon bantuannya. Bagaimana hamba bisa menghalangi cinta seorang Istri terhadap Suaminya jika memang penopang hidup Selir Kimiko hanyalah Anda, Suaminya. Apa lagi suatu hari nanti Selir Kimiko, harus menghadapi Putri Mari untuk memperebutkan hati Anda tanpa ia sadari"

"Mungkin kali ini ia akan dengan suka cita merusak hubungan antara Putri Mari dengan Ratu demi kepentingannya sendiri. Andai kata...tipu dayanya berbalik menyerangnya, itu pasti akan sangat menghancurkan kehidupannya" kata Natsuha dengan suara bergetar hebat.

"Apa yang kau harapkan dariku?" Raja merasa waspada kali ini.

"Tolong terima kembali Selir Kimiko dalam kehidupan Anda Yang Mulia. Anggap ini permintaan dari seorang Otoutosan. Masalah Putri Mari akan segera terselesaikan jika Anda menerima kembali Selir Kimiko" mohon Natsuha. Raja Keito mengangkat kedua bahu Menteri Natsuha hingga mereka berdiri sejajar.

"Lihat mataku Natsuha"

"Maaf Yang Mulia. Memandang Raja, sama dengan melemparkan penghinaan terhadap Raja" jawab Natsuha melemparkan pandangan ke arah lainnya.

"Ini bukan titah Raja. Tapi perintah Oniisan. Apa-apaan ini? Kau sungguh tak menghormatiku sebagai seorang Ani" geram Raja Keito marah.

"Tapi...ini tidak dibenarkan. Anda tetaplah Raja"

"Jabatan tidak berlaku di dalam sini Natsuha" gertak Raja pada akhirnya mampu membuat sang Perdana Menteri takut-takut menatap kedua mata Rajanya.

Ya, ia menatap kedua mata Pria di hadapannya bukan sebagai Menteri dan Raja. Tapi seorang Adik dan Kakak. Bagaimana pun mereka memiliki hubungan itu, karena Selir Kimiko masih menjadi Istri dari Raja Keito.

"Kau tahu apa risiko yang harus kita semua terima jika Putra dan kedua Putriku mengetahui bahwa aku kembali menerima Selir Kimiko dalam hidupku?"

"Pemberontakan Putra Mahkota dan kedua Putri"

"Kau sudah memikirkan dengan matang? Kau rela melihat kedua Wanita yang kau cintai terluka sekaligus? Kimiko yang terpaksa melawan Putri kandungnya?"

"Eun Sha yang terluka karena Mari pun, tak akan menganggapnya Haha lagi terlebih lagi perasaannya akan semakin hancur ketika melihat Putranya Hiroshi, melawan Chichinya lantaran ia menganggap Chichinya ini mulai membagi hati kepada Wanita lain?!" bentak Raja tak habis pikir. Untuk apa Natsuha menggali kuburannya sendiri?

"Bukankah cepat atau lambat itu pasti akan terjadi? Mereka harus menyadari posisinya masing-masing" Natsuha menimpali.

"Mereka masih terlalu muda untuk berpikiran matang Natsuha. Keputusan gegabah menimbulkan respon negatif pada setiap Anak dalam bentuk beraneka ragam" Raja Keito tidak sependapat.

"Apa lagi? Apa Anda memiliki jalan keluar lain? Nyawa Ane Kimiko di ujung tanduk. Apa yang harus kita lakukan?" kata Natsuha dengan nada yang tinggi. Untuk pertama kalinya Natsuha yang tenang mulai meledak-ledak.

"Kau sendiri yang bilang, Kimiko mampu bersiasat bahkan, terhadap Putri kandungnya sendiri!! Lalu apa jaminannya ketika aku menerima dia kembali dalam hidupku ia tidak akan bersiasat kembali untuk melenyapkan Ratuku?!" bentakan Raja kali ini membuat Natsuha tak mampu lagi untuk melawan.

Ya, Kimiko tipikal manusia yang mampu menggunakan segala cara demi meluluskan keinginannya. Natsuha tidak boleh mengabaikan keselamatan Ratu. Terlebih lagi, Selir Kimiko juga memiliki riwayat buruk sebagai seorang pembunuh Selir Jea Jangna.

"Yang Mulia!! Selir Kimiko!! Cepatlah temui beliau!!" terdengar teriakan dari arah pintu luar ruang meditasi Raja. Natsuha dan Raja Keito segera berlari ke arah pintu keluar menatap wajah Eun Sha penuh ketegangan.

"Ada apa dengannya?" tanya Natsuha mulai was-was.

"Selir Kimiko denyut jantungnya mulai melemah" jawab Eun Sha segera menggapai tangan Raja Keito menariknya menuju ke kediaman Selir Kimiko.

Kediaman Selir Kimiko.

"Tabib menyatakan angkat tangan karena selain keadaan Selir yang melemah, tidak adanya semangat hidup membuatnya susah untuk disembuhkan. Suamiku dengarkan aku. Memang tidak ada Wanita yang punya cita-cita untuk berbagi Suami"

"Tapi dalam kasus ini akulah pihak yang memisahkan ikatan kalian. Aku merasa sebagai perusak rumah tangga kalian. Aku mohon dengan sangat Yang Mulia...berikan kembali alasan untuk hidup pada Selir Kimiko" rengek Eun Sha sambil bersujud pada Suaminya.

"Eun Sha apa yang kau lakukan bangunlah"

"Tidak sebelum Suami hamba meluluskan keinginan hamba" jawab Eun Sha tak mau kalah.

"Untuk apa kau memusingkan keadaan Wanita yang pernah ingin mengakhiri hidupmu!!" bentak Raja murka.

"Sudah lama Selir Kimiko berusaha memperbaiki masa lalunya yang kelam untuk apa Anda mengungkit hal itu kembali Yang Mulia?"

"Karena Kimiko masih belum berubah sampai saat ini Yang Mulia Ratu" jawab Natsuha antara malu dan merasa harus mengatakan kebenaran.

"Kau tahu apa yang dilakukan Kimiko pada Putri kita Hamari? Dia mencoba mempermainkan emosi Mari agar ia semakin jauh dari kita, semakin melawan pada orang tuanya. Apa Wanita seperti itu pantas diberi kesempatan ketiga?!" marah Raja kehilangan kesabaran.

"Maka cobalah untuk dapat membalas cintanya Yang Mulia"

"Apa kau sedang memaksa Suamimu membalas cinta Wanita lain? Jika semua Istri di seluruh dunia sebaik dirimu kurasa tidak ada Pria yang tidak bahagia di dunia ini. Di kelilingi banyak Wanita sama seperti berada di dalam nirwana" sindir Raja ketus.

"Tidak semua Yang Mulia. Karena Anda satu-satunya Pria yang menganggap banyak Wanita, sama seperti berada di dalam neraka. Bukankah itu yang Anda lakukan? Melepaskan para Selir?"

"Satu Istri cerewet dan keras kepala sepertimu saja cukup memusingkan. Apa lagi dua" dengus Raja sekecil mungkin tapi tetap saja Ratu dapat mendengar.

"Demi Ratu yang cerewet dan memusingkan Anda Yang Mulia. Jika masih kurang, demi kemanusiaan Yang Mulia. Apa salahnya membuat seseorang kembali memiliki semangat hidup?"

"Bukankah sebuah anugerah jika dapat menolong sesama? Anda ingin pergi ke Nirwana berdua dengan hamba bukan? Jika ya, inilah ladang pintu menuju Nirwana" tegas Ratu Eun Sha mencoba melunakkan hati Suaminya.

"Bagaimana dengan anak-anak kita?" kata Raja mencari cara untuk terlepas dari bujuk rayu Eun Sha.

"Dayang"

"Hamba Yang Mulia Ratu" jawab Dayang setia sang Ratu memenuhi panggilan sambil menghormat takzim.

"Berikan pesan ini kepada Anak-anakku secara langsung. Ini Titah Raja" kata Eun Sha sambil menatap kepergian sang Dayang menghilang di balik pintu.

"Anda lihat? Anak-anak sudah beres. Hamba mohon" desak Ratu dengan ekspresi memelas. Raja dengan enggan berjalan ke arah peraduan Selir Kimiko.

Di dekatkannya bibirnya ke telinga sang Selir dan berujar.

"Bisakah kau membuka matamu demi Suamimu ini? Buktikan jika kau benar mencintaiku Matahariku" kata Raja sambil menggenggam jemari Kimiko. Perlahan jemari lentik milik Selir cantik itu bergerak dalam genggaman sang Suami.