Chereads / Mantra Penari Ke 7 / Chapter 49 - Sebuah Pukulan Telak Mendarat!

Chapter 49 - Sebuah Pukulan Telak Mendarat!

Ruang Meditasi Raja.

Meditasi Ratu Eun Sha terhenti ketika suara pintu telah di geser seseorang dari luar. Eun Sha menatap khawatir pada Raja yang wajahnya semakin memucat. Tubuhnya gemetaran sambil menatap kedua bola mata Ratunya.

Sang Ratu membentangkan kedua tangannya dan tanpa menunggu lama Raja Keito menyambut uluran tangan itu dan memeluk Ratunya erat. Tanpa harus berkata apa pun, Eun Sha dapat memahami bahwa kini Raja sedang sangat ketakutan. Eun Sha tak ingin tahu apa yang telah di alami Rajanya di masa lalu hingga sulit baginya menerima kembali Selir Kimiko.

Yang ia tahu sekarang, tugasnya adalah menenangkan sang Suami.

"Yang Mulia...apa pun yang terjadi di antara Anda dan Selir Kimiko di masa lalu, sebaiknya Anda maklumi saja dan memaafkan apa pun kesalahannya. Ini demi ketenangan batin Yang Mulia sendiri" kata Eun Sha sambil menepuk lembut punggung sang Raja.

"Bagaimana kau tahu yang aku pikirkan kali ini dia?" tanya Raja sambil melepaskan pelukannya perlahan.

"Hanya Selir Kimiko lah yang mampu membuat Anda terlihat sangat depresi. Siapa lagi?"

"Membayangkan sebulan bersamanya saja sudah membuatku depresi. Bagaimana jika benar-benar kulakukan? Bisa hilang akal, diriku ini" mendengar nada penuh ketertekanan itu membuat Ratu Eun Sha tersenyum simpul.

Diraihnya kedua tangan sang Raja lalu ia menatap agak lama Rajanya itu.

"Anda pasti bisa. Anda hanya takut untuk memulai semuanya dari awal bersama Selir Kimiko. Bersikaplah lembut padanya, maka ia akan seribu kali, lebih lembut kepada Anda. Semua akan baik-baik saja"

"Jika Anda merasakan tak sanggup berada di sekitar Selir, maka pikirkan saja Hamari...Putri kalian berdua. Buah hati kalian...ini demi anak-anak kita Yang Mulia" jawab Eun Sha dengan senyuman tanpa beban. Padahal ia pun enggan untuk berpisah dari Suaminya. Tapi sekali lagi, ini demi anak mereka.

Taman Istana.

Setelah gulungan pesan dari Raja di terima, Hiroshi, Mari dan Kotoko tak sengaja saling berpapasan di Taman Istana. Hiroshi menatap gulungan pesan di tangan Kotoko dengan penuh selidik begitu pula dengan yang lainnya.

"Apa ini awal dari tantangan untuk kita?" tanya Kotoko sambil menatap ragu pada gulungan pesan Raja.

Mari langsung membuka begitu saja gulungan pesan lalu membacanya dengan teliti.

"Bukan. Ini tentang Raja yang akan rujuk kembali dengan Hahaku" gerutu Mari sambil melempar gulungan pesan Raja ke dalam kolam ikan.

"Selir Kimiko maksudmu?" tanya Hiroshi membelalakkan mata.

"Haha ku hanya ada dua bukan? Tentu saja yang akan rujuk kembali itu, Chichi dan Haha Kimiko" jawab Mari jauh lebih kesal.

Hiroshi dan Kotoko segera membuka gulungan pesan masing-masing dan hasilnya, tetap sama.

"Ini tidak adil. Kenapa Raja memutuskan sendiri hal sebesar ini? Katanya kita ini anaknya tapi kenapa kita semua tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan?!" geram Hiroshi.

Ia segera melangkah ke kediaman Raja tapi sang pengawal berkata Raja sedang berada di kediaman Selir Kimiko. Dengan langkah penuh amarah Hiroshi menuju kediaman Selir dan lagi-lagi pengawal berkata bahwa Raja sedang berada di ruang meditasi. Mereka pun segera berlari ke ruang meditasi Raja.

Ruang Meditasi Raja.

"Setahu hamba, meditasi tidak dilakukan dengan saling memeluk satu sama lain Yang Mulia. Jadi apa yang sedang hamba lihat kali ini?!" marah Hiroshi mengagetkan Raja dan Ratu.

"Apa salahnya? Kami Suami Istri, jadi sah-sah saja bukan?" kata Raja kini malah merangkul Ratunya di hadapan Hiroshi.

"Haha!! Pria seperti ini kah yang Haha pertahankan selama ini?! Kenapa Haha biarkan ia kembali rujuk dengan Selir Kimiko?!" kecam Hiroshi membuat Raja sempat naik pitam.

"Jaga ucapanmu anak muda!! Dia Chichimu. Hormatlah padanya!!"

"Untuk apa? Apa hamba harus menghormat pada Pria rakus semacam dirinya?!"

"Hiroshi!! Apa yang kau katakan?!" teriak Eun Sha marah besar. Hiroshi melemparkan gulungan pesan Raja di hadapan Raja dan Ratu.

"Hamba ingin Anda mencabut keputusan untuk rujuk Yang Mulia"

"Tidak!! Ini keputusan bulat Hiroshi. Hormati keputusan Chichimu!!"

"Sampai kapan pun hamba tidak akan biarkan Haha hamba di duakan yang Mulia!!"

"Apa masalahmu? Sebelum kalian lahir, aku telah menerima Istri Raja lebih dari satu" Ratu membela Suaminya.

"Tapi Raja telah melepaskan para Selir. Jika terjadi rujuk, dengan Selir Tua, maka selir muda yang lainnya juga akan menuntut untuk rujuk kembali. Bukankah Anda pernah berkata mulai saat itu, Istri Raja hanyalah Ratu?! Kemana rimbanya janji Anda Yang Mulia?!" mendengar ucapan menyayat hati dari Putranya, sang Raja tak berdiam diri lagi.

"Ini juga keputusan Hahamu. Dia yang memintaku Rujuk karena Hahamu Kimiko terkena serangan jantung" tambah Raja Keito geram.

"Janji tetaplah janji Yang Mulia. Seorang Raja pantang mengingkari janji. Jika Anda berhak memiliki Istri dua, tolong berikan keadilan juga bagi Haha hamba Yang Mulia" kata Hiroshi sinis.

"Keadilan seperti apa maksudmu?"

"Ijinkan Ratu menikah untuk kedua kalinya dengan hamba" kata Hiroshi lantang membuat Raja melangkah menghampiri Hiroshi dan....

Bugh!!

Sebuah pukulan telak mendarat di perut Hiroshi.

"Kau sadar apa yang sedang kau katakan sekarang? Kau Putra kami!! Bagaimana bisa seorang Anak menikahi Haha kandungnya sendiri!! Di mana otakmu!!" amuk Raja naik pitam.

Kali ini, aku benar-benar harus memberi pelajaran bagi Putraku Hiroshi. Jika secara halus ia juga tak mau mengerti, maka akan kugunakan cara keras untuknya. Ku pukul perutnya, ku panggil Pengawal untuk menyeretnya kembali ke kediamannya. Eun Sha yang panik langsung berlari mengikuti kemana para Pengawal membawa Hiroshi pergi. Batin Raja Keito sepenuh hati.

Kediaman Putra Mahkota.

Aku berlari mengikuti kemana para pengawal membawa Putraku pergi.

"Lepaskan Putra Mahkota biarkan aku yang mengurusnya. Satu lagi. Bawa Tabib Istana ke mari" kataku dengan nada suara bergetar hebat.

Para Pengawal Istana memberiku penghormatan dan bergegas pergi.

"Masuklah Hiroshi" kataku selembut mungkin. Putraku itu berlari kecil memasuki kediamannya lalu secepat kilat mengemasi pakaiannya.

"Apa yang kau lakukan?!"

"Kembali ke rumahku Ratu"

"Inilah rumahmu"

"Jika hamba tidak boleh mengejar cinta hamba, akan lebih baik hamba pergi dari sini"

"Pecundang. Hanya itu saja perjuanganmu? Bukankah kau bilang mencintaiku? Pantas saja aku jauh mencintai Raja Keito dari pada dirimu. Bahkan ia adalah Pria paling gigih yang pernah ada dalam hidupku. Baiklah, pergi saja. Aku tidak butuh seorang Putra pecundang yang memalukan"

"Apa mau Anda Yang Mulia" jawab Hiroshi merasa harga dirinya mulai terusik.

"Ikuti saja tantangan Raja jika memang kau, bukanlah pecundang Hiroshi"

"Dengan satu syarat. Raja tidak akan rujuk kembali dengan Selir Kimiko"

"Apa kau ingin melakukan dosa besar? Pantang memisahkan pasangan yang sudah di persatukan Sang Penguasa bumi dan langit Hiroshi,"

"Hormat hamba Yang Mulia" tiba-tiba suara Tabib Istana terdengar membuat pembicaraan mereka terpotong sejenak.

"Masuklah...periksa Putra Mahkota. Perutnya cedera ketika sedang berlatih perang" kataku mempersilahkan sang Tabib memeriksa Hiroshi.

Ku tatap kedua mata Hiroshi dengan tegas ketika ia kembali ingin berulah. Akhirnya ia tak mampu juga melawanku, dan membiarkan Tabib memeriksa keadaannya.

"Tidak ada yang serius Yang Mulia. Ini bukan luka dalam. Akan hamba berikan obat pereda nyeri" kata si Tabib sambil beranjak dari tempatnya berdiri untuk meramu obat. Aku pun berjalan ke peraduannya dan duduk tepat di sampingnya.

"Jika kau tidak mau mendengar apa kata Chichimu, maka dengarkan saja kata-kataku" aku berusaha meredakan emosi Putraku sambil mengelus rambutnya. Putra yang telah lama menghilang. Aku bersyukur aku masih diberi kesempatan Dewa untuk dapat memeluk Putraku kembali.

"Setelah kau, dan Mari menghilang...hidup kami serasa hampa tak ada artinya. Bahkan Haha melimpahkan kemarahan pada Chichimu yang tak pernah berhenti untuk terus berusaha menemukan kalian"

"Jika kau dan Mari kembali pergi dalam hidup kami, maka orang yang pertama kali kehilangan nyawanya adalah aku" kataku. Putraku membelalakkan matanya lalu memelukku dengan erat.

"Jangan pernah meninggalkan hamba. Apa pun yang terjadi" kata Hiroshi sambil melepaskan pelukannya, mengharap kedua mataku mampu menjawab kata-katanya. Kusentuh kedua pipinya lalu berkata.