Chereads / Mantra Penari Ke 7 / Chapter 42 - Cinta Atau Obsesi? 2

Chapter 42 - Cinta Atau Obsesi? 2

Antara cinta dan obsesi memang harus dapat kita pisahkan. Ketika kita mencintai, bukankah kita akan menomer satukan kebahagiaan orang yang kita cintai? Meskipun itu artinya...kita harus mengikhlaskan apa bila sang cinta telah menjatuhkan pilihannya kepada orang lain?

Beranda halaman Istana.

"Aku memanggil kalian bertiga kemari untuk menanyakan satu hal pada kalian" kata Raja Keito pada suatu pagi kepada ketiga anaknya.

"Tentang apa Chichi?" tanya Hiroshi mengangkat kedua alisnya penuh selidik.

Mendengar pertanyaan Hiroshi, dan melihat reaksi penuh tanda tanya dari kedua Putrinya, Raja Keito tersenyum kecil.

"Apa kalian sudah lupa, Hiroshi, Mari. Kalian telah mengutarakan isi hati kalian terhadap kami. Kedua orang tua kalian. Bahwa kalian mencintai kami, bukan? Tunjukkan rasa cinta kalian dengan menjalani ujian dari kami bertiga" kata Raja sambil mengambil secawan teh hangat lalu meminumnya hingga tandas.

"Bertiga? Maksud Chichi?" tanya Putri Kotoko mengerutkan kening.

"Ya, aku, Haha, dan Chichi Natsuha. Kami harus berdiskusi dengan sangat serius untuk menilai apakah...Putra Mahkota Hiroshi benar mencintai Ratu, apakah...Putri Hamari benar mencintai Raja, apakah...Putri Kotoko benar mencintai Putra Mahkota dengan sungguh-sungguh" jawab Raja begitu tenangnya sambil melirik ke arah anak-anaknya.

Memperhatikan tiap gurat ketegangan di wajah ketiganya, Raja kian optimis mampu meluruskan pikiran mereka yang terlanjur bengkok.

"Jadi...Chichi akan memenuhi janji, jika hamba dan Mari yang menang maka kalian..." kata Hiroshi ingin memastikan sesuatu yang mengganjal di hati. Raja Keito hanya mengangguk lalu berdehem.

"Tapi kalian harus patuh terhadap peraturan permainan ini bahkan mengikuti setiap tantangan tanpa keluhan sedikit pun" kata Raja sangat serius.

"Hamba, Hiroshi Satoru Akio bersedia" jawab anak termuda dengan suka cita.

"Hamba, Koizumi Hamari bersedia" jawab anak dari Selir Kimiko.

"Tunggu. Bagaimana dengan hamba Yang Mulia? Hamba tidak pernah terlibat pembicaraan tentang tantangan ini sebelumnya. Lalu..., untuk apa hamba mengikuti tantangan ini?" protes Kotoko merasa tidak ikut terlibat tapi kini terkesan sengaja dilibatkan pada tantangan yang sama sekali tak ter bayangkan olehnya.

"Hmm, tentu saja. Tapi Haha sangat mengkhawatirkanmu juga Kotoko. Begini saja..., jika kau tidak ingin ikut tidak apa-apa, tapi...." Raja Keito sengaja memotong pembicaraan sambil mengambil camilan lalu memasukkan ke dalam mulutnya. Siapa suruh mereka menyusahkan seorang Raja. Ini saatnya memberi mereka pelajaran.

"Tapi.... ?" Kotoko mengulang kalimat Ayahnya setelah ia berhasil menggagalkan camilan kedua, masuk ke dalam mulut Sang Raja.

Ia sengaja menahan tangan Raja, lalu merebut camilan itu dari Ayahnya dan menaruh kembali camilan pada tempatnya. Raja berdehem sambil mengelus-elus jakunnya memberi kode pada Dayang untuk menuangkan secawan teh hangat.

"Chichi....Hamba tahu Anda tidak terlalu membutuhkan minum sekarang. Katakan saja kelanjutan dari kata...tapi" tegas Kotoko dengan raut wajah jengkel bukan main.

"Ah, ya, tapi itu artinya kau, menyerah untuk memiliki Adikmu Hiroshi sebagai kekasihmu. Jika itu keputusanmu, Chichi patut berterima kasih padamu nak, karena kau meringankan sedikit bebanku"

"Tidak bisa. Hamba tetap dalam pendirian hamba Yang Mulia. Bagaimana bisa melarang hati untuk mencinta? Itu sangat mustahil" protes Kotoko.

"Katakan apa maumu? Bergabung dengan mereka atau menyerah?" tantang Raja sambil berdiri menatap tajam pada Putri Kotoko setegas mungkin.

"Baiklah, hamba ikut tantangan ini" kata Kotoko tak punya pilihan lain.

"Bagus. Persiapkan diri kalian nanti siang. Jangan pikir kalian akan melaksanakan tantangan di tempat yang sama. Pikirkan saja bagaimana cara kalian menyelesaikan tantangannya. Kalian boleh pergi sekarang" kata Raja membuat ketiga anaknya hanya mampu saling berpandangan satu sama lain.

Mereka mendengus kesal apa yang harus dipersiapkan untuk dapat memenangkan tantangan ini jika Raja, tidak memberi tahu tantangan seperti apa saja yang harus mereka jalani?!

Taman Istana.

Sesampainya di halaman Istana, Hiroshi menarik tangan Kotoko tanpa memperdulikan reaksi bingung dari saudaranya yang lain. Hiroshi membawa Kotoko di bawah pohon tempat pertama kali mereka bertemu.

"Apa benar yang dikatakan Chichi? Kau mencintaiku?" tanya Hiroshi penuh selidik membuat pipi Gadis dihadapannya bersemu kemerahan.

"Tadinya ingin aku rahasiakan. Tapi ternyata menyembunyikan hasrat itu sangatlah sulit" kata Kotoko pelan tak berani menatap langsung Hiroshi.

"Kau tahukan siapa aku? Aku Adikmu. Putra dari Ratu Eun Sha dan Raja Keito. Kau tahu ini salah, tapi masih mau melanjutkan?!" bentak Hiroshi merasa terancam.

Jika Kotoko benar mencintainya, pasti ia akan berusaha menggagalkan usaha Hiroshi untuk mendapatkan Ratu seutuhnya.

"Wah waaah, apa kau lupa tujuanmu mengikuti tantangan ini?! Kau juga tahu Ratu Eun Sha adalah Haha kandungmu. Kadar kesalahanmu jauh...lebih...dan lebih salah lagi dariku" cibir Kotoko sambil berkecak pinggang jengkel.

"Apa hakmu mengatakan yang sedang ku perjuangkan ini salah, sementara kau melakukan kesalahan yang jauh lebih parah dariku?!" bentak Kotoko lagi merasa di atas angin.

"Aku begini karena merasa tidak pernah mengakui bahwa akulah Putra kandung Ratu. Jadi aku merasa berhak untuk mengambil alih Ratu, dari Raja. Berbeda denganmu, kau tinggal bersama mereka sejak terlahir ke dunia"

"Terlepas dari hubungan, aku tidak pernah mengakuimu sebagai Adikku. Tapi dilihat dari hubungan, bukankah kita terlahir dari Haha berbeda? Jadi aku merasa berhak untuk mencintaimu" kekeh Kotoko asal bicara.

"Apa kau gila? Walaupun Haha kita berbeda, tapi Chichi kita orang yang sama!! Pakai otakmu!!" murka Hiroshi lalu meninggalkan Kotoko begitu saja.

Cih menyuruh orang lain memakai otak, tapi otaknya bermasalah sendiri batin Kotoko mencibir Hiroshi.

"Seperti kau yang tak ingin kehilangan cintamu!! Demikian juga aku!!" teriak Kotoko ketika Hiroshi melangkah pergi meninggalkannya.

"Kalian bertengkar?" tanya seseorang dari seberang membuat perhatian Kotoko teralihkan padanya.

"Menteri Natsuha? Kau kemari atas undangan Chichi?"

"Hamba kemari untuk sekedar berjalan-jalan" kata Natsuha sambil tersenyum ramah.

"Apa kau yang memberi tahukan hasratku untuk Hiroshi pada Raja?" kata Kotoko datar.

"Hamba hanya ingin mengingatkan bahwa hasrat Anda tidaklah pantas untuk terus bersemi".

"Apa hakmu mengatur hidupku?! Kau membuatku jauh dari Hiroshi sekarang" marah Putri Kotoko dengan sorotan mata tajam.

"Masih ada kesempatan memperbaiki hubungan antar saudara Putri. Tapi hubungan akan menjadi kacau jika hasrat Anda tidak ditempatkan pada tempat yang semestinya" jawab Natsuha sambil menghela nafas panjang. Sang Putri terdiam sejenak lalu memilih pergi menjauhi orang yang merusak hubungannya dengan Hiroshi.

Beranda halaman Istana.

Ratu Eun Sha bergegas menuju ruang bersantai Raja dengan raut wajah sangat cemas. Ia tak mengizinkan satu pun Pengawal Istana memberi tahukan kedatangannya pada sang Raja. Ia membuka pintu lalu berjalan ke arah Raja Keito yang duduk di kursi kebesarannya dengan mata terpejam.

"Dayang Ah-Sae ingin menghadap!!" teriakan si Pengawal membuat langkah Ratu terhenti. Bahkan pada akhirnya Raja mengetahui kedatangannya karena beliau segera membuka kedua mata begitu mendengar nama Dayang kepercayaannya disebut.

"Masuk!!" perintah Raja lantang sambil melambaikan tangan ke pada Ratu agar Wanita itu mendekat padanya.

"Hormat hamba Yang Mulia" ucap Dayang Ah-Sae memberi penghormatan.

"Bagaimana hasil pengamatanmu Ah-Sae?"

"Rencana awal telah terlaksana dengan sangat baik Yang Mulia. Bahkan jauh lebih mulus dari perkiraan berkat kerja sama dari Perdana Menteri Natsuha" lapor Dayang Ah-Sae.

"Kau boleh pergi sekarang" kata Raja puas dengan laporan sang Dayang. Ketika Dayang mulai menghilang di balik pintu, Eun Sha tak kuasa lagi menahan rasa ingin tahunya.