Chereads / Mantra Penari Ke 7 / Chapter 38 - Pasangan Yang Tantrum 2

Chapter 38 - Pasangan Yang Tantrum 2

Setelah rombongan iringan Raja tiba di Istana, Raja segera di bawa ke kediaman Ratu untuk beristirahat.

Kediaman Ratu Eun Sha.

"Yang Mulia. Apa masih terasa sakit?" tanya Eun Sha berkaca-kaca saat Raja tengah dijahit luka robekannya. Raja hanya diam seribu bahasa menahan rasa sakitnya, menggigit kain yang membungkam bibirnya.

Ia ingin berteriak saat jahitan pertama dan kedua dilakukan tapi...ia tak ingin Istrinya semakin panik karenanya. Yang bisa ia lakukan adalah...meremas alas peraduannya sekuat mungkin. Eun Sha yang tanggap langsung menggenggam tangan Raja yang mulai menegang dan berkeringat dingin.

Raja menggelengkan kepala lalu melepas genggaman tangan Eun Sha, kembali menggenggam erat peraduannya. Eun Sha malah tersenyum simpul kembali meraih telapak tangan Raja dan menahan Raja yang berusaha melepaskan diri. Kali ini ia tak kuasa lagi menahan jarum yang menusuk kulitnya ia menggenggam erat tangan Sang Ratu.

"Selesai. Hamba mohon diri untuk mempersiapkan ramuan obat untuk Yang Mulia" pamit sang Tabib Istana.

"Cepatlah temui Natsuha. Ia jauh lebih parah dariku. Layani dia sebaik kau melayaniku" jawab Raja lalu si Tabib memberi hormat berpamitan.

Setelah di ruangan itu hanya ada Ratunya, Raja langsung menarik tangan Ratu dan memeriksa sekitar telapak tangannya.

"Aku sudah melarangmu. Lihat apa yang kulakukan padamu" marah Raja cemberut sambil menunjukkan memar di pergelangan tangan Eun Sha. Wanita itu hanya tersenyum simpul sambil menghela nafas dalam.

"Tidakkah Anda ingat, masa-masa persalinan hamba? Yang Mulia? Bahkan ini jauh lebih baik dari yang dulu pernah hamba lakukan terhadap Yang Mulia" kata Eun Sha berusaha menghibur Suaminya.

"Tetap saja aku menyakitimu"

"Itu tidak sengaja Yang Mulia"

"Pergilah. Natsuha jauh lebih membutuhkan pertolonganmu. Aku sekarang jauh lebih baik"

"Yang Mulia...Anda mengusir hamba? Hanya karena hal ini?"

"Pergilah"

"Sayangku..., tapi Natsuha sudah diberi pertolongan Tabib Istana bukan?" rayu Eun Sha.

"Kau ingat dia berulang kali menyelamatkan nyawamu? Apa kau tidak ingin membalas budi baiknya?" kata Raja memalingkan wajah.

"Anda yakin Yang Mulia? Bagaimana jika...kedekatan hamba, dengan Perdana Menteri kesayangan Anda itu justru menumbuhkan bibit kecemburuan yang besar dalam benak Anda, Yang Mu-lia? Hmm?" kata Eun Sha memperingatkan.

"Aku hanya memberimu kesempatan untuk membalas budi baik Natsuha. Siapa yang memerintahkanmu, untuk menanam benih cinta dalam diri Menteriku? Eun Sha" kata Raja datar seolah mudah baginya, untuk mengatakan hal itu.

"Suami hamba jauh lebih penting bagi hamba Yang Mulia"

"Tapi jauh lebih penting, seorang Istri, yang mematuhi kata Suaminya"

"Anda memerintah hamba, sebagai seorang Raja bukan? Tapi hamba, sedang menjalankan tugas hamba sebagai seorang Istri. Bukan seorang Ratu" kata Eun Sha keras kepala. Raja menatap Istrinya tanpa menanggalkan wajah datarnya.

"Aku bilang, Natsuha jauh lebih membutuhkanmu. Lukanya jauh lebih dalam dari lukaku. Rawatlah dia sebagai bentuk balas budi Suamimu, kepadanya" kata Raja lantang.

"Jika aku terlalu lama bersamanya, bisa jadi rasa cintaku terhadapmu berkurang seiring berjalannya waktu. Tapi, baiklah...jika memang kau ingin suatu saat nanti Istrimu ini jatuh hati padanya, dan berselingkuh di belakangmu. Aku akan pergi" tantang Eun Sha jengkel terus di bantah Suaminya. Bahkan ia melupakan sopan santun kali ini hanya karena amarah.

"Lakukanlah sayang," tantang balik Raja dengan senyuman manis mengembang.

"Yang Mulia!! Anda!!" teriak Eun Sha kesal luar biasa.

Suami macam apa dia? Kenapa dia malah mendorongku untuk selingkuh? Apa tadi kepalanya ikut terbentur?! Umpat Ratu Eun Sha dalam hati.

Ada gurat kekecewaan ketika Ratu Eun Sha merasa tak dicintai lagi bahkan merasa dihiraukan oleh Rajanya. Suaminya sendiri. Ia hanya membungkuk tak bicara, lalu pergi begitu saja. Setelah Ratu benar-benar pergi, Raja terkekeh geli melihat ekspresi Ratunya yang gemas terhadap dirinya.

Bahkan aku percaya padamu, seperti aku mempercayai diriku sendiri. Kalau kau berniat untuk selingkuh, kenapa kau tak lakukan bersama Natsuha sejak dahulu? Lagi pula, tidak ada Laki-laki yang bisa membuatmu bahagia selain diriku. Aaaah, anggap saja, itulah hukuman yang pantas untukmu. Siapa suruh kau melukai dirimu karenaku. kata hati Raja, dengan ekspresi antara tertawa sekaligus menahan rasa sakit.

Kediaman Menteri Natsuha.

Di kediaman Menteri Natsuha, seluruh Dayang terus berjalan hilir mudik keluar dan masuk.

"Ratu Eun Sha ingin berkunjung!!" lapor si Pengawal yang berdiri di depan pintu kediaman Perdana Menteri Natsuha.

Begitu Eun Sha masuk ke dalam, ia langsung panik melihat Natsuha yang sedang dijahit pahanya oleh Tabib Istana, ingin berdiri untuk memberi penghormatan.

"Jangan berdiri, dan duduklah tenang!!" bentak Ratu membuat semua orang disana terperanjat kaget.

Tidak biasanya, sang Ratu membentak siapa pun ada apa gerangan dengan suasana hati sang Ratu hari ini? Natsuha menatap Ratu dengan tatapan tak enak hati.

"Ada apa Ratu tiba-tiba berkunjung kemari?" tanya Natsuha, setelah Tabib Istana menyelesaikan tugas menjahit dan menyiapkan ramuan bagi Natsuha. Setelah itu, Sang Tabib Istana mohon diri.

"Kau, terluka karena aku dan Raja. Jadi aku datang ke sini, sebagai perwakilan Raja. Bagaimana keadaanmu? Apa masih sakit?" tanya Ratu mulai melunak.

"Hamba baik-baik saja Yang Mulia. Sebaiknya Anda lekas kembali ke kediaman Raja,"

"Aku akan di sini selama yang ku inginkan. Jadi, apa kau lapar?" tanya Eun Sha setelah mendengar suara perut Natsuha yang keroncongan.

"Yang Mulia....ini tugas Dayang. Jangan lakukan itu" tolak Natsuha begitu melihat Ratu mengambil buah apel lalu mengirisnya untuk Natsuha.

"Hamba merasa tidak pantas untuk mendapatkan perlakuan seperti in...." belum selesai si Menteri bicara, Eun Sha sudah menjejalkan potongan buah apel ke dalam mulutnya.

Yah, terpaksa Natsuha mengunyah buah yang sudah terlanjur bersarang di dalam mulutnya.

"Oh, ku rasa...itu terlalu besar di dalam sana. Maaf...," kata Eun Sha terkekeh kecil melihat Natsuha kesulitan mengunyah apel.

"Yang Mulia...hamba mohon jangan lakukan ini" kata Natsuha dengan tatapan tajam.

"Kenapa? Aku hanya menolong orang yang terluka," sambut Eun Sha masih sibuk mengiris apel.

"Yang Mulia..." kata Natsuha lembut sambil menahan tangan Ratunya agar berhenti memotong apelnya.

"Biarkan aku mengurusmu Natsuha...ini perintah Raja"

"Beliau sama terlukanya bukan? Jadi seharusnya Anda mengurus beliau sekarang bukannya mengurus hamba" kata Natsuha kalang kabut.

Bagaimana ini? Harus seperti apa dirinya, menghadapi sang Ratu? pikiran Natsuha makin kusut seperti benang.

"Ada apa dengan kalian berdua?! Raja bilang aku harus ke sini, dan kau, bilang aku harus ke sana. Katakan padaku, aku harus menuruti perintah siapa?! Raja, atau Menteri kesayangannya?!" bentak Eun Sha makin marah.

Ia sangat marah merasa terombang-ambing seperti ini. Sebenarnya, letak kesalahan Ratu di mana? Sehingga ia harus rela diperlakukan demikian.

Tangisan berbalut emosi dan merasa tidak diinginkan berpadu menjadi satu.

"Yang Mulia...ampuni hamba. Hamba pantas mati" kata Natsuha kaget sekaligus merasa sangat bersalah. Ia berulang kali menghormat dihadapan Ratu. Tapi Eun Sha terus saja menangis dalam diamnya.

"Baiklah, jika tidak ada yang membutuhkan pertolonganku, aku akan pergi. Tidak ada gunanya ada Ratu di Negeri ini. Untuk apa Ratu ada jika begitu?" keluh Eun Sha sambil bangkit berdiri ingin segera keluar dari tempat menyesakkan itu.

"Yang Mulia...Anda tahu betul posisi hamba" kata Natsuha langsung mampu menghentikan langkah terburu-buru si Ratu. Wanita itu menoleh dan menatap wajah memelas Menteri Natsuha.

"Bukan maksud hamba mengusir Anda dari kehidupan hamba. Yang Mulia tahu betul itu. Hamba hanya ingin, membatasi dinding hati antara hamba dan Yang Mulia. Hanya itu yang dapat hamba lakukan agar hamba bisa mengontrol diri hamba agar tidak mengambil alih Anda, dari Raja" kata Natsuha pasrah.

"Maksudmu, setelah sekian lama aku terus menolakmu, kau...tetap..."