Chereads / Mantra Penari Ke 7 / Chapter 40 - Antara Ayah Dan Putranya 2

Chapter 40 - Antara Ayah Dan Putranya 2

Bisa-bisanya Natsuha merayu seorang Ratu, ketika Ratu masih berstatus sebagai Istri orang. Ini sungguh tak bisa dibiarkan...ia harus berbuat sesuatu. Hiroshi langsung bergegas keluar dari kediaman Natsuha tanpa sepengetahuan si pemilik kediaman. Ia berlari menuju lapangan berlatih pedang para Prajurit Istana.

Ayunan tangannya yang tegas dan gesit, mampu membuat seseorang bertepuk tangan, sekaligus kagum. Hiroshi menoleh lalu menatap penuh tanda tanya pada sosok dihadapannya.

"Hormat hamba, Putra Mahkota Hiroshi"

"Apa maksud kedatanganmu kemari? Dan kenapa aku tidak pernah melihatmu selama ini? Siapa kau?" tanya Hiroshi waspada.

"Hamba sedang mencari Putri Mari, kebetulan hamba untuk pertama kalinya menapakkan kaki di tempat ini, dan bertemu dengan Anda"

"Kau mengenal Hamari?" Hiroshi makin ingin tahu tentang hubungan antara Wanita di depannya dengan Mari.

"Sangat mengenalnya Pangeran, karena hamba adalah Haha kandung dari Putri Hamari. Hamba Selir Kimiko"

"Jadi kau yakin Hamari benar adalah Putri kandungmu?"

"Tidak dapat dipungkiri lagi Pangeran. Wajahnya sangat hamba kenali. Seorang Haha, tidak akan pernah melupakan garis wajah buah hatinya sendiri" jawab Kimiko tersenyum simpul.

"Setahu ku wajah seseorang dapat berubah seiring berjalannya waktu" Hiroshi ingin mempengaruhi Selir Kimiko.

"Namun firasat dan ikatan batin seorang Haha tidak dapat meleset sedikit pun meski waktu telah berlalu begitu lama, Pangeran"

"Bagaimana jika kami menipu kalian, dan hanya mengaku-aku sebagai anak kalian? Tidakkah kalian pernah memikirkan kemungkinan itu?"

"Hamari, adalah Putri kandung hamba. Tidak ada yang bisa menggantikan posisinya"

"Apa Hamari sudah menerima bahwa dirinya adalah anak darimu dan Raja?" Hiroshi ragu dengan dugaan ini.

"Sama seperti Anda Pangeran. Hamba memakluminya karena memang butuh waktu lama mengingat kenangan di masa lalu. Waktu hamba sudah sangat sempit...hamba mohon diri" jawab Kimiko sambil menghormat, memohon diri. Menyisakan tanda tanya besar di benak sang Putra Mahkota.

"Kau berlatih pedang kembali?" tiba-tiba suara Eun Sha muncul di belakangnya. Ratu memperhatikan sosok Selir Kimiko yang makin lama makin menjauh pergi.

"Sedang berbicara apa kalian tadi? Kurasa itu pembicaraan yang sangat serius"

"Haha, tidak ada yang penting sama sekali. Hanya pembicaraan tak berguna. Bagaimana keadaan Chichi Natsuha?" pertanyaan Hiroshi membuat Eun Sha seolah sedang diselidiki oleh Putranya sendiri.

"Dia... jauh lebih baik saat ini. Kau sudah melihat keadaan Chichi Keito?" balas Eun Sha berusaha bersikap sewajar mungkin.

"Kenapa Anda terlihat begitu dekat dengan Chichi Natsuha. Bukankah Suami Anda Chichi Keito?"

"Dekat seperti apa maksudmu nak? Aku diperintahkan Chichi Keito, untuk melihat perkembangan kesehatan Chichi Natsuha. Hanya itu, Kau lihat sendiri Natsuha menderita luka tusukan yang besar tadi kan?" balas Eun Sha menepuk bahu Putranya.

"Hamba tidak sengaja melihat kedekatan antara Haha dan Chichi Natsuha tadi. Itu sama sekali tidak terlihat seperti kedekatan antara Menteri dan Ratu. Itu lebih spesial" kata Hiroshi dengan sorot mata menghakimi.

"Apa yang kau katakan Hiroshi? Haha tidak seperti itu. Haha hanya melakukan tugas Haha, mengawasi perkembangan kesehatan Natsuha. Hanya itu"

"Bagaimana dengan pernyataan cinta Chichi Natsuha tadi? Bukankah tidak baik mengombang-ambingkan perasaan seseorang tanpa kejelasan? Haha?"

"Diamlah jika kau, tidak tahu permasalahannya. Tidak semua yang kau lihat, seperti apa yang kau pikirkan"

"Kenapa Haha marah? Bukankah jika Haha benar, Haha tidak perlu semarah ini?"

"Kesalahanku adalah menemuinya. Hingga ada kesempatan kau, menyakiti hatiku" kata Eun Sha kembali berkaca-kaca sambil melenggang begitu saja meninggalkan Putra Mahkota.

Kediaman Raja Keito.

Raja Keito menatap datar langit-langit kamarnya, sambil berdoa supaya Menterinya tidak mengalami hal yang buruk.

"Chichi, bolehkah aku masuk?" tanya Hiroshi sambil mengetuk pintu kediaman Raja. Sang Raja tersenyum simpul menatap Putra mahkota Hiroshi lalu memberinya sebuah anggukan.

"Aku senang sekali kau pada akhirnya mau datang menemuiku Hiroshi. Aku sangat merindukan dimana Putra dan Putriku memanggilku Chichi dengan penuh kasih" lirih Raja Keito bahagia.

"Kenapa Chichi mengizinkan Haha menemui Chichi Natsuha? Bukankah Chichi tahu, hubungan mereka sebelum Chichi menikahi Haha dulu?" protes Hiroshi.

"Jangan terlalu dipikirkan Hiroshi...aku hanya memintanya melihat kondisi kesehatan Natsuha"

"Tapi Perdana Menteri Natsuha telah berani menyatakan isi hatinya kepada Haha, tidak kah itu sangat tidak pantas? Yang Mulia?"

"Dia telah menyelamatkan nyawamu, dan juga nyawa Hahamu. Aku tidak bisa menghukumnya lantaran hanya karena dia mengutarakan isi hatinya pada Ratuku. Jangan khawatir...Natsuha tidak akan merebut Haha dari Chichimu ini"

"Apa jaminannya Chichi? Bahkan, ketika Chichi berada jauh dari Haha, dia sudah berani mengambil kesempatan menggapai kedua tangan Haha!! Bagaimana jika itu dibiarkan jauh lebih lama lagi?! mereka bisa benar-banar berselingkuh!!" luapan emosi Hiroshi mulai tampak jelas karena niatannya menghasut Ayahnya, ternyata berujung tidak sesuai keinginannya.

Antara Ayah dan Putranya, telah terjadi persaingan mendapatkan perhatian dari Sang Ratu. Kenapa ini sampai terjadi? Hingga seorang Putra, mampu mengadu domba Ayah dan Ibu kandungnya.

"Kau tidak mengerti jalan pikiran orang tuamu. Apa yang kau lihat, belum tentu sama dengan apa yang kau sangkakan terhadap mereka" jawab Raja datar sambil menghela nafas dalam lalu memejamkan kedua mata sejenak.

"Natsuha, sudah seperti Adikku. Dia telah menjaga Hahamu, ketika Chichimu ini tak mampu menjaga Haha dengan baik" lirih Raja mengingat masa lalu, dimana Sang Raja bagaikan orang gila yang tanpa arah, terus mencari dan selalu mencari keberadaan Eun Sha yang tiba-tiba menghilang dari kediamannya dalam keadaan berbadan dua.

"Yang Mulia tidak merasakan kecemburuan sedikit pun? Ketika Chichi Natsuha menggenggam tangan Haha?!" tanya Hiroshi memicingkan mata pada sang Raja. Raja hanya tersenyum simpul tanpa membuka kedua mata.

"Sekuat apa pun Natsuha ingin mengambil alih hati Ratuku, sampai kapan pun, ia tak akan mampu melakukannya. Kecuali, jika aku telah tiada, mungkin dia orang pertama yang akan kurestui bersama Hahamu"

"Itu tidak akan kubiarkan..."desis Hiroshi kecil.

"Kenapa tidak? Jika aku tiada, Ratu tidak akan selamanya sendirian bukan? Negeri ini membutuhkan sosok Raja baru" jawab Raja membuka matanya, lalu menoleh pada Putranya.

"Masih ada Putra Mahkota di istana ini Yang Mulia. Kecuali Anda tidak menganggap hamba Putra Anda" geram Hiroshi mengepalkan kedua telapak tangannya.

"Wah, bukankah kau, bersikeras tidak mau mengakui dirimu sebagai keturunanku dengan Ratuku? Tidak kah kau merasa tamak Hiroshi? Menolak orang tuamu, tapi berambisi memiliki Tahtanya!!" cibir Raja sambil meletakkan kedua tangan ke atas dada.