"Beraninya kau menyentuh Ratu!!" amuk Hiroshi sambil menghunuskan pedangnya ke tangan Ninja, hingga terpotong menggelinding ke tanah.
"Aaargh!!" pekik si Ninja kesakitan bukan main.
"Pergilah ke tuanmu, dan katakan akulah yang memotong tanganmu!! Sekali lagi kau, mencoba melukai Ratu atau pun Raja!! Maka nyawamulah yang akan kucabut!!" ancam Hiroshi berkobar-kobar.
Suasana menegangkan menyuguhkan tontonan menarik yaitu, puluhan Ninja sedang berperang melawan para Prajurit Istana dan untungnya, puluhan Ninja tersebut dapat ditumpas dengan mudah, tak jauh dari tempat mereka berpijak.
Rupanya setelah para Prajurit dan Pengawal Kerajaan mendapatkan kemenangan, keempat Ninja yang masih tersisa, yang menyerang Raja Keito, Ratu Eun Sha dan Natsuha dapat melenggang dengan leluasa tanpa adanya rintangan.
"Kau membebaskan orang yang salah Hiroshi... Mereka Ninja yang mengambil kau dan Mari, dari hidup kami dahulu" kata Raja Keito kecewa saat ke empat Ninja dapat lolos dengan mudah.
Melihat luka Raja Keito parah, Mari langsung mengambil pita besar dari rambutnya lalu merekatkannya ke lengan Raja yang terluka untuk menghentikan pendarahan. Melihat Raja telah ditolong Mari, ia menatap ke arah sang Menteri. Tidak ada yang memberinya pertolongan.
"Yang Mulia...bolehkah hamba membantu Menteri Natsuha? Agar pendarahannya juga dapat dihentikan?" bisik Eun Sha pada Raja disela Mari yang dengan telaten, memastikan Ayahnya baik-baik saja. Raja Keito mengangguk dan tersenyum pada Eun Sha.
"Ya, kita tidak boleh kehilangan Menteri seperti dirinya. Tolonglah dia" jawab Raja lembut. Eun Sha segera berdiri lalu memapah Menteri Natsuha untuk duduk di bawah pohon rindang.
"Luruskanlah kakimu Natsuha"
"Yang Mulia...biarkan Tabib Istana yang melakukannya untuk hamba. Jangan biarkan darah hamba mengotori pakaian Anda" kata Natsuha berusaha menolak sehalus mungkin.
"Butuh perjalanan yang panjang untuk sampai ke Istana. Pendarahanmu harus segera dihentikan. Kalau kau menolak aku bantu, kemungkinan besar kau akan mati karena kehilangan banyak darah sesampainya di Istana"
"Rawatlah saja Yang Mulia Raja...beliau lebih membutuhkan Anda" kata Natsuha yang kaget ketika lengan busananya dirobek dengan paksa oleh Eun Sha.
"Kau lihat sendiri bukan, ada Mari yang bisa menggantikan Hahanya"
"Jaga Putri Mari, Kotoko dan Pangeran Hiroshi Yang Mulia...mereka punya perasaan menyimpang" kata Natsuha tegas.
Eun Sha tidak terlalu mendengarkan apa kata dari Natsuha. Ia sibuk mengambil sapu tangan miliknya untuk membalut luka di paha Natsuha lalu menggunakan robekan busana Natsuha untuk mengikat kuat bagian yang terluka.
"Selesai" kata Eun Sha lega. Ya, selama ini Natsuha selalu melindungi dirinya dari bahaya apa pun. Ini adalah tindakan balas budi.
"Ratu. Anda mendengarkan hamba?" tanya Natsuha ingin memastikan.
"Apa? Tentang aku harus merawat Yang Mulia Raja? Aku sudah kat...." sebelum Ratu menyelesaikan kalimatnya, Natsuha sudah membungkam mulut Wanita itu dengan tangannya yang tidak terkotori darah.
"Putrimu Mari, memiliki perasaan khusus terhadap Raja. Putramu Hiroshi memiliki perasaan khusus terhadap Anda dan, Putrimu Kotoko memiliki perasaan khusus pada Hiroshi. Belum terlambat untuk meluruskan penyimpangan mereka. Kau mengerti?" sorot mata Natsuha terlihat bersungguh-sungguh.
"Apa?"
"Itulah sebabnya kenapa aku mendadak keras pada Hiroshi. Karena dia, ingin memilikimu sebagai seorang Wanita. Ia tidak memandangmu sebagai seorang Haha" kata Natsuha cemas.
"Apa itu sebabnya Mari selama ini memusuhiku? Karena...ia menganggap akulah perebut kekasihnya?" mendengar penuturan lirih dari Eun Sha, Natsuha hanya mengangguk, lalu menyandarkan kepalanya di pohon.
"Ia hanya mengingat dirinya sebagai Jeajangna. Dia tidak menganggap dirinya sebagai Mari. Begitu pun dengan Hiroshi"
"Kau berkata yang sebenarnya? Natsuha?"
"Apa aku pernah berbohong padamu?" tanya Natsuha diiringi gelengan kepala Eun Sha.
"Aku akan memberi mereka pelajaran. Tapi kau, Kimiko, dan Raja juga harus mau bekerja sama. Maukah kau membantuku?" tanya Eun Sha dijawab dengan anggukan mantap. Keduanya tersenyum penuh arti.
"Ratu, bagaimana keadaan Natsuha?" tanya Raja tiba-tiba. Mereka terkejut lalu menoleh pada sang Raja.
"Kenapa wajahmu tegang? apa kondisi Natsuha sangat buruk?" tanya Raja menatap kedua wajah yang pucat pasi, tak jauh dari tempatnya berada.
"Kita harus bicara segera Yang Mulia, tapi tidak dihadapan Anak-anak" kata Eun Sha tersenyum hambar ketika sang Raja menatap mereka penuh tanda tanya besar.
"Baiklah, Prajurit kita memenangkan pertarungan. Sekarang kita bisa pulang dengan tenang. Natsuha, kau bisa menggunakan tandu berdua dengan Putraku" kata Raja Keito memaklumi keadaan Menteri Natsuha.
"Hamba...tetap pulang dengan menunggangi kuda Yang Mulia. Hamba tidak ingin menanggung risiko akan adanya serangan berikutnya" tolak Natsuha.
"Kau sedang terluka Menteri Natsuha. Lagi pula akan ada Panglima yang siap mengamankan perjalanan pulang kita. Aku tidak ingin ada penolakan. Ayo Eun Sha" kata Raja tak ingin di ganggu gugat.
Ia menggandeng tangan Ratu memasuki tandu. Natsuha terpaku sendu melihat kebersamaan antara Raja dan Ratu. Jika ia dapat memilih, ia akan menaiki kudanya, lalu berjalan di depan sehingga ia tak dapat melihat pemandangan seperti yang ia lihat barusan.
Para Pengawal Istana memapah Natsuha menuju tandu Putra Mahkota.
"Chichi. Apa kau mencintainya?" tanya Hiroshi tanpa menatap wajah kebingungan Natsuha.
"Siapa maksudmu?"
"Ratu"
"Kenapa kau menyimpulkannya begitu? Hanya karena aku melindungi Yang Mulia Ratu dari katana Ninja? Itu terdengar konyol anak muda" kekeh Natsuha sambil menggelengkan kepala.
"Aku mengetahui masa lalu diantara Chichi dan Haha..."
Deg !!
"Katakan. Apa yang kau ketahui?"
"Sebelum Haha menikah dengan Chichi Keito, Haha menjalin hubungan dengan Chichi Natsuha. Ketika Haha masih seorang Penari Istana"
"Tapi, karena ambisi Haha yang kala itu ingin menjadi Sakuhyunja, dan terus tetap tidak ingin melepaskan impiannya, akhirnya Chichi Natsuha melepaskan beliau. Benar begitu?" kata Hiroshi yang kini mulai menoleh prihatin pada Natsuha.
"Katakan saja apa yang ingin kau katakan padaku Hiroshi" kata Natsuha merasakan ada sesuatu dibalik pertanyaan sang Putra Mahkota.
"Bagaimana Chichi bisa berbesar hati sedemikian rupa hingga membiarkan begitu saja, Chichi Keito menikahi Haha? Bukankah Chichi Natsuha sangat mencintai Haha?"
"Karena hanya Raja Keito yang dapat membahagiakan Eun Sha lahir dan batin. Perlu kau ketahui. Kala Haha sedang mengandungmu, ada seseorang yang ingin menghabisi Haha dan dirimu. Tapi untungnya aku dapat menemukan Hahamu sebelum nyawa kalian melayang"
"Disaat seperti itu, aku tak bisa sesegera mungkin mengembalikan Hahamu kepada Yang Mulia Raja. Karena pelakunya, adalah orang dalam. Aku menyembunyikan Ratu, hingga usia kandungannya mencapai 9 bulan. Dan sepanjang 9 bulan itu berlalu, hatinya hanya milik Yang Mulia Raja"
"Lalu suatu ketika, musuh mengetahui keberadaan Hahamu sehingga Dayangku menyembunyikan Yang Mulia Ratu di sebuah sumur dangkal yang telah lama surut. Begitulah akhir dari kisah cintaku"
"Chichi memberikan Haha begitu saja? Semudah itu?"
"Sudah kubilang. Eun Sha hanya bahagia jika bersama Raja. Mungkin takdirku, tidak menghendaki aku memiliki Eun Sha seutuhnya."
"Itu tolol namanya. Jika kita bisa mengambil apa yang hilang dari kita, bukankah itu patut untuk diperjuangkan?"
"Untuk apa memaksa seseorang tetap terus bersama kita, jika ia tak memiliki rasa yang sama terhadap kita? Itu hanya akan mengundang penderitaan bagi orang yang kita cintai" tandas Natsuha tak tahu lagi harus bagaimana dalam memberi pengarahan pada Putra Mahkota.
"Lalu, bagaimana dengan nasib Chichi sendiri? Memendam perasaan seumur hidup? Bukankah itu akan membunuh kita secara perlahan?" kali ini Hiroshi bertanya dengan nada super sinis.
"Tapi kau akan lebih cepat menghadapi kematianmu begitu tahu orang yang kau paksa untuk tetap bersamamu, tidak pernah mampu membalas cintamu, seumur hidupnya. Karena cintanya telah lama kau jauhkan dari hidupnya, hingga hanya akan ada benci dan dendam dalam jiwanya. Bahkan kau akan terus melihat penderitaannya seumur hidupmu, hanya karena ia terus disisi mu" kata Natsuha menutup kedua matanya.
"Bukankah cinta akan datang setelah orang yang paling dicintainya lenyap Chichi?" pertanyaan Hiroshi seketika membuat Natsuha membuka kedua matanya.
Benarkah itu keluar dari mulut Hiroshi? Pria bernama Natsuha menoleh ke arah sang pemilik suara tapi Hiroshi terlihat begitu damai dalam tidurnya.
Deg!!
Deg!!
Deg!!
Yang aku dengar barusan...tidak. Itu jelas bukan mimpi atau pun khayalanku. Aku yakin Hiroshi mengatakannya dengan lantang. Tapi...dia tertidur di sampingku. Oh Tuhan. Semoga apa yang kutakutkan tidak akan pernah terjadi. Batin Natsuha sambil kembali memejamkan matanya yang letih.