"Bisakah...aku...memanggilmu Mari? Ya, aku tahu kau belum bisa menerima kenyataan bahwa kau ini Putri kandung kami. Tapi...bisakah orang tua ini, mendapatkan Putrinya kembali? Cukup dengan memanggilmu Mari" kata Raja Keito sendu.
"Jika...itu bisa membahagiakan Chichi dan Haha, hamba bersedia" kata Mizu dengan senyum simpul.
"Baiklah. Mari, sekarang temuilah Hahamu Kimiko" sambut Raja Keito dengan tawa penuh kelegaan. Mari dan Eun Sha memberi penghormatan untuk memohon diri.
Kediaman Selir Kimiko.
Ratu Eun Sha berjalan bersama Mari menuju kediaman Selir Kimiko tanpa sadar, mereka telah diawasi oleh sepasang mata.
"Tunggu sebentar" kata Mari setelah melihat sebuah kolam ikan di Taman Istana.
Kolam ini... mengapa aku merasa sangat mengenal kolam ikan ini? Seolah, aku sering melalui hariku di kolam ikan ini. Tapi...untuk apa aku dahulu berada di sini? Bukankah aku terlalu sibuk berlatih menari? batin Mari merasakan adanya kejadian masa lalu yang tidak cocok.
Ugh!!
Erang Mari sambil memegang kedua pelipisnya dengan jemari tangannya.
"Mari? Hamari? Apa kau baik-baik saja?" tanya Eun Sha panik.
"Hamba...hanya merasa pusing Yang Mulia..." balas Mari lemah.
"Ayo kembali ke kediamanmu saja"
"Ti-tidak. Hamba...tetap ingin bertemu dengan Haha Kimiko. Jangan bawa hamba kembali ke kediaman hamba...hamba mohon..." rayu Mari memelas.
"Baiklah. Tapi untuk sementara waktu duduk lah dulu disini sampai kau, benar-benar membaik" jawab Eun Sha tak mau kalah. Mari hanya mengangguk, membiarkan dirinya dipapah oleh Eun Sha.
Dengan penuh kasih, Eun Sha membaringkan kepala Mari di atas pangkuannya lalu mencoba memijit kepala Mari.
Kenapa...aku merasa pernah tidur di pangkuan seseorang seperti saat ini? Aku...seolah merindukan saat-saat itu. Apa itu Haha Kimiko? Rasanya...berada di pangkuan Ratu Eun Sha begitu nyaman. Batin Mari seolah enggan untuk beranjak dari pangkuan sang Ibu.
Taki berbaring di atas pohon yang letaknya tak jauh dari kediamannya. Matanya menangkap sosok Eun Sha dan Mizu berjalan beriringan. Mata sendu Taki tak dapat menyembunyikan kecemburuannya. Ia juga ingin sedekat itu dengan sang Ratu tapi bagaimana caranya?
"Apa ini kelakuan calon Pewaris Tahta Kerajaan? Hmm?" suara seseorang mengagetkan Taki hingga hampir saja, ia terpeleset jatuh tapi kedua tangannya mampu menggapai pohon dengan cepat.
"Putri Kotoko," kata Taki tersenyum simpul. Ia malah melompat dari atas pohon membuat Kotoko terperanjat menghadapi tingkah Taki.
"Apa kau betah disini?" tanya Kotoko berusaha menyamarkan keterkejutannya.
"Ya, hamba bisa terus berlatih pedang sesuka hati" kata Taki dengan seringai puas ketika mengingat kembali apa yang telah ia lakukan terhadap Raja Keito.
"Aku tidak menyangka, kau adalah Hiroshi...Otouto" kata Kotoko tak kuasa menahan diri untuk menangis.
"Otouto? Aku?" tanya Taki menunjuk hidungnya.
"Ya, aku Ane, untukmu, dan kau Otouto untukku" kata Kotoko sambil menghapus air matanya.
"Itu aneh untukku. Apa kau menerima begitu saja? Bisa saja, ini hanya sekedar salah orang bukan?" kata Taki sangat santai.
"Bahkan Ojie, Chichi angkatmu pun mengakui kebenarannya" kata Kotoko tak mengerti.
"Sampai kapan pun, aku bukan Hiroshi. Aku adalah Taki. Mereka bisa mengubah identitasku, tapi tak bisa mengubah kenyataan bahwa aku bukanlah Hiroshi"
"Taki. Sebenarnya aku pun tak terima jika kau, adalah bagian dari keluargaku. Tapi kenyataannya, kau memang Hiroshi kami"
"Hanya karena wajahku, sama dengan wajah anak kecil dalam lukisan yang Chichi Natsuha tunjukkan? Tidak...bisa saja itu hanya kebetulan, kami berdua mirip. Aku, tidak punya ingatan tentang masa laluku"
"Terlepas dari kau benar anak mereka atau bukan, cobalah untuk menyenangkan hati mereka. Karena Haha Eun Sha, dan Chichi Keito selalu merindukan kehadiran Hiroshi kembali dalam kehidupan mereka berdua. Terlalu banyak kehilangan yang dialami mereka. Tolong jangan tambahkan beban lagi untuk mereka" kata Kotoko
bersungguh-sungguh.
"Aku menginginkan Ratu selalu berada disisiku. Jadi aku, tidak akan membuatnya bersedih"
"Kalau begitu, jadilah Putra yang baik untuknya" kata Kotoko yang ternyata, justru membuat Taki memiliki sebuah siasat.
"Baiklah, mari kita bersiap-siap, Raja memerintahkan kita untuk bersedia diarak di depan seluruh Rakyat"
"Aku percayakan kebahagiaan Chichi dan Haha, di tanganmu Hiroshi..." bahkan senyuman Kotoko mampu membuat Hiroshi melupakan siasat liciknya terhadap Raja dan Ratu.
Pesta Rakyat. Menyambut kembalinya Putra Mahkota dan Putri yang hilang.
Taki, dan Mizu diarak menggunakan tandu. Mereka senantiasa tersenyum, lalu melambai kearah seluruh Rakyat. Mereka diperkenalkan sebagai Mari dan Hiroshi. Seluruh Rakyat bersorak mengelu-elukan Putra Mahkota dan Putri yang sempat hilang. Di belakang tandu Mari dan Hiroshi, Kotoko juga melambai dengan anggun.
Tak jauh dari arak-arakan Putri dan Pangeran, dengan kompak Raja dan Ratu melambai pada Rakyatnya. Kini, Taki dan Mizu telah resmi diperkenalkan oleh Raja dan Ratu pada Rakyat, sebagai Putri Mari, dan Putra Mahkota Hiroshi. Tidak ada lagi nama Mizu apa lagi Taki.
Di tengah suka cita, muncullah empat Ninja yang menyerang Ratu secara beruntun!! Hiroshi segera memerintahkan para pembawa tandu yang ia naiki untuk menurunkannya. Raja Keito, Natsuha dan Hiroshi menghadang para Ninja.
Tang!!
Tran tang!!
Tang!!
Katana Raja terus menghantam pedang sang Ninja. Kecurangan pun terjadi...Raja hanya memiliki satu macam senjata!! Tapi Ninja yang bertarung dengannya ternyata diam-diam memiliki dua pedang.
Pedang di tangan kanan Ninja mampu ditangkis Raja dengan baik tapi pedang di tangan kiri Ninja sanggup menggores tangan kanan Raja yang digunakan untuk menahan pedang sang Ninja.
Aaargh!!
"Yang Mulia!!" terik Eun Sha ketakutan. Air mata Eun Sha mengalir deras melihat Suaminya yang telah ia obati, kini semakin bertambah parah lukanya akibat serangan sang Ninja. Eun Sha berlari kearah Raja meskipun Raja berteriak melarang.
"Jangan!!" tapi Eun Sha tetap berlari untuk melindungi Raja tanpa satu pun senjata. Sang Ninja mengayunkan dua senjatanya ke arah perut Sang Raja tapi Eun Sha lah, yang menghadang.
Zraaaash!!
Arrrgh!!
Pekikan yang sangat ia kenal membuat mata Eun Sha yang terpejam terbuka lebar. Dihadapan Eun Sha, melihat Natsuha berdiri tegap menghadang serangan, menyelamatkan Raja dan Ratunya. Pekikan itu terdengar ketika sebuah pedang menusuk tepat di paha Natsuha.
Tangan kanan Natsuha yang menahan pedang sang Ninja, mulai gemetaran!! Tapi tangan kirinya, mulai mengepal dan meninju tepat di ulu hati si Ninja hingga Ninja tersebut jatuh terjerembab ke belakang.
Tanpa rasa takut akan rasa sakit yang harus dialaminya, Natsuha segera mencabut pedang yang masih menancap kuat di pahanya. Pedang yang berlumuran darahnya, ia lemparkan secepat kilat hingga menancap tepat di dahi sang Ninja!! Kini Ninja yang masih hidup tinggal dua orang saja.
Dengan amarah membabi buta, Hiroshi menangkis pedang salah satu Ninja. Ia mengetahui bahwa Ninja tersebut akan menyerangnya kembali dengan pedang di tangan kanannya. Tapi sebelum itu terjadi, Hiroshi menendang perut dan lutut sang Ninja. Ninja itu pun jatuh tersungkur.