"Jaga bicaramu nak!!" teriak seseorang dari seberang. Mizu melihat keberadaan seseorang yang telah ia anggap sebagai Ayah angkatnya dengan wajah menegang.
"Minta maaf!!"
"Chichi. Saya menyatakan kebenaran. Untuk apa saya meminta maaf?"
"Kau!!" kalimat Natsuha terpotong ketika Raja memintanya diam.
"Di kehidupanku, tidak ada Gadis bernama Mizu yang dekat denganku. Lalu kenapa kau, mengaku-ngaku pernah bertemu denganku sebelum ini?" kata Raja meminta penjelasan sambil mengerutkan kening.
"Karena di masa lalu Yang Mulia, hamba, Anda kenal sebagai Jeajangna. Seorang Penari Istana, yang bermimpi menjadi Sakuhyunja, kekasih Anda" sambut Mizu dengan senyuman manis mengembang.
"Mizu!!" bentak Natsuha sangat marah lalu melepaskan tangan Mizu dari genggaman Raja.
"Lancang sekali kau!! Kau pikir usiamu berapa?! Kau pikir Yang Mulia seumuran denganmu?! Apa kau, mulai tak waras?!" marah Natsuha habis kesabaran.
Ini tidak boleh dibiarkan. Mizu tidak boleh menggoda Chichinya sendiri!! Setelah Natsuha pergi meninggalkan Raja dan Ratu tadi, Natsuha segera mendatangi seorang informan demi mengetahui kebenaran jati diri Taki dan Mizu.
Di sayap Kiri Istana.
Pertama kali datang ke Istana, Taki sudah dihadang oleh ujian. Ujian penentuan tingkatan yang akan ia capai untuk mengetahui posisinya nanti. Taki diberi waktu beristirahat sebentar maka ia memilih untuk duduk-duduk santai di samping kolam ikan Istana.
"Siapa kau? Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya di Istana ini," seseorang menatapnya tajam meminta penjelasan. Gadis bernama Kotoko berjalan mendekat ke arah Taki memperhatikan wajah Pemuda itu dengan seksama.
"Hormat hamba, Tuan Putri" kata Taki membungkuk hormat begitu melihat busana yang dikenakan Kotoko.
"Kau orang baru di sini?"
"Ya Tuan Putri..." kata Taki menggantungkan kalimat terakhir sambil menatap ke arah Kotoko dengan sebuah tanda tanya.
"Kotoko"
"Kami datang karena undangan Yang Mulia Ratu. Dan hamba disini, untuk bergabung menjadi Prajurit Istana" jawab Taki tersenyum bangga.
"Jadi...kau akan sering berada di sini? Di Istana ini?" tanya Kotoko dengan mata berbinar cerah.
"Ah, iya. Tampaknya...istirahat hamba sudah harus berakhir. Hamba mohon diri" kata Taki kembali memberi penghormatan lalu berbalik arah untuk kembali mengikuti ujian.
"Hey!! Siapa namamu?!" teriak Kotoko berseru lantang. Taki menoleh kearah Kotoko kembali dengan senyuman penuh pesona.
"Hideki!! Takizawa!!" teriaknya lalu berlari meninggalkan sang Putri yang mulai menaruh hati padanya.
Kediaman Raja.
Taki dan Mizu berjalan beriringan mengikuti kemana arah langkah kaki Natsuha melangkah. Mereka masuk ke dalam ruang keluarga Raja yang paling mengejutkan Taki dan Mizu, orang tua angkat mereka, berada disana bersama dengan sang Raja dan Ratu.
"Taki, Mizu, kemarilah nak," panggil Natsuha meminta keduanya duduk di dekatnya. Perlahan, Natsuha mengambil dua kertas gulungan lalu membentangkannya Hingga Taki dan Mizu mampu melihat kedua lukisan itu.
"Yang ini, bernama Hiroshi. Dan ini adalah Mari. Mereka berdua, adalah Putra Mahkota dan Putri dari Raja dan Ratu" kata Natsuha sangat hati-hati.
"Ojie...katakanlah bagaimana wajah Taki saat kau temukan dia pertama kali?" perintah Natsuha.
"Wajahnya sama persis dengan apa yang ada di dalam lukisan Putra Mahkota" jawab Ojie tanpa ragu.
Deg!!
Wajah Taki berubah pucat ketika mendengar pengakuan dari Ayah angkatnya.
"Megumy. Katakanlah bagaimana wajah Mizu ketika pertama kali kau menemukannya?" tanya Natsuha kepada Ibu angkat Mizu.
"Wajahnya sama persis seperti dalam lukisan itu" jawaban Megumy bagai petir menyambar di siang hari.
"Kalian mengerti sekarang? Kalian telah menemukan orang tua kandung kalian" kata Natsuha tersenyum penuh kelegaan karena telah membeberkan fakta.
"Apa maksud Chichi?! Ini pasti hanya lelucon bukan?" tanya Mizu panik. Sementara Taki hanya terdiam membeku sambil menatap Raja dan Ratu dengan mata berkaca-kaca.
"Hal sebesar ini menurutmu lelucon? Ini kenyataan. Kau, adalah Mari. Koizumi Hamari. Dan kau," Natsuha menatap tajam kearah Taki di akhir kata.
"Kau Hiroshi. Hiroshi, Satoru, Akio. Terimalah kenyataan ini dengan bahagia. Bukankah kalian selama ini ingin tahu jati diri kalian? Lalu untuk apa kalian menyangkal kenyataan ini?" tegas Natsuha.
"Tidak!! Ingatan masa lalu saya, tidak seperti itu!! Ini semua tipuan bukan?! Saya, sayalah Jeajangna. Siapa itu Mari?! Bahkan saya tak pernah merasa mendengar seseorang memanggil saya dengan panggilan Mari!!" teriak Mizu panik.
"Jangan paksa kami menjadi sosok yang tak pernah kami kenal. Hamba mohon kebijaksanaannya Yang Mulia" kata Taki sambil berdiri tegap menghadap Raja, lalu bersimpuh dihadapan Raja.
"Berikan kami waktu untuk benar-benar mengingat siapa kami sesungguhnya. Ini sangat membingungkan bagi kami berdua" katanya lagi sambil menitikkan air mata.
"Hamba mohon diri" kata Natsuha ingin memberi waktu Taki dan Mizu untuk lebih mengenal dekat Raja dan Ratu.
"Chichi Natsuha. Kau masih Chichi kami bukan? Atau kau, ingin membuang kami ke tempat ini begitu saja?" kata Taki membuat Natsuha menghentikan langkahnya.
"Hiroshi...jangan berkata seperti itu" desis Natsuha serba salah.
"Bukankah kalian ingin kami, memberi waktu untuk kalian? Bukankah kalian, ingin sekali menguak jati diri kalian?" kata Ratu Eun Sha memberi suara seketika Mizu dan Taki menatap tajam kearah Eun Sha.
"Jika memang begitu, kalian harus berada ditempat yang tepat. Tempat dimana kenangan masa kecil kalian tersimpan. Dan disinilah tempatnya. Tinggallah disini bersama kami. Taki, Mizu" kata Ratu Eun Sha kembali dengan nada memohon.
"Kalian dengar itu? apa kata Ratu, itu demi kebaikan kalian. Cobalah mengerti keadaan ini. Aku tahu kalian syok mendengar kenyataan bahwa merekalah, orang tua kalian. Tapi begitulah apa adanya" kata Natsuha makin hati-hati.
"Masih ada fakta yang belum kau ungkap...Perdana Menteri Natsuha" kata Raja berjalan ke arah Mizu.
"Kau, Koizumi Hamari...adalah buah hati antara aku dan Selir Kimiko. Dan kau," kata Raja melangkah kembali ke arah Taki.
"Kau, Hiroshi Satoru Akio...adalah Putra kandungku dengan Ratu Eun Sha. Kalian berdua adalah kesayangan kami. Putra dan Putri kecil kami" kata Raja dengan sorot mata sendu.
Ini kesempatan terbaik untukku bukan? Dengan begini, aku bisa selalu berdekatan dengan Raja pikir Mizu. Ingin memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.
Aku tidak akan bisa menerima ini. Baru saja aku memiliki ketertarikan terhadap Ratu. Tapi mereka kini mengatakan Ratu itu Haha ku? Ini sungguh tak dapat diterima. Gerutu hati kecil Taki.
"Kami akan tinggal, dengan satu syarat" jawab Taki menatap datar Sang Raja.
"..." suasana hening tiba-tiba tercipta.
"Jika kami ingin kembali ke rumah Chichi Natsuha sewaktu-watu, tidak ada yang boleh melarang" kata Taki sangat serius.
"Tentu. Jika memang itu syaratnya, kami tidak keberatan sama sekali. Benarkan Haha?" sambut Raja sambil memegang kedua bahu Ratunya. Eun Sha hanya mengangguk lalu tersenyum bahagia. Akhirnya...setelah sekian lama terpisahkan, mereka dapat berkumpul kembali.
Kediaman Putri Mari.
Taki dan Mizu kini berada di kediaman mereka masing-masing. Keduanya menatap tiap detail isi ruangan Dari ambang pintu.
"Apa kau hanya ingin diam saja di ambang pintu?" tanya Eun Sha mengagetkan Mizu.
"Yang Mulia..."
"Panggil aku Haha...seperti dulu" kata Eun Sha menangkup pipi Mizu dengan kedua telapak tangannya.
"Tidak. Hamba bukanlah Putri Anda. Hamba Jeajangna. Harus berapa kali hamba mengatakannya? Dalam ingatan masa lalu hamba, sama sekali tidak ada ingatan tentang Putri Anda Mari" tegas Mizu menampik kedua tangan Eun Sha.
Kediaman Putra Mahkota Hiroshi.
Di kediaman Taki, Laki-laki itu melangkah masuk, menyentuh benda apa pun yang ada di dalamnya.
"Apa kau menyukai kediamanmu nak? Jika kau ingin perubahan suasana, kau bisa melakukannya besok" kata Raja menepuk bahu Taki hingga Pemuda itu menoleh kearah Raja.
"Seharusnya jika ini benar kediaman hamba di masa lalu, hamba bisa merasakannya. Tapi kenapa semua yang ada disini tak membuat hamba mengingat apa pun? semuanya terlalu asing bagi hamba" kata Taki datar.