Chereads / Mantra Penari Ke 7 / Chapter 32 - Gelombang Api Cemburu Mengudara 2

Chapter 32 - Gelombang Api Cemburu Mengudara 2

"Mereka ditemukan di tempat berbeda, tapi di waktu yang sama dengan waktu menghilangnya Tuan Putri Mari dan Pangeran Hiroshi. Hamba berpikir... mereka adalah...Putra Mahkota dan Putri yang hilang" kata Natsuha bersungguh-sungguh.

Deg!!

Jantung Ratu dan Raja berdetak sangat cepat. Entah ini hanya kebetulan, atau memang firasat mereka berdua benar. Dari awal mereka menatap Taki, hati kecil keduanya memanggil nama yang sama yaitu... Hiroshi.

"Kau yakin, Taki dan Mizu benar-benar Pangeran dan Putri kami?" tanya Ratu berkaca-kaca.

"Hamba hanya menduganya Yang Mulia. Maka kita semua harus membuktikan kebenarannya secepat mungkin. Karena mereka di temukan dalam keadaan melupakan jati diri mereka hingga sekarang" sambut Natsuha merasa ragu.

"Pastikan dengan cepat apa dugaanmu benar atau salah Natsuha. Terlalu lama kami menunggu kehadiran Putra dan Putri kami. Jangan tempatkan kami kembali dalam posisi tak menentu" kata Eun Sha berkaca-kaca.

"Baik Yang Mulia Ratu. Hamba mohon diri" kata Natsuha bergegas keluar.

"Apa kau merasakan apa yang kurasakan Ratu?" tanya Raja disambut dengan tatapan datar Ratu Eun Sha tentu saja setelah sang Menteri keluar.

"Bagaimana rasanya setelah sekian lama tak bertemu, pada akhirnya menemukan pujaan hati kembali?" kata Ratu ketus.

"Ratu..., dia seumuran dengan Putri kita Mari. Mana mungkin itu dirinya? Ada pusara Jangna dalam Istana ini" kata Raja mengingatkan dengan nada selembut mungkin.

"Anggap saja ia adalah reinkarnasi dari Jeajangna. Apa Yang Mulia berkehendak untuk memilikinya juga?"

"Untuk apa? Aku sudah memilikimu" kata Raja dengan ekspresi kecewa karena diragukan.

"Tapi rona wajah Yang Mulia tidak sanggup untuk berbohong, ketika pertama kali menatap Mizu"

"Kurasa kau juga merasakan keterkejutan yang sama denganku bukan?. Wujudnya sungguh sama persis dengan Jeajangna dimasa hidupnya" kata Raja tanpa sadar memperlihatkan sorot mata kagum mendalam terhadap Mizu.

"Itu sudah cukup untuk menjadi bukti Yang Mulia. Jauh di dalam lubuk hati Anda, masih tersimpan rasa cinta yang begitu mendalam terhadap Jeajangna"

"Cukup. Jeajangna, adalah masa laluku. Dan kau, Ratu Eun Sha adalah masa depanku. Kita hidup untuk menjalani sisa usia kita...bukan hidup untuk mengenang masa lalu" tegas Raja menanggapi kecemburuan tak berdasar Ratunya.

"Hati-hatilah Yang Mulia, mungkin Anda mengira sanggup menahan gejolak dalam jiwa Anda. Tapi bagaimana dengan Mizu? Dia terlihat sangat mengagumi Anda" kata Ratu tak mau menatap Rajanya yang bahkan kini tengah berdiri di hadapannya.

"Apa maksudmu? Mizu, adalah Putri dari Perdana Menteri Natsuha. Ia hanya akan bertemu denganku pada saat-saat tertentu. Apa yang kau takutkan dengan itu?"

"Semoga firasat hamba tidak benar. Tapi hamba mengingatkan Yang Mulia. Kemungkinan besar, ia adalah Putri kita" kata Ratu sambil pergi begitu saja meninggalkan sang Raja.

Di halaman Istana.

Taki dan Mizu saling melambai, berpisah di sebuah koridor didampingi para Pengawal Istana. Mizu berjalan menyusuri Taman Istana ia terpana kagum, akan keindahan Taman Istana lalu ia tertegun melihat sebuah bangunan yang entah kenapa, sangat ia rindukan.

"Nona, ini bukan tempat Anda. Sebaiknya kita bergegas menuju tujuan yang sebenarnya" sang Pengawal mengingatkan, disambut anggukan Mizu. Ia berjalan mengikuti kemana sang Pengawal membawanya.

"Tuan, bisakah Anda memberi tahu saya, tempat apa itu tadi?" tanya Mizu penasaran masih terus mengikuti langkah Pengawal Istana.

"Itu tempat tinggal para Penari Istana" jawaban singkat sang Pengawal membuat jantung Mizu berdetak sangat cepat.

Dorongan hati Mizu, bukanlah menyanyi...dia ingin menjadi seorang Sakuhyunja. Apa hak Raja dan Ratu menentukan masa depannya? Mereka hanya Raja dan Ratu!! Bukan Haha dan Chichinya!! Sayup-sayup Mizu mendengar suara musik tak jauh dari tempatnya berdiri.

"Apa itu musik untuk mengiringi para Penyanyi Istana?"

"Bukan Nona, itu musik pengiring Penari Istana" kata sang Pengawal mulai menatap panik ke arah Mizu. Gadis itu berlari kecil menuju ke mimbar tempat para Penari dilatih menari untuk pertama kalinya.

"Nona!! Tunggu!! Saya mohon, jangan membuat saya dalam masalah karena tidak membawa Nona pada Uta No Sensei tepat waktu!!" panik sang Pengawal.

"Sebentar saja Tuan, hanya sebentar" kata Mizu dengan sorot mata memohon. Pada akhirnya, Pengawal itu meluluskan keinginan Mizu. Ia memperhatikan para Penari yang sibuk berlatih dengan gila-gilaan.

"Somyunada...Xia...jau...cha...?" kata Mizu setelah mendapatkan potongan memori dirinya sedang dilatih menari oleh Xiajaucha. Entah kenapa, Gadis itu merasa sangat mengenal sang pelatih. Ia langsung berlari menuju ketempat sang Guru menari melatih.

"Somyunada," panggil Mizu menepuk bahu Xiajaucha lembut maka sang pelatih menari menoleh ke arahnya.

Ia sangat terkejut hingga sempat memberi jarak beberapa jengkal dari Mizu berada. Ekspresi serupa, ketika Mizu bertemu dengan Ratu dan Raja.

"Ja...Jangna?!" Xiajaucha berusaha menguasai diri menatap lekat sosok Jeajangna di depannya.

"Jadi..benarkah Anda Somyunada Xiajaucha?"

"Ya, si-siapa kau? Dari mana...kau berasal? Si-siapa yang membawamu ke Istana?" tanya Xiajaucha tergagap. Ingin ia memeluk Gadis tersebut, menyalurkan kerinduan tak terbendung terhadap Jeajangna, mantan Penari Istana kesayangannya.

"Saya...kemari bersama dengan Chichi Natsuha. Ah, Perdana Menteri Natsuha maksud saya" kata Mizu dengan kedua mata berbinar. Ya, binar mata yang sama ketika Jeajangna akan menari.

"Namamu?"

"Mizu...,"

"Kau...benar-benar mirip dengan seseorang" kata Xiajaucha berkaca-kaca.

"Tapi...kenapa Somyunada mengajarkan tarian itu kepada semua Penari Istana? Bukankah tarian yang lama jauh lebih indah?" tanya Mizu penuh tanda tanya besar.

"Tarian yang lama?" ulang Xiajaucha sambil mengangkat kedua alisnya.

Mizu mengangkat satu tangan, meminta Xiajaucha tak mengatakan apa pun lagi. Gadis itu bergerak menari dengan sangat luwes. Semua mata memandang penuh kekaguman, kecuali Xiajaucha. Ia menatap horor ketika Gadis bernama Mizu dilihatnya sangat menguasai tarian kematian dari awal hingga pertengahan.

Grep!!

Gadis itu terhenti seketika, saat sebuah tangan kekar menariknya dengan kasar hingga Mizu bertemu pandang dengan pemilik manik mata mempesona itu.

"Apa kau sudah tuli? Bukankah sudah ku katakan dengan jelas?! Profesi ini, tidak cocok denganmu!! Lalu kenapa kau, berada disini? Mizu?!" bentak Raja.

Deg!!

Seluruh Penari termasuk Xiajaucha langsung memberi penghormatan kepada Raja begitu melihat siapa yang berdiri di hadapan mereka, tepatnya, disamping Mizu. Raja memberi perintah semua orang disana untuk pergi meninggalkan mereka berdua.

Gadis bernama Mizu tak dapat berkata apa pun, keringat dingin mengucur begitu tahu, ia ketahuan mendekati hal yang jelas dilarang Raja. Potongan memori lainnya muncul ketika Raja, di kala itu masih seorang Pangeran, berada sedekat itu dengannya. Ketika Pangeran Keito, memintanya menarikan tarian sakral, hingga ia dikeluarkan sebagai Penari Istana dengan sangat tidak adil.

Mizu menatap penuh ketegangan menghadapi raut wajah penuh amarah Raja Keito. Tak pernah ia melihat raut wajah semarah itu dari Pria yang telah lama dicintainya.

"Hamba hanya menari Yang Mulia, hamba tidak melakukan hal terlarang" sangkal Mizu menundukkan kepala.

"Tarian yang kau tarikan baru saja, adalah hal terlarang untuk diperlihatkan pada siapa pun di Istana ini!! Dan kau, baru saja mempertontonkan hal terlarang itu!!" murka Raja menyorot tajam Mizu.

"Tapi, bukankah Yang Mulia sendiri pernah ingin melihat hamba menarikan tarian yang sama, di hadapan Yang Mulia?" tanya Mizu polos.

"Apa kau sedang dalam pengaruh obat? Jelas-jelas aku baru kali ini mengenalmu, nak" kata Raja mengerutkan kening.

"Kenapa? Apa karena ada Ratu di Istana ini? Anda mulai menyangkal keberadaan hamba?" kata Mizu mulai merasa tersinggung.