Naji yang masih dipelukan kekasihnya segera melepas pelukanya saat dokter memasuki ruangan adiknya untuk memeriksa keadaannya. Ia serta Miwa segera mengikuti sang dokter dari belakang untuk tau keadaan Hanita saat ini.
Dokter memasuki ruangan Hanita.
Orang-orang yang ada didekat pasien segera sedikit menjauhinya agar sang dokter segera memeriksa keadaan Hanita kembali. Dokter segera memeriksa keadaan pasiennya setelah selesai memeriksanya dia segera menyampaikan hasil pemerisaannnya.
"Keluarga, pasien."
Naji segera segera mendekat kedokter yang menangani adiknya karena dia adalah keluarga Hanita.
"Saya, dokter. Bagaimana keadaan adik saya?"
"Begini adik anda belum melewati masa kritisnya tatapi kalian jangan sedih dulu karena bila 1 jam lagi adik anda belum terbangun, mohon maaf dengan berat hati adik anda mengalami koma."
Orang-orang yang ada diruangan Hanita kaget sekaligus sedih mendengar perkataan dokter.
"Apa, adik saya bisa melewati masa kritisnya dok dan tidak mengalami koma?"
"Saya, tidak bisa memperkirakan karena yang bisa melewati masa kritis adalah pasien serta keajaiban Kami-sama. Perbanyaklah berdoa agar adik anda melewati masa kritisnya. Saya undur diri dulu, nanti saya akan kembali 1jam lagi untuk elihat keadaan pasien."
Dokter meninggalkan ruangan dan Naji serta Hanasi selaku keluarga Hanita langsung terjatuh kelantai. Miwa serta Sara yang melihat kekasih juga sahabat mereka segera memeluk mereka untuk memeberi semangat.
Ina langsung menangis mendengar ucapan dokter dan Randa kembali menarik sang gadis dalam pelukannya.
"Hiks, Randa kenapa ini harus terjadi pada Hanita dia orang yang baik dan tak mungkin memiliki musuh?"
"Iya, dia orang yang baik ddan tak mungkin memiliki musuh."
"Hiks, tapi kenapa ada orang yang tega menyakitinya hingga seperti ini."
"Ini cobaan, Ina dan kita harus doakan Hanita agar melewati masa kritisnya!"
''Hiks, iya Randa."
Randa mengertkan pelukannya pada sang gadis untuk memberinya kekuataan sedangkan yang dipeluk membalas pelukan sang pria sambil menangis dalam pelukan tersebut.
Randi menangis dalam hatinya karena orang yang dicintainya harus berjuang melewati masa kritisnya. Ia mendekati Hanita untuk memberinya semangat.
"Hei, Hanita aku tau kau gadis yang kuat dan berjuanglah melewati masa kritismu demi kami disini yang menyayangimu. Aku mencintaimu, sangat mencintaimu," ucap Randi sambil mengenggam tangan Hanita.
Naji ingin sekali memukul wajah Randi karena berani menyentuh adiknya tapi saat ini ia begitu lemah mendengar ucapan dokter tadi. Ia mengeratkan pelukannya pada Miwa karena saat ini dia butuh pelukan kekasihnya.
"Hei, Naji kuatkan dirimu aku tau ini berat bagimu karena keadaan Hanita yang tidak bisa diperkirakan oleh dokter tetapi kau harus kuat dan beri adikmu semangat, hiks kuatkan dirimu karena aku ada untukmu,'' ucap Miwa membalas pelukan kekasihnya.
"Aku sangat sedih mendengar perkatan dokter tadi dimana adikku antara koma atau tidak dan saat ini tidak ada perkembangan keadaan Hanita. Aku takut dia koma, Miwa."
"Kau harus yakin bahwa adikmu kuat."
"Ya, semoga saja dia kuat."
Sedih bila melihat orang yang kita sayangi Dalam keadaan antara hidup atau mati Sakit pasti Sedih apalagi Hanya doa yang bisa kita panjatkan Demi keselamatan orang yang kita cintai
Sementara tersangka utama akan keadaan Hanita semakin bahagia mendengar kabar orang yang dibencinya belum bisa melewati masa kritis dan apalagi ada kemungkinan koma dan itu membuatnya semakin bahagia.
"Daripada kau antara koma atau tidak gadis murahan kenapa kau tidak mati sekalian agar aku bisa mendekati Randi dengan mudah tanpa ada penghalang sepertimu," senyumnya.
Gadis misterius tersebut begitu bahagia tapi kebahagiaan semakin besar jika orang yang dibencinya mati.
"Atau kau menunggu kumembunuhmu agar matimu lebih muda. Wah, ide bagus dan pasti akan kukabulkan," seringainya dengan kejam.
Entah apa yang akan direncanakan gadis misterius tersebut tapi yang pasti keselamatan Hanita kembali terancam.
Yang ada didalam ruangan Hanita masih bersedih tetapi ada salah satu dari mereka mencairkan suasana yaitu Nafi yang tidak bisa menahan rasa lapar diperutnya karena dari siang hingga ini akan menjelang petang belum makan.
"Hei, kawan-kawan aku lapar adakah kalian yang memiliki makanan?"
Ina yang mendengar suara Nafi segera melepakan pelukannya pada Randa dan langsung mengambil tas Hanita untuk melihat bekal yang dibawa sahabatnya basi atau belum dan untungnya makanan tersebut belum basi. Ia memberikan makan tersebut pada Nafi agar sang pria mengisi perutnya yang kelaparan.
"Ini, Nafi bekal yang seharusnya kita makan saat jam istirahat dan untungnya bekal ini belum basi. Itu, buatan Hanita pastinya kau akan menyukainya."
Nafi yang disodorkan makanan oleh Ina segera menerimanya.
"Terimakasih, Ina-chan kau tidak makan sekalian?"
"Sama-sama, bagaimana aku bisa makan kalau saat ini sahabatku tengah berjuang melawan sakitnya."
"Aku tau kau sedih dan kalian semua pasti sedih tapi Hanita akan sedih melihat kalian yang menyiksa tubuh kalian dengan tidak makan. Jaga, kesehatan juga penting bagi kita dan kalian tidak kasian Hanita memasak bekal ini agar bisa dinikmati tapi kita malah membiarkan tenaga yang digunakanya untuk memasak terbuang sia-sia!"
Orang-orang yang ada ditempat tersebut merasa yang diucapkan Nafi benar adanya mereka harus memikirkan kesehatan mereka serta tenaga Hanita untuk membuat bekal yang seharusnya dinikmati. Mereka segera bangun dari posisi masing-masing dan menuju tempat yang nyaman untuk makan
Naji mengambil bekal ditasnya begitu pula Miwa yang dibawakan kekasihnya bekal buatan Hanita yang diberikan pacarnya saat perjalanan menuju kampus.
Begitu pula Hanasi yang mengambil bekalnya dan langsung membukanya dan memang porsinya lumayan banyak karena ia berpesan pada sang kakak untuk memberikan porsi lumayan banyak agar dapat dinikmati dengan sahabatnya.
Dikamar tersebut disediakan garpu, sendok serta sumpit oleh karena itu, mereka tidak perlu bergantiaan alat makan.
Ina binggung harus makan dengan siapa karena bekal yang biasanya dinikmati bersama Randa tergantikan oleh posisi Shima.
Miwa yang melihat Ina kebunggungan segera menyuruhnya untuk makan dengannya karena bekal yang dibawakan oleh Hanita cukup untuk berbagi bila untuk perempuan karena perempuan biasanya makanya sedikit tidak seperti laki-laki yang makannya banyak.
"Ina, kemarilah makan bersamaku! Ini mungkin bisa untuk kita berdua?"
Ina yang dipanggil oleh Miwa segera menuju ketempat keberadaanya dan setelah sampai segera bergabung untuk makan bersamanya.
Mereka makan dengan tenang tanpa ada suara dan bila ada suara itu hanya peralatan makan yang saling beradu.
Satu jam kemudian pastinya mereka sudah selesai makan dan dokter kembali memeriksa pasien tapi tanda-tanda kesadaran pasien tidak ada tanda-tanda dan dengan berat hati pasien mengalami koma yang dia perkiraan 1minggu atau 5hari.
Orang-orang yang mendengar berita dari dokter kembali dan kembali sedih karena Hanita harus koma karena kecelakaan yang dia alami. Para gadis menangis lumayan kencang dan pasangan masing-masing yaitu Miwa-Naji, Randa-Ina serta Hanasi-Shima saling berpelukan karena mereka sedih mendengar kabar dari dokter. Sementara yang tidak memiliki pasangan yaitu Sara serta Nafi yang kekasihnya dirumah menangis dalam diam.
Disisi lain gadis misterius sangat bahagia mendengar orang yang dilukainya koma dan berharap mati sekalian.
Tbc.....
Terimakasih
09/02/21
By:Miwa