Masih dikantin Nugraha high school.
Randi, Randa, Nafi, Ina, Shima dan Sakira terlihat menikmati makanan mereka. Hingga si kembar sudah menyelesaikan acara makan tersebut dan mereka kembali membuka suara. Randi pertama membuka suaranya kemudian sang kakak yaitu Randa giliran membuka suara setelah adiknya.
"Terlihat menikmati makananmu, Sakira."
Sakira yang mendengar suara Randi menghentikan makanannya dan bertanya maksud dari sang pria menanyakan hal tersebut apa.
"Maksudmu, Randi?"
"Tidak, hanya saja makananmu pasti sangat sedap tetapi kenapa aku mencium bau busuk dari tubuhmu ya?"
Sakira semakin tidak mengerti akan ucapan Randi.
"Maksudmu aku semakin tidak mengerti?"
"Hahaha, kau tidak mengerti. Bagaimana kujelaskan dengan pisau yang kutancapkan pada kepalamu, apa kau akan mengerti?" seringainya.
Nafi selaku teman Sakira merasa tidak terima temannya diancam oleh Randi.
"Randi, bukankah kau keterlaluan berkata begitu kepada Sakira-chan."
Randi yang mendengar ucapan Nafi kembali menyeringai.
"Keterlaluaan ya, bagaimana tindakan busuk dia selama ini ya.''
"Sakira-chan orang yang baik tidak mungkin dia berbuat jahat."
"Begitukah kenapa aku tidak percaya dan kau Nafi tidak usah ikut dalam masalah ini atau aku tak segan memotong jarimu!" ucap Randi sambil menatap tajam Nafi.
Nafi yang mendengar ucapan temannya sedikit takut dan memilih melanjutkan makannya. Sementara Ina terlihat sedikit mual akan pembicaraan Randi saat ini tetapi ia tahan karena dia penasaran kenapa si mulut cabe bisa berkata begitu pada Sakira.
"Bagaimana, Sakira ingin kujelaskan dengan menancapkan pisau ini diwajah burukmu itu?"
"Kau mengancamku dan atas dasar apa ancamanmu itu?"
"Atas dasar apa ya? Aku tau kau sudah mengerti," seringai Randi kembali.
Randa membuka suaranya kembali.
"Merasa sok polos ternyata kau, Sakira."
"Maksudmu, Randa?"
"Hah, sepertinya memang kau harus ditusuk dengan pisau dulu agar kau mengerti," ucap Randa sambil merebut pisau dari tangan adiknya.
Setelah merebut pisau tersebuat dia bersiap menancapkan pisau tersebut pada Sakira tetapi Randi memegang pundaknya.
"Jangan terburu-buru saat bertindak kak karena mengungkap kebusukan harus dengan kecerdikan bukan dengan emosi atau mengikuti tindakan bodoh dia!"
Randa membenarkan ucapan adiknya. Ia hanya memainkan dengan pisau ditangannya.
"Kau benar adikku untuk apa bertindak bodoh hanya untuk mengungkap kebusukan orang yang kita benci. Kau harus hati-hati Sakira karena kami mengawasimu!"
Sakira hanya mengepalkan tangannya kembali karena dibuat kesal lagi oleh Randa dan Randi.
"Kenapa, mereka berkata begitu padaku? Apa mereka sudah tau kalau aku yang selama ini melukai, Hanita?" batin Sakira.
Ina yang kaget mengetahui orang yang disukainya memiliki sifat sedikit psikopat merasa sedikit takut padanya tetapi ia berpikir tak mungkin Randa menyakitinya karena dia tidak melakukan tindakan jahat.
"Tetapi bagaimana mungkin mereka tau kalau aku adalah dalang dari semua ini, selama ini padahal aku sudah hati-hati? Sial, sepertinya aku harus segera membereskan wanita murahan itu, agar tidak ada yang menghalangi cinta kami," batin Sakira kembali.
Ternyata selama ini orang yang menyakiti Hanita dan juga nekat melukainya adalah Sakira. Ia melakukan hal tersebut dengan alasan cintanya pada Randi tetapi cinta bisa jadi membuatnya terancam karena berani mengusik orang yang disukai keluarga Nugraha.
Kenapa Randa dan Randi bisa tau kalau Sakira orang yang telah menyakiti Hanita karena tatapan Sakira saat mereka belajar bersama saat itu, kepada Randi adalah cinta walau dia saat itu mengenyahkannya. Tetapi saat kejadiaan yang menimpa Hanita orang yang mereka curigai sekilas terlihat mengintip saat mereka sedang menuju rumah sakit dan itu diketahui Randa.
Walaupun mereka tadi belum tau orang yang melukai, Hanita adalah Sakira tetapi melihat gelagat sang gadis menyembunyikan perilaku busuknya dengan banyak alasan membuat mereka semakin yakin bahwa fans gila Randi selama ini adalah Sakira dan saat fans yang lain berhamburan menuju kamar mandi karena mual akan ucapan Randi tadi. Randi dan Randa melihat Sakira sedikit bergetar tangannya.
Shima yang dari tadi diam terlihat berpikir dan mengumpulkan semua perkataan si kembar yang secara tidak langsung menunjukan kalau Sakira orang yang telah melukai Hanita selama ini. Berterimakasihlah pada otaknya yang pintar kerena dengan mudahnya ia paham akan situasi didekatnya.
Ina yang sudah menyelesaikan makannya membuka suaranya.
"Teman-teman, ayo kita kekelas karena sebentar lagi bel masuk berbunyi!"
Orang-orang yang satu kursi dengan Ina segera berdiri dari duduknya kecuali Sakira yang masih fokus dalam pikirannya hingga tidak mendengar ucapan Ina tak lupa mereka menghabiskan minuman pesanan mereka.
"Sakira, kau khawatir kejahatanmu terungkakah hingga tidak mendengar ucapan nenek lampir," ucap Randi tepat didekat wajah Sakira.
Sakira yang kaget akan ucapan Randi serta wajahnya yang terlalu dekat dengannya hingga ia dapat mendengar deru napas sang pria merona dibuatnya.
Randi yang melihat Sakira merona menjauhkan wajahnya kemudian pergi kekelas duluan diikuti Shima, Ina dan Randa.
Randa masih membawa pisau kantin sambil memainkannya dan orang yang ada didekatnya sedikit menjauh karena takut bila terkena pisau tersebut.
Dikantin tinggal Nafi dan juga Sakira. Sang pria membuka suaranya untuk mengajak sang gadis kekelas mereka.
"Sakira-chan ayo kita kekelas!"
"Emz, ayo!"
Sakira dan Nafi menyusul Randi serta yang lain yang menuju kelas.
Sementara dirumah sakit terlihat Risma yang termenung sambil melihat Hanita dengan pandangan sedih sekaligus kecewa padanya karena tidak dapat menjaga anaknya dengan baik dan ia malah ikut menemani suaminya bekerja.
Miwa yang melihat ibu kekasihnya termenung segera mendekatinya dan membuka suaranya.
"Oba-san."
Merasa ada yang memanggilnya Risma menghentikan acara merenungnya.
"Iya, ada apa Miwa?"
"Aku tau oba-san sedih melihat keadaan Hanita saat ini tetapi kalau kita terlalu larut dalam kesedihan orang yang membuat kita sedih akan merasakannya dan otomatis orang tersebut juga akan sedih."
Risma membenarkan ucapan kekasih dari anak laki-lakinya.
"Ya, kau benar Miwa pasti Hanita juga merasakan kesedihan yang kualami dan itu membuatnya tidak bersemangat melawan komanya."
"Betul itu, oba-san jadi kita harus memberi semangat untuK Hanita dan tidak larut dalam kesedihan!"
"Ya, kau benar. Bolehkah aku memelukmu, Miwa dan jangan memanggilku oba-san mulai saat ini panggil kaa-san karena kau adalah calon menantu keluarga Wijaya!"
"Baiklah kau oba maksudku kaa-san menyuruhku memanggil dengan panggilan seperti itu dan silahkan kalau kaa-san ingin memelukku!"
Risma segera memeluk Miwa yang duduk disampingnya dengan senyuman dan merasa pilihan anaknya adalah pilihan yang tepat.
Sementara Putra dan Naji yang duduk tak jauh dari Risma serta Miwa juga tersenyum akan interaksi para wanita yang mereka cintai. Putra membuka suaranya.
"Hei, Naji kau memilih gadis yang tepat dan tou-san merestui kalian."
Naji yang mendengar ucapan ayahnya merasa bahagia akan restu dari kedua orangtuanya dan merasa senang bahwa pilihannya tepat.
"Terimakasih atas restu tou-san dan aku memang tak salah dalam memilih seorang gadis seperti tou-san yang tidak salah memilih kaa-san."
"Hem. Pastinya kaa-sanmu adalah pilihan terbaik dalam hidup tou-san."
"Iya, aku tau itu begitupula pilihanku yaitu Miwa dia adalah pilihan yang tepat."
"Iya, tou-san setuju."
"Iya, tou-san. "
Mereka menghentikan percakaan mereka dan kembali melihat interaksi Miwa dan Risma yang masih berpelukan.
Sementara Hanita walaupun dalam keadaan koma dapat mendengar ucapan kedua orangtuanya serta kakaknya dan kekasih kakaknya. Ia tersenyum dalam tidurnya cantiknya dan terus berusaha melawan komanya agar dapat berkumpul kembali dengan orang-orang yang menyayanginya.
End tapi boong Tbc....
Terimakasih
14/02/21
By:Miwa