Diruangan Hanita tampak Naji dan Miwa yang menunggunya dengan perasaan sedih tetapi mereka redam karena orang yang mereka tunggu akan sedih bila mereka menunjukanp perasaan sedih tersebut.
"Hei, Naji mau makan lagi akan aku carikan dikantin rumah sakit ini atau diluar rumah sakit ini bila kau tidak suka masakan disini?"
"Nanti saja, Miwa karena aku belum napsu makan lagi."
"Aku tau kau sedih akan keadaan Hanita tapi pasti adikmu akan sedih bila tau kalau kakaknya menyiksa tubuhnya dengan tidak mengisi perutnya saat lapar."
Naji membenarkan ucapan kekasihnya tetapi saat ia tidak napsu makan.
"Ya, aku tau Hanita akan sedih melihatku begini tetapi saat ini aku tidak napsu makan. Jadi, tolong mengertilah saat ini!"
"Kau tau aku sangat mencintaimu dan sangat mengawatirkanmu jika kau menyiksa tubuhmu seperti ini. Hiks, aku mohon jangan begini!"
Naji yang mendengar kekasihnya menangis segera menarik Miwa dalam pelukannya.
"Jangan menangis! Aku tau kau sangat mencintaiku dan mengawatirkanku dan maaf atas perbuatan kekasihmu ini yang tidak mendengar ucapanmu."
Miwa membalas pelukan kekasihnya dan perlahan menghentikan tangisannya.
"Aku akan menghentikan tangisan ini bila kau makan."
"Baiklah aku akan makan tapi nanti karena saat ini aku belum lapar."
"Janji."
"Iya, aku janji. Bolehkah aku memelukmu seperti ini saat ini?"
"Boleh, selama yang kau mau kali ini aku mengizinkan."
"Aku mencintaimu, Miwa.''
"Aku juga mencintaimu," ucap Miwa membalas pelukan kekasihnya.
Mereka saling berpelukan mesra walau hati mereka saat ini sedih melihat keadaan Hanita tetapi mereka juga butuh ada orang yang saling menguatkan.
Sementara dikediaman Wijaya. Shima baru saja sampai dikediaman tersebut dan orang yang diantarnya lansung turun tak lupa Hanasi mengucakan terimakasih kepada sang pria.
"Terimakasih kak Shima telah mengantarku dan Sara."
"Sama-sama, masuklah dan bersihkan dirimu! Aku juga akan pulang."
"Baiklah, hati-hati kak!"
"Iya."
Setelah mengucapkan itu, Shima langsung melajukan mobilnya untuk pulang kerumahnya.
Sedangkan Hanasi yang melihat Shima sudah meninggalkan kediamannya segera masuk kerumahnya tetapi didalam perjalanan masuk rumahnya Sara mengodanya.
"Cie, yang semakin dekat dengan kak Shima."
"Apa sih kau, Sara."
"Hihihi, jangan-jangan nanti kalian jadian."
"Jangan mengodaku terus, lebih baik kita segera masuk rumah untuk membersihkan diri dan kembali kerumah sakit lagi!"
"Iya-iya, bawel."
Mereka masuk kekediaman Wijaya dan segera masuk kedalam kamar Hanasi untuk membersihkan diri mereka serta menyiakan baju untuk naji serta Miwa.
Sementara Randi, Randa, Nafi serta Ina baru saja sampai disekolahan dan untungnya satpam penjaga sekolah mereka masih ada disekolahan tersebut dan Nafi bisa mengambil mobilnya.
"Makasih atas tumpangannya aku ambil mobilku dulu!"
Setelah mengatakan itu, Nafi segera berlari masuk kesekolahan untuk menuju parkiran tempat mobilnya berada yang ditinggal segera meninggalkan sekolah tersebut dan tujuan mereka adalah rumah Ina.
Disisi lain orang yang membenci Hanita telah sampai rumahnya dan langsung memarkiran mobilnya setelah itu, menuju kamarnya untuk membersihkan diri.
Beberapa saat kemudian ia telah selesai membersihkan diri dan berganti pakaian dia segera kembali mengambil mobilnya diparkiran dan menuju rumah sakit kembali.
Randi dan Randa yang sudah sampai dirumah Ina memutuskan tidak mampir karena badan mereka takut keluarga khawatir akan keadaan mereka. Sementara yang diantar segera turun dari mobil dan tak lupa mengucapkan terimakasih.
"Terimakasih sudah mengantarku, mayat dan Randa."
Randi memilih mengabaikan ucapan Ina sementara Randa membalas terimakasih sang gadis dengan singkat.
"Hn, kami pulang dulu!"
"Ya, hati-hati."
"Hn."
Randi segera melajukan mobilnya setelah obrolan kakaknya dengan Ina sudah selesai.
Ina yang melihat si kembar sudah pergi dari kediamaanya segera memasuki rumahnya.
Kembali kepada Naji dan Miwa yang sudah meleaskan elukannya keada kekasihnya dan ia kembali menelon Taci untuk memberinya kabar serta memberitaunya juga bahwa tadi adiknya disini dan saat ini sudah menuju kediaman Nugraha.
Taci yang menunggu adiknya merasakan getaran diponselnya yang saat ini digenggamnya. Dia segera melihat siapa yang menelponnya setelah tau siapa yang menelponnya ia segera mengangkat telpon tersebut.
"Hn, hallo Miwa bagaimana keadaan Hanita?"
"Hanita koma karena luka yang dialaminya cukup serius."
"Astaga, kasian Hanita semoga dia cepat sadar dari komanya serta sembuh dari sakitnya."
"Amin, terimakasih doanya dan oh iya, kalau kau dan keluargamu khawatir ada si kembar tenang saja mereka tadi yang mengantar Hanita kerumah sakit dan saat ini mereka perjalanan pulang kerumahmu."
"Terimakasih atas infonya nanti aku akan sampaikan ada kedua orangtuaku bahwa Randi serta Randa dari rumah sakit dan sekarang perjalanan kerumahku."
"Ya, sama-sama. Oh ya, besok izinkan aku dengan Naji tidak masuk kuliah lagi karena kami menunggu Hanita dan kedua orangtuanya baru samai besok!"
"Baiklah."
Miwa segera mematikan telponnya setelah apa yang akan ia bicarakan sudah dia sampaikan semua.
Taci yang mendengar sambungan telponya terputus segera mencari kedua orangtuanya untuk memberitau mereka tak perlu khawatir dengan adik-adiknya karena mereka sedang perjalanan kembali kerumah setelah mengantar Hanita kerumah sakit.
Orang yang membenci Hanita sudah sampai dirumah sakit segera memakirkan mobilnya dan setelah itu, menuju ruangan tempat orang yang dibencinya dirawat.
Beberapa saat kemudian ia telah sampai diruangan tersebut dan kembali mengintai Hanita.
"Lekaslah mati, Hanita agar kau tidak merepotkan kami semua. Kehadiranmu didunia ini hanya membawa masalah dalam hubunganku dan Randi."
????
Gadis misterius ingin gadis yang dilukainya segera mati tapi entah kenapa dia tidak mati-mati.
"Hah, aku bosan menunggumu mati kenapa kau tidak mati sekarang saja agar aku tidak harus bersembuyi dari Randi seperti ini. Kau hidup hanya menjadi masalah bagi kami, seharus kami sudah menjadi sepasang kekasih tetapi karena kau kami malah belum dekat sama sekali. Dasar kau memang gadis murahan dan pembawa sial," kesalnya.
?????
Kembali pada Miwa dan Naji. Dimana sang gadis yang membuka suaranya lagi.
"Naji kau sudah lapar belum?"
"Belum, kenapa Miwa?"
"Tidak apa-apa takutnya kau lapar dan tidak mau makan."
"Aku sudah janji padamu nanti akan makan. Jadi, kau tenang saja."
"Baiklah, kalau kau lapar bilang jangan bohong padaku."
Naji tersenyum melihat tingkah kekasihnya karena perhatiannya kecil bisa menghiburnya sedikit disaat sekarang dia merasa sedih karena keadaan adiknya.
"Iya, nanti aku bicara saat lapar. Kau ini mengemaskan sekali rasanya aku ingin menciummu."
Miwa yang mendengar ucapan kekasihnya tampak sedikit geli dibuatnya.
"Mesum kau sangat mesum, cium saja tembok sana. Mengelikan sekali," ucap Miwa sambil melihat kesamping.
"Aku mesum hanya padamu, sayang kau tau itu kan."
"Gombal,'' ucap Miwa sambil merona.
"Ini tidak gombal, ini tulus dari lubuk hatiku terdalam yang kutujukan hanya untuk wanita tercantik dan itu dirimu."
Miwa semakin merona mendengar ucapan kekasihnya dan ia menyembunyikan rona tersebut dengan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Naji yang melihat itu, kembali tersenyum sungguh tingkah kekasihnya bisa mrnghiburnya disaat sedih melandanya. Dia beruntung memiliki Miwa dalam hidupnya dan berharap kelak sang gadis akan selalu bersamanya hingga akhir hayatnya.
Hanasi dan Sara telah sampai dirumah sakit diantar oleh sopir pribadi keluarga Wijaya. Mereka segera masuk kedalam ruangan Hanita dan memberi baju ganti untuk Naji serta Miwa setelah itu, pulang kembali karena besok mereka sekolah dan tidak bolehkan Naji untuk menginap dirumah sakit.
Tbc...
Terimakasih
11/02/21
By:Miwa