Chereads / Randi dan Hanita / Chapter 43 - 41

Chapter 43 - 41

Ina menatap sahabatnya dengan perasaan binggung antara bahagia atau sedih. Dimana bahagia karena Hanita sudah ditangani dokter dan sedih akankah dapat melewati masa kritis atau tidak. Ia hanya melihat dengan tatapan sulit dibaca.

Randa hanya melihat tatapan Ina segera menanyakan apa yang menganggu pikirannya.

"Hei, Ina kau kenapa?''

Yang ditanya segera menjawab pertanyaan dari orang yang disukainya.

"Randa, aku harus bahagia karena dokter telah menangani sahabatku atau sedih melihat dia berjuang melawan sakitnya. Tapi kurasa lebih kesedih dimana sahabatmu harus berjuang sendiri melawan sakitnya. Hei, Randa kau tau saat ini rasanya ingin menangis tapi entah kenapa air mataku tak ingin keluar."

Randa yang melihat ucapan sang gadis merasakan apa yang dirasakan Ina saat ini antara sedih atau bahagia dan ya, lebih kesedih saat ini.

"Hei, Ina kau tau Hanita gadis yang kuat dan dia pasti bisa melawan sakitnya sendiri. Kita disini harus memberinya semangat agar dia bisa melawan sakitnya."

"Yang kau ucapkan saat ini benar kita harus memberinya semangat. Hei, Randa kau tau ingin rasanya menangis tetapi air mata tak ingin keluar. Bolehkah aku memelukmu?"

Randa mengangguk atas permintaan Ina karena sebenarnya ia juga butuh pelukan saat ini, melihat keadaan orang yang akan dilupakannya.

Ina yang melihat orang yang disukainya mengangguk segera memeluk sang pria dan entah kenapa air matanya langsung mengalir begitu deras. Randa juga menangis didalam hatinya karena melihat keadaan Hanita saat ini.

Sementara Randi mengenggam tangan Hanita dan berharap orang yang disukainya segera melewati masa kritisnya dan dia bisa melihat senyuman cantik dari wajah Hanita.

"Semangat, Hanita dan aku mencintaimu. Jadi, bangunlah agar aku bisa mendapatkan dan berjuang agar hatimu terisi nama Randi!"

Hanasi serta Sara kaget atas pengakuan cinta Randi. Sementara Ina, Randa, Shima serta Nafi sudah tidak terkejut karena tatapan serta perhatiaan Randi kepada Hanita menunjukan kalau dia ada rasa dengan sang gadis.

"Kakak mencintai kak, Hanita dan sejak kapan?" tanya Hanasi.

Randi yang sadar akan pengakuaan cintanya segera menjawab ucapan sang gadis.

"Sejak pertama kami bertemu dan pas dia sedang piket juga. Saat itu, aku langsung kagum dengan tutur katanya yang lembut serta sikapnya yang terlihat keibuaan dan setelah kenal dia lebih dalam ternyata sifat luar biasanya semakin membuatku kagum."

"Kakak yakin itu, cinta bukan rasa kagum.

Randi melepaskan genggaman tangan pada orang yang disukainya dan memberi senyuman tulus kepada Hanasi.

"Dulu memang kupikir perasaan kangum tapi setelah ada yang meyakinkanku dan menyuruhku untuk meyakinkan cinta ini dan ya ternyata ini cinta bukan rasa kagum."

"Siapa oran itu, kak Randi?"

"Kakakku sendiri yaitu kak Randa dan saat kutemukan dia dengan Hanita ia juga mencintai Hanita pada pandangan pertama tetapi dia memilih menghilangkan cintanya demi adiknya yang egois ini."

"Beruntung sekali kakakku dincintai kalian yang selalu menjaganya."

Randi hanya membalas perkataan Hanasi dengan senyuman dan sang gadis memblas senyuman sang pria dengan senyuman tulus.

Ina melepas pelukannya pada sang pria setelah mendengar karena kaget ternyata orang ang disukainya adalah sahabatnya sendiri.

"Kau menyukai, Hanita?"

"Ya, aku menyukainya dan akan belajar melupakannya."

"Memang Hanita me,miliki sifat yang bisa disukai lelaki tetapi dia tidak menyadarinya. Hei, Randa memang aku egois tetapi bolehkah kau bukakan hatimu untukku?"

"Akan kucoba."

"Terimakasih," ucap Ina kembali memeluk Randa.

Shima yang melihat Hanasi pasti sedih melihat keadaan kakaknya menepuk pundaknya untuk memberi semangat sang gadis yang ditepuk pundakna segera melihat siapa yang melakukan itu dan setelah tau memberikan senyuman pada sang pria.

Sara yang melihat pasangan saling romantis-romatisan memandang sedih karna dia yang jomblo disini dan ia sendiri lagi. Sementara ada salah satu pria yang tidak memadu kasih tetapi ia tau bahwa sang pria sudah memiliki kekasih, nasib orang jomblo.

Dsisi lain, Naji yang sudah menyelesaikan adminitrasi duduk ditempat tunggu ruangan adiknya sambil menunduk.

Miwa yang melihat kekasihnya duduk diruang tunggu dan tidak masuk kedalam ruangan Hanita memilih duduk menemani Naji dan dia tau saat ini pacarnya tengah terpukul.

"Aku tau kau begitu sedih melihat keadaan adikmu begitupula aku yang sedih melihat keadaannya tapi kau harus yakin bahwa Hanita gadis yang kuat!"

"Kau tau saat ini aku merasa jadi kakak yang bodoh tidak bisa bisa menjaga adikku dan saat ini dia terluka. Naji memang bodoh."

Miwa yang mendengar kekasihnya menyalahkan dirinya segera segera menarik Naji dalam pelukannya.

"Hiks, jangan salahkan dirimu karena ini musibah dan kita tidak bisa mengetahui apa yang direncanakan Tuhan."

Naji membalas pelukan kekasihnya dan menangis dalam pelukan tersebut.

"Hiks, ya menangislah agar bebanmu berkurang, Naji."

"Hiks, aku harus bagaimana memberitau kaa-san serta tou-san tentang keadaan Hanita saat ini. Mereka pasti syok."

"Hiks, kalau kau tidak dapat memberi tau mereka biar aku saja nanti akan kuberitau mereka secara hati-hati."

"Terimakasih kau adalah kekasih terbaikku."

"Sama-sama kan memang tugas seorang kekasih membantu pacarnya dalam suka ataupun duka."

"Ya."

''Sekarang telpon ayahmu nanti akan kuberitau mereka!"

Naji melepaskan pelukannya pada Miwa dan segera menghubungi ayahnya.

Drttt.... drttt.... drttt.....

Putra yang merasakan getaran diponselnya saat dia sedang mengegerjakan pekerjaan kantornya hingga larut malam melihat siapa yang menelponya. Setelah tau dia segera mengangkat telpon tersebut.

"Hn, ada apa Naji?'

Naji yang mendengar suara ayahnya segera memberikan ponselnya kepada Miwa karena binggung serta tidak kuat memberitau keadaan Hanita.

"Hallo, oji-san."

Putra yang kenal dengan suara ini yaitu kekasih dari Naji segera bertanya kemana anaknya kenapa Miwa yang berbicara padanya.

"Loh, Miwa dimana Naji?"

"Naji disampingku, oji-san dan aku hanya ingin memberitau sesuatu kepada oji-san."

"Apa itu?"

"Emz, aku bingging harus memberitau kabar ini bagaimana tapi oji-san jangan kaget atau drob. Hanita kecelakaan oji-san dan dia saat ini berada dirumah sakit."

"Apa, bagaimana bisa?"

Putra menghentikan pekerjaan kantornya karena mendengar ucapan Miwa.

"Kami juga tidak tau bagaima kejadianya tapi Ina tadi bilang kalau dia sudah menemukan Hanita dalam keadaan terluka."

"Hanita kenapa ini terjadi padamu, Nak. Kalian dirumah sakit mana oji-san akan menyusul dan memesan tiket saat ini."

"Kami dirumah sakit lavender dan jangan sekaran oji-san menyusul karena pasti disa sudah malam. Besok pagi saja oji-san serta oba-san kemari."

"Tapi."

Sebelum menyelesaikan ucapannya Miwa terlebih dahulu memotong ucapan Putra.

"Oji-san harus memikirkan keadaan oji-san juga dan doakan Hanita semoga kuat menahan sakitnya."

"Baiklah, Miwa aku akan mendoakan Hanita."

"Iya, oji-san baiklah kututup telponnya dan lebih baik oji-san istirahat agar bisa bangun pagi untuk kemari!'

"Baik."

"Selamat tidur, oji-san."

"Iya, Miwa."

Putra mematikan sambungan telponnya dan langsung memberitau istrinya ang tertidur disampingnya. Ia membangunkan Risma dan saat sudah terbangun segera memberitau apa yang terjadi pada anaknya dan otomatis sang istri menangis mendengar kabar tentang Hanita. Putra langsung menarik Risma dalam pelukannya untuk menengangkan istrinya.

Sementara yang dirumah sakit tak hentinya berdoa untuk keselamataan Hanita. Tetapi tidak dengan pelaku utama atas kecelakaan yang didapat Hanita dia terlihat begitu senang mendengar kabar bahwa orang yang dibencinya sekarat dan kenapa dia bisa ada disitu padahal ia disekolahan serta bisa tau keadaan Hanita karena saat pulang sekolah dia langsung menuju rumah sakit dan menanyakan keadaan orang yang dibencinya pada suster.

End....

Tapi boong tbc....

Terimakasih

08/02/21

By:Miwa