Chereads / Randi dan Hanita / Chapter 42 - 40

Chapter 42 - 40

Dirumah sakit.

Terlihat Randa, Randi serta Ina yang khawatir dengan keadaan Hanita sambil menunggu dokter keluar dari UGD yang tadi berelukan sudah melepaskan pelukannya. Tadi sempat sang gadis merona karena tindakan yang dilakukan sang pria saat pelukan mereka terlepas tetapi ia enyahkan karena yang terpenting sekarang keadaan sahabatnya bukan kisah cintanya.

Mereka menunggu dengan raut wajah khawatir dan entah kenapa dokter lumayan lama mengurus Hanita dan itu membuat mereka takut kalau luka yang didapatkan Hanita cukup serius. Saat mereka sedang menunggu Naji serta kekasihnya telah sampai diruang UGD dan langsung bertanya pada Ina apa yang terjadi dengan adiknya.

"Ina, kenapa Hanita bisa kecelakaan?"

Ina yang sudah tidak menangis karena sudah ditenangkan oleh Randa kembali menangis mendengaran perkataan Naji.

"Hiks, aku juga tidak tau kak. Saat aku tiba dikelas Hanita sudah berlumuran darah dibagian kepalanya dan darah tidak sedikit itu lumayan banyak kak. Hiks, maaf tidak bisa menjaga Hanita dengan baik, aku memang sahabat yang bodoh kalau mau disalahkan atas kejadian ini salahkan aku saja."

Naji binggung harus menyalahkan Ina atau tidak karena disini dia tidak salah dan bukan tugas dia juga menjaga adiknya dari mara bahaya harusnya tugas itu untuknya bukan tugas sang gadis.

"Kau tidak salah, Ina. Aku seharus berterimakasih padamu telah menjaga Hanita dengan begitu baik sedangkan aku sebagai kakaknya tidak pecus menjaga adiknya."

"Hiks, kakak tidak perlu berterimakasih padaku karena sudah tugas sahabat untuk menjaga serta melindungi sahabatnya dari mara bahaya. Kakak juga adalah kakak terbaik untuk Hanita karena penjagaan yang luar biasa dan jangan salahkan diri kakak karena kejadian ini,hiks."

"Tetap saja aku teledor dalam penjagaanku, Ina dan itu berakibat fatal bagi Hanita," ucap Naji sambil mengepalkan tangannya.

Miwa yang melihat kekasihnya mengepalkan tangannya memilih mengenggam tangan tersebut untuk menenangkan Naji dan agar dia tidak menyalahkan dirinya. Sementara yang digenggam membalas genggam tangan kekasihnya karena saat ini ia butuh orang untuk menyemangatinya.

"Kakak adalah kakak terbaik buat, Hanita dan pasti dia juga setuju akan ucapanku, hiks jangan salahkan dirimu kak."

"Iya, kau juga jangan salahkan dirimu karena kau juga sahabat terbaiknya."

"Hiks, iya kak."

Naji membalas perkataan sang gadis dengan senyuman tetapi senyuman itu tergantikan dengan kebinggungan kembali melihat Randa serta Randi ada dirumah sakit.

"Kenapa dua cungguk Nugraha ada disini?"

Yang dikatai cungguk terlihat tidak terima dimana mereka yang fokus berdoa malah dikatai cungguk oleh Naji.

"Kami pas Hanita terluka juga berada dilokasi kejadian beberapa saat nenek lampir maksudnya Ina ada dilokasi kejadian," jelas Randi.

"Kalian yang mengantar adikku kerumah sakit?"

"Bisa dibilang begitu. Kak Randa yang mengemudi dan aku meletakan Hanita dipahaku."

Mendengar ucapan Randi sika overprotektif Naji bergejolak.

"Berani sekali kau menyentuh adikku cunguk Nugraha."

"Aku hanya membopongnya untuk menuju rumah sakit serta menidurkannya dipahaku dan itu bukan modus."

"Sama saja sialan."

Miwa segera membuka suaranya untuk menenangkan kekasihnya.

"Sudahlah, Naji kau jangan memarahi setan pedas ini karena tindakannya benar kalau bukan dia yang membopong Hanita siapa lagi. Kau berharap Ina kau tau kan kekuatan wanita tidak sebanding dengan laki-laki."

Naji membenarkan ucapan kekasihnya karena memang tenaga wanita tak sebanding dengan tenaga seorang lelaki.

"Kau benar, Miwa dan kau cunguk Nugraha kali ini kau selamat tapi kalau kau macam-macam atau menyentuh adikku lagi akan kupenggal kepalamu dengan katana leluhur Wijaya."

"Iya, aku tau itu."

Mereka kembali fokus dengan keadan Hanita dan saat mereka kembali fokus dengan keadaan orang yang mereka Khawatirkan, Hanasi datang bersama sahabatnya dan dibelakang para gadis ada Shima serta Nafi.

"Bagaimana keadaan kak Hanita, kak Naji?"

Naji yang kaget tiba-tiba adiknya satunya muncul segera menjawab pertanyaan Hanasi.

"Aku juga belum tau karena dokter yang menanganinya belum keluar dari UGD dan semoga saja Hanita baik-baik saja tanpa luka serius."

"Hiks, semoga saja."

Sara yang melihat sahabatnya menangis segera memeluknya untuk menenangkannya yang dipeluk membalas pelukannya karena saat ini dia butuh sebuah pelukan untuk menguatkannya.

Beberapa saat dokter keluar dari UGD dan Naji selaku kakak Hanita segera menanyakan keadaan adiknya.

"Bagaimana keadaan adik saya, dok?"

"Anda keluarga dari pasien?"

"Ya, saya kakaknya."

"Begini, tuan benturan dikepala adik anda cukup kencang dan berakibat akan kesadarannya yang tidak bisa kami perkirakan dimana nantinya adik anda koma atau tidaknya itu tergantung adik anda melawan sakit yang ia rasakan."

Naji kaget mendengar ucapan dokter yang menangani adiknya hingga dia menjatuhkan tubuhnya dilantai. Miwa yang melihat kekasihnya ada dilantai akibat kaget mencoba menenangkannya dengan merangkul bahu Naji.

"Tuan dan yang lain berdoa saja semoga pasien bisa melewati masa kritisnya dan tidak mengalami koma. Saya ermisi dulu karena ada banyak pasien yang harus saya urus dan untuk kamar perawat kami akan mengantarkan pasien sesuai permintaan tuan nantinya."

Setelah mengatakan itu, dokter meninggalkan UGD untuk memeriksa asien lainnya.

Sementara yang ditinggal bersedih mendengar ucapan sang dokter atas keadaan Hanita saat ini.

"Hiks, Sara kakakku akan baik-baik saja kan?"

"Hiks, asti kakakmu kan wanita kuat."

Sara berusaha menenangkan Hanasi walau dia tidak tau kakak dari adiknya bisa melawan masa kritisnya atau tidak.

Saat mereka terpuruk akan keadaan Hanita, tiba-tiba beberapa oerawat membawa orang yang mereka khawatirkan keluar dari UGD.

Naji segera bangun dari jatuhnya dan mendatangi Hanita.

"Hanita, kau wanita kuat dan kakak tau itu. Lawan sakitmu karena kami disini begitu menyayangimu dan untuk kalian berikan kamar adikku VIP berapa pun bayarannya nanti akan kulunasi."

"Baik, tuan," jawab salah satu perawat.

Para perawat segera mendorong brangkar pasien menuju kamar yang dinginkan keluarganya diikuti orang-orang yang menunggu Hanita tadi.

Berapa saat kemudian mereka telah sampai dikamar pasien dan para perawat segera memasang keperluaan pasien seperti selang oksigen dan lainnya. Setelah mereka selesai mereka segera meinggalkan pasien dan keluarga mereka.

Naji serta Hanasi selaku keluarga segera menekati Hanita.

''Kakak aku tau kakak adalah wanita yang kuat dan aku mohon lawan sakit kakak karena kami sangat menyayangimu," ucap Hanasi sedih.

"Iya, Hanita kau adalah wanita kuat. Jadi, kakak mohon lawan sakitmu," ucap Naji sambil mengenggam tangan adiknya.

Orang-orang yang ada disitu sependapat dengan Naji juga Hanasi karena pasti Hanita wanita kuat yang bisa melawan masa kritisnya.

"Hanita, kakak urus adminitrasimu dulu kau ditemani Hanasi serta yang lainnya dulu, ya! Hanasi jaga kakakmu!"

"Baiklah, kak."

Naji meinggalkan kamar Hanita untuk mengurus admitrasinya dan Miwa memilih mengikuti kekasihnya takutnya dia tidak kuat dengan kejadian ini seperti tadi.

Randi melihat keadaan Hnita dengan tatapan sedih begitupula yang lainnya.

Tbc...

Terimakasih

07/02/21

By:Miwa