Beberapa saat kemudian, mereka telah sampai dirumah sakit dan mereka langsung masuk kerumah sakit agar Hanita segera ditangani. Terlihat Randi yang begitu khawatir pada gadis yang disukainya. Ia segera berteriak memanggil dokter rumah sakit tersebut agar menangani Hanita.
"Dokter tangani kekasihku, dia terluka. Cepatlah tangani dia jangan diam saja seperti sampah. Kalian tidak lihat dia sekarat dan kalian hanya diam saja," ucap Randi sambil marah.
Randa yang tau saudara kembarnya begitu khawatir pada Hanita begitupula dia yang juga khawatir ada sang gadis tetapi emosi tidak terlalu penting saat ini yang terpenting sekarang keselamatan Hanita. Sementara Ina hanya bisa menangis tiada henti melihat keadaan sahabatnya.
"Randi, sudah jangan emosi sekarang yang penting adalah keselamatan, Hanita! Jadi, jangan marah-marah pada perawat serta dokter disini," ucap Randa menenangkan Randi.
"Hah, baiklah kak. Hei, kalian para perawat dimana UGD?"
Beberapa perawat membawakan brangkar untuk pasien tetapi yang membopong pasien menolaknya dan lebih memilih membopong sang gadis keunit gawat darurat. Tak ada pilihan lain perawat mengantarkan pasien serta wali pasien keUGD.
Setelah samai UGD dokter yang ada diruangan tersebut segera menyuruh Randi menaruhnya dibrangkar dan setelah itu, menyuruhnya keluar agar dia bisa menangani pasien.
Diluar UGD tamak Randi, Randa serta Ina yang begitu khawatir ada Hanita. Sahabat sang gadis terus-terusan menangis sambil menyalahkan dirinya yang tidak pecus menjaga Hanita hingga harus mengalami hal seerti ini. Seharusnya ia tidak membiarkan sahabatnya membawa sepeda dan mencoba berangkat lebih pagi lagi.
"Hiks.... hiks..... harusnya aku tidak membiarkan, Hanita mengayuh seedanya menuju sekolahan dan seharusnya berangkat lebih agi lagi agar dia bisa berangkat bersamaku dan kejadian ini asti tidak akan terjadi adanya. Aku sahabat macam aa yang tidak bisa menjaga sahabatnya sendiri," uca Ina menyalahkan dirinya.
Randi tampak tidak peduli dengan ucapan Ina yang ia ikirkan saat ini keselamatan Hanita bukan ocehan tidak penting sahabatnya. Berbeda dengan saudara kembarnya, Randa terlihat tidak tega dengan sang gadis yang menyalahkan dirinya padahal ini musibah bukan kesalahannya dan ia sedikit kagum dengan Ina yang begitu peduli pada Hanita hingga menjaganya layaknya keluarga.
"Sudahlah, Ina jangan kau salahkan dirimu sendiri ini musibah dari tuhan dan kita sebagai umatnya tidak tau apa rencana-NYA! Kau sudah menjadi sahabat terbaiknya dan Hanita pasti bangga memiliki sahabat sepertimu. Jadi, jangan salahkan dirimu lagi!" ucap Randa anjang-lebar.
Itu adalah kalimat terpanjang saat ia berbicara dengan Ina selama mereka kenal karena dia biasanya menjawab atau berbicara dengan sang gadis dengan kalimat singkat, padat dan jelas.
"Hiks.... hiks.... tapi aku harusnya bisa lebih menjaganya lagi. Dia terluka karena aku tidak pecus sebagai sahabatnya."
Randa menarik sang gadis dalam pelukannya untuk menenangkannya dan yang dipeluk kaget akan tindakan sang pria.
"Tenanglah, Ina ini bukan salahmu dan kita doakan saja, Hanita baik-baik saja karena dia wanita yang kuat," ucap Randa sambil memeluk Ina erat.
Ina yang mendengar suara Randa segera membalas pelukan sang pria sambil menangis dalam pelukannya.
"Hiks, aku takut Hanita kenapa-napa.''
"Dia wanita kuat kau tau itu."
"Iya, sahabatku itu kuat, hiks."
"Hn."
Randi terus berdoa untuk keselamatan Hanita dan kekhawatiran senantiasa menghiasi wajahnya. Tetapi saat ia sedang berdoa dering telpon menganggu acara berdoanya, dia segera melihat siaa penelpon tersebut. Setelah tau ia segera mengangkat telpon tersebut.
"Ada apa, Shima?"
Sementara sang penelon segera menjawab ucapan orang ang ditelponnya setelah mendengar suaranya.
"Kau dan saudara kembarmu dimana, bodoh. Ini sebentar lagi waktu masuk dan kalian malah pergi entah kemana?"
"Aku dirumah sakit karena Hanita kecelakaan."
Shima kaget dengan ucapan Randi karena Hanita kecelakaan.
"Aa, kami akan menyusulmu kau dirumah sakit mana?"
"Rumah sakit lavender."
"Baiklah kami akan kesana."
"Hn."
Randi segera mematikan sambungan telpon dari Shima dan kembali berdoa.
"Nafi, ayo kita kerumah sakit karena Hanita kecelakaan!"
Nafi yang sedang mengobrol dengan Sakira dibuat kaget akan ucaan Shima. Terlebih orang yang diajaknya bicara baru saja pindah dikelas mereka setelah mengajukan banyak cara agar bisa sekelas dengan dia sebagai temannya.
"Bagaimana bisa, Hani-chan kecelakaan?"
"Aku juga tidak tau nanti kita tanya si kembar."
"Baiklah."
"Kau, Sakira katakan ada guru bahwa aku, Nafi serta si kembar tidak bisa ikut pelajaran karena mengurus teman yang kecelakaan!"
"Baiklah."
Shima serta Nafi segera meninggalkan kelas untuk menuju rumah sakit tetapi dalam perjalanan Shima menelpon Hanasi untuk memberitaukan keadaan Hanita.
Disaat Nafi serta Shima pergi ada yang menyeringai karena orang yang dilukainya pasti dalam keadaan parah karena ulahnya dan dia berharap orang tersebut mati agar ia bisa bersama Randi.
Kenapa Shima bisa memiliki nomor Hanasi karena sang gadis yang memberinya sebelum dia pulang kerumahnya dengan alasan tugas yang tidak bisa dimengerti Hanasi, ia bisa mengajarinya.
Drtttt..... drttt... drttt.....
Hanasi yang merasakan getaran diponselnya pertanda ada telpon segera mengangkatnya saat dia akan memasuki kelas bersama sahabatnya Sara.
"Hallo, ada apa kak Shima?"
"KeRumah sakit Lavender sekarang karena kakakmu kecelakaan!"
"Apa, bagaimana bisa?" kaget Hanasi.
"Aku juga tidak tau yang penting sekarang kau kesana dan jangan lupa kabari kakakmu juga!"
"Hiks, baiklah."
Shima segera mematikan sambungan telponnya dan segera menuju kerumah sakit yang dimaksud Randi diikuti Nafi dibelakangnya. Ia mengunakan mobil miliknya untuk menuju rumah sakit.
Sementara Hanasi menangis sambil menelpon kakaknya.
Sara yang melihat sahabatnya menangis ingin bertanya padanya tetapi terlihat Hanasi menelpon seseorang ia memilih menunda pertanyaan tersebut.
Drtttt... drtttt..... drttt.....
Naji yang baru saja keluar dari mobil merasakan getaran diponselnya segera melihat siapa yang menelonnya setelah tau segera mengangkat telpon tersebut.
"Ya, ada apa Hana?"
"Hiks, kak.''
Naji yang mendengar adiknya menangis khawatir dibuatnya.
"Hei, Hana kenapa kau menangis ada apa denganmu?"
Miwa yang ada disamping kekasihnya kaget sekaligus khawatir mendengar Hanasi menangis.
''Hiks, kak Hanita kecelakaan kak.''
''Apa, bagaimana bisa Hanita kecelakaan?"
Miwa kembali dibuat kaget mendengar ucapan kekasihnya.
"Hiks, aku juga tidak tau tapi saat ini dia berada dirumah sakit lavender dan aku akan kesana."
"Baiklah aku juga akan kesana dengan Miwa."
Naji mematikan sambungan ponselnya pada adiknya dan masuk kembali kedalam mobilnya dengan kekasihnya yang juga mengikutinya.
Saat didalam mobil Miwa menelpon Taci untuk mengizinkan mereka tidak ikut kelas.
Taci yang merasa getaran diponselnya saat masih dierjalanan segera mengangkat telpon tersebut mengunakan airpods.
"Hn, ada apa Miwa?"
"Izinkan aku dan Naji tidak masuk kelas karena Hanita kecelakaan."
"Apa, bagaimana bisa?"
"Sudah izinkan saja kami nanti kuberi tau kabar berikutnya!"
"Baiklah."
Miwa segera mematikan sambungan telponnya dan kekasihnya segera melajukan mobilnya setelah sang gadis mengakhiri pembicaraanya dengan Taci.
Sementara Hanasi masih menangis karena mendengar kabar kakaknya dan tanpa sepengetahuan sang gadis, Sara sudah memesan taksi online saat sahabatnya berbicara dengan kakaknya dan mereka menunggu taksi tersebut. Beberapa saat kemudian taksi yang ditunggu datang dan Sara menarik tangan sahabatnya untuk memasuki taksi tersebut dan supir taksi langsung melajukan mobilnya menuju rumah sakit lavender sesuai pesanan pelanggannya.
Tbc.....
Terimakasih
06/02/21
By:Miwa