Keesokan harinya, seperti biasanya saatnya Hanita serta yang lain sekolah seperti biasanya. Ia melajukan sepedanya menuju sekolahnya dan beberapa saat kemudian dia telah sampai disekolahannya dan langsung memarkirkan sepedanya setelah itu, menuju kelasnya. Saat akan menuju kelasnya tanpa segaja ia bertemu dengan Sakira. Hanita segera menyapa orang yang kemarin ikut kerumahnya sembari mengakrabkan diri dengan teman barunya.
"Sakira," teriak Hanita.
Sakira yang dipanggil oleh seseorang segera melihat siapa yang memanggilnya dan setelah tau, ia menghentikan jalannya menuju kelasnya.
Hanita yang melihat orang yang dipanggilnya sudah menghentikan langkahnya, dia berlari menuju tempat Sakira berada. Setelah sampai ditempat teman barunya, Hanita segera menyapanya.
"Ohayou, Sakira-chan."
"Emz, ohayou mo, Siapa ya."
"Hihihi, maaf belum berkenalan denganmu kemarin pas kau datang kerumahku. Namaku Hanita Wijaya, salam kenal."
"Salam kenal, Hanita. Aku Sakira Haruni."
"Iya, Sakira. Oh, iya kau mengambil jurusan apa?"
"Sama seperti Nafi yaitu bisnis."
Hanita terlihat kagum orang semuda Sakira sudah mengambil jurusan bisnis dan apalagi dia seorang wanita membuatnya semakin kagum.
"Wah, keren kau semuda ini mengambil jurusan bisnis."
"Aku suka apa saja yang berbau bisnis dari kecil. sampai-sampai dulu buku bisnis ayah kubaca semalaman."
"Wah, keren."
''Oh, iya kau mengambil jurusan apa, Hani-chan?"
"Aku mengambil jurusan memasak."
"Wah, pantas saja Randa serta Randi tidak pernah membeli makanan dikantin lagi. Pasti mereka menyukai bekal yang kau bawakan ya."
Hanita terlihat binggung kenapa Sakira bisa tau kalau ika serta Randa juga Randi sering makan dengannya saat jam istirahat.
"Emz, kenapa kau bisa tau kalau aku sering membawa bekal dan makan bersama dijam istirahat dengan Randi juga Randa."
"Emz, itu... itu aku tau dari Nafi. Ya, dari Nafi."
"Oh, dari Nafi. Mereka memang dekat sih, tak heran bila Randi-kun atau Randa cerita kepada dia."
"I...ya, mereka sangat dekat walau sering bertengkar tapi mereka sangat dekat."
"Iya, Sakira. Oh, iya mari kita kekelas masing-masing dan aku lupa kalau ada piket! Makanya, tidak bareng dengan Ina."
"Baiklah, ayo kekelas masing-masing!"
''Iya."
Akhirnya mereka kekelas masing-masing dimana Hanita yang biasanya berangkat bersama Ina sekarang mengayuh sepedanya karena tugas piket menantinya.
"Sial, kenapa aku tidak tau kalau si murahan itu tidak berangkat bersama nenek lampir itu, kan aku bisa menyakitinya."
???????
Orang yang membenci Hanita namak kesal tetapi kekesalan itu, tergantikan oleh ide jahat lainnya.
"Tidak apa-apa kau aman saat kesekolah tapi saat disekolah kesengsaraanmu senantiasa mendekatimu," seringainya.
?????
Orang itu, segera menuju kelas Hanita dimana pastinya sang gadis telah sampai dikelas dan melangsungkan tugas piketnya. Ia berlari menuju kelas Hanita setelah sampai dikelas sang gadis dia segera mendekati sang gadis yang tidak menyadari didekati orang yang akan mencelakainya karena mendengarkan musik diponselnya sambil membersihkan kelasnya.
Orang misterius tersebut tepat dibelakang Hanita sambil menyeringai jahat. Kemudiaan dia mendorong sang gadis hingga membentur tembok dan darah segar segera keluar dari dahi Hanita. Setelah berhasil mencelakai orang yang dibencinya ia segera berlari menuju kelasnya agar tidak ketauan orang yang dia celakai.
Sementara Hanita begitu kesakitan karena darah segar yang terus keluar dari dahinya tanpa henti.
"Hiks, sakit sekali. Seseorang tolong aku, siapa pun itu karena ini sakit sekali," ucap Hanita sambil memegang dahinya agar mengurangi pendarahan.
Ina yang masih diparkiran karena baru saja sampai disekolahan entah mengapa merasakan firasat tidak enak apa sahabatnya. Ia segera berlari menuju kelasnya tanpa memperdulikan dirinya yang lelah saat berlari.
Randa dan Randi yang juga baru saja sampai disekolah bareng dengan Ina merasa aneh karena sang gadis yang tiba-tiba lari saat sampai disekolah. Akhirnya mereka memutuskan mengejar sang gadis yang mereka pastikan menuju kelasnya.
Saat Ina sudah sampai dikelasnya betapa kagetnya dia melihat sahabatnya memegang keningnya yang penuh dengan darah dan terlihat darah menetes dari dahi Hanita. Ia segera menuju temat sahabatnya berada.
"Ya Tuhan, Hanita kau kenapa dan kenapa bisa kau berdarah seperti ini?"
Hanita yang mendengar suara sahabatnnya segera membalas ucapan Ina.
"Hiks, aku tidak tau Ina. Tadi pas aku membersihkan kelas tiba-tiba ada yang mendorong begitu kencang hingga kepalaku terbentur tembok dan darah segar keluar dari dahiku. Ini sakit sekali," ucap Hanita kesakitan.
"Hiks, maafkan aku Hanita tidak bisa menjagamu lagi sebagai sahabatmu," tangis Ina.
"Kau sahabat terbaikku Ina. Jadi, jangan merasa bersalah yang bukan diakibatkan olehmu," ucap Hanita menahan sakitnya.
"Tai aku sahabatmu. Seharusnya aku menjagamu tetapi ini tidak malah sering kali kau terluka, hiks."
"Ina sudah jangan merasa bersalah kau sahabat terbaikku," ucap Hanita setelah itu pngsan.
"Tapi, Hanita."
Saat akan melanjutkan ucapannya Ina dibuat kaget kembali karena sahabatnya telah pingsan.
"Hanita, bangun kau kenapa? Aku akan membawamu kerumah sakit."
Ina mencoba membangunkan mengangkat sahabatnya tetapi badannya tidak kuat mengangangkat Hanita.
"Hiks, aku harus berusaha. Jangan menyerah karena saat ini, Hanita harus kerumah sakit agar dokter menanganinya," ucap Ina terus berusaha.
Randa dan Randi yang baru saja sampai dikelas memasak dibuat kaget dengan keadaan Hanita. Mereka segera nenuju tempat para gadis berada.
"Astaga, kau apakan Hanita. Nenek lampir hingga dia berdarah dan pingsan begini?" bentak Randi.
"Hiks, bukan aku saat aku sampai kelas dia sudah seperti ini."
"Kau."
Saat akan melanjutkan ucapannya, Randa terlebih dahulu memotong ucapan adiknya.
"Sudahlah, Randi bukan saatnya kita berdebat. Lebih baik kita membawa Hanita kerumah sakit agar segera ditangani dokter."
Randi membenarkan ucapan kakaknya. Ia mengangkat tubuh Hanita dalam dekapannya dengan raut wajah khawatir.
Sementara Randa serta Ina mengikuti dari belakang dan sang gadis yang senantiasa menangis tanpa bisa menghentikan tangisan tersebut.
Orang yang mendorong Hanita memandang kepergiaan orang yang dicelakainya dengan perasaan benci. Saat dia didalam kelas, dirinya memutuskan kembali lagi kelas Hanita untuk memastikan orang yang dibencinya sekarat atau belum tetapi ia malah melihat orang yang disukainya membopong orang yang dibencinya dan membuatnya begitu kesal dibuatnya.
"Sialan, kenapa gadis murahan itu, selalu saja bisa mengoda Randi. Padahal dia akan sekarat, bisa-bisanya jurus mengodanya masih berfungsi. Semoga saja dia mati secepatnya karena doronganku tadi," seringainya.
????
Randi, Randa serta Ina yang sudah sampai dimobil Randi segera memasukan Hanita kedalam mobil dengan sang pemilik mobil yang menidurkan sang gadis pada pahanya.
Sementara Randa langsung menuju kursi kemudi dan Ina yang duduk didekat Randa.
"Randi, mana kuncinya?"
Randi segera mengambil kunci disaku seragam baju sekolahnya dan memberikan pada kakaknya. Randa yang diberi kunci oleh adiknya segera mengambilnya dan menyalakan mobil menuju rumah sakit terdekat.
Tbc...
Terimakasih
05/02/21
By:Miwa