Keesokan harinya seperti biasa Hanita sudah bangun dari tidurnya dan membantu maid dirumahnya untuk menyiapkan sarapan untuk mereka. Memang Hanita adalah gadis rajin yang selalu bangun pagi. Setelah ia bangun langsung membersihkan diri dan langsung membantu menyiapkan sarapan untuk sarapan mereka tak lupa peralatan sekolah telah disiapkannya sejak tadi malam agar saat pagi menjelang ia tidak terlalu tergesa-gesa saat akan sekolah. Dari kecil Hanita sudah terbiasa membantu ibu serta maid dirumahnya memasak jadi tak heran bila dia jago memasak
Miwa yang juga baru bangun dari tidurnya dan sudah membersihkan diri dan berganti pakaian yang dipinjamkan Hanita untuknya karena memang ia tidak ada rencana menginap dikediaaman Wijaya otomatis dia tidak membawa baju ganti yang akan digunakan untuk kuliah nantinya dan alangkah baiknya Hanita mau meminjamkan baju untuknya. Setelah selesai dengan urusannya ia turun kebawah tepatnya menuju meja makan dan melihat Hannita serta maid dikediaman Wijaya tengah menyiapkan sarapan, dia memutuskan untuk membantu mereka karena ia juga bisa memasak walau tidak sejago Hanita.
"Ohayou, Hinata-chan."
Hanita yang sedang asik menyiapkan sarapan dikagetkan dengan sapaan selamat pagi untuknya segera membalas ucapan orang tersebut dan dari suaranya itu kekasih kakaknya karena tidak mungkin adiknya bangun sepagi ini.
"Ohayou mo, kak Miwa."
"Wah, kalian sedang memasak bolehkah aku membantu? Oh, ya ohayou untuk para maid dikediaman Wijaya."
Maid yang disapa kekasih tuan mereka hanya membalas dengan senyuman diwajah mereka setelah itu, kembali dengan kegiataan memasak mereka.
"Boleh kalau kak Miwa mau membantu memasak kami senang hati menerima," ucap Hanita sambil memotong bawang.
Miwa yang dibolehkan membantu merasa senang dan langsung membantu Hanita memotong bawang.
Sementara keluarga Nugaraha terlihat Sifa yang masih menyiapkan sarapan untuk keluarganya dan tampak sang suami membaca koran paginya sambil menyesa kopi yang tadi ia buatkan dan anaknya Randi yang bermain ponselnya. Sementara kedua anaknya yang lain pasti masih bersiap karena alarm yang dia siapkan setiap paginya untuk membangunkan mereka. Entah kenapa mengingat alarm pagi untuk anak-anaknya membuatnya menyungingkan senyum saat mengolah masakan.
Randi yang bermain ponsel memutuskan mengirim pesan ada Hanita bila kalian tanya bagaimana dia bisa mendapatkan nomor sang gadis maka jawabanya dengan uang ia bisa menyuruh orang untuk mencarikan nomor orang akan didekatinya. Keluarga Nugraha begitu kaya dan kekayaan mereka tak habis samai beberapa keturunan.
"Ohayo, Hanita."
Read
Merasa ada getaran diponselnya. Hanita segera menghentikan acara memotong bawangnya dan melepas sarung tangan yang dia pakai untuk memotong bawang dan mengambil ponsel disakunya dan melihat siapa yang mengirim pesan padanya dan ia tak kenal dengan nomor tersebut.
"Ohayo mo. Siapa ya?"
Read
Randi yang tau sang gadis pasti bertanya siapa dirinya menyunggingkan senyum diwajahnya.
"Ini aku Randi."
Read
"Oh, Randi-kun dapat nomorku darimana?"
Read
"Jangan meremehkan keluarga Nugraha karena mendapatkan nomor gadis secantikmu itu, perkara yang mudah."
Read
Hanita yang dipuji cantik dibuat merona oleh pesan Randi.
"Iya-iya memang keluargamu itu luar biasa."
Read
"Kau itu, tau. Oh, ya nanti kau berangkat bersama Ina lagi tidak?"
Read
"Iya, memang ada apa Randi-kun?"
Read
"Hanya kalau kau tidak berangkat bersamanya aku mau menjemputmu."
Read
"Tidak perlu, Randi-kun karena aku bersama berangkat bersama Ina."
Read
"Baiklah. Ya sudah lanjutkan acara memasakmu agar cepat selesai."
Read
"Bagaimana, Randi-kun bisa tau aku saat ini tengah memasak?"
Read
Randi yang membaca pesan Hanita kembali menyunggingkan senyumnya.
"Jelas aku tau kalau kau tengah memasak. Menurutmu bekal yang kau bawa dan sedap itu yang memasak siapa kalau bukan kau."
Read
"Eh, benar juga ya."
Read
"Ya sudah lanjutkan masakmu."
Read
"Baiklah, Randi-kun."
Read
Hanita memasukkan kembali ponselnya disakunya dan tidak lupa senyuman diwajahnya. Kemudiaan ia kembali memakai sarung tangan yang digunakan tadi dan meneruskan memotong bawangnya.
Miwa yang disamping Hanita dan melihatnya tersenyum ikut tersenyum karena pasti saat adik dari kekasihnya asik bermain ponsel, dia sedang bertukar pesan dengan lelaki yang dekat dengannya dan ia ikut bahagia bila Hanita bahagia.
Sama halnya dengan Hanita. Randi juga tersenyum saat mengembalikan ponsel disakunya karena chatnya dengan Hanita.
Taci yang kebetulan sudah selesai dengan acara bersiapnya dirinya dan langsung turun kemeja makan tak sengaja melihat adiknya senyum-senyum sendiri berpikir sang adik sudah gila.
"Woooi, Randi apa kau gila hingga senyum-senyum sendiri," ucap Taci sambil mendudukkan dirinya ditempat yang biasa dia akai.
Randi yang sedang menikmati kesenanganya saat moment bertukar pesan dengan Hanita terganggu oleh suara berisik kakaknya.
"Dasar penganggu, kau ini menganggaku gila padahal kau yang gila."
"Sialan kau, Randi. Jelas-jelas kau tadi senyum-senyum sendiri kalau tidak gila apa lagi?"
"Orang bodoh sepertimu mana tau alasanku senyum," ucap Randi dengan senyum palsu diwajahnya.
"Dasar adik gada akhlak."
"Siapa bilang aku ada akhlak dari dulu memang tidak ada, kau saja yang bodoh tidak menyadarinya," ucap Randi dengan senyuman palsu yang masih ia lihatkan.
"Dasar adik sialan."
Randi hanya membalas ucapan sang kakak dengan senyum palsunya.
Sementara ayah dan ibu mereka tampak membiarkan perdebatan kecil anaknya karena itu setiap hari selalu terjadi dan itu membuat mereka bosan untuk mengingatkan.
Randa yang baru saja selesai dengan acara bersiapnya segera bergabung dengan saudara serta ayahnya menunggu sarapan siap dan beberapa saat sarapan yang mereka tunggu siap. Mungkin kedatangan Randa membawa berkah untuk mereka karena lumayan lama menunggu sarapan siap dan saat kedatangan Randa masakan sudah siap. Akhirnya saat ini, mereka bisa sarapan dan hanya bunyi piring dan sedok saat sarapan terjadi.
Sama halnya dengan keluarga Nugraha. Keluarga Wijaya juga baru saja selesai dengan acara menyiapkan sarapan untuk mereka dan sekarang tugas Hanita tinggal membangunkan kakak juga adiknya. Saat ia akan menuju kamar adik dan kakaknya, tiba-tiba ada yang menghentikan langkahnya dengan panggilan ada dirinya.
"Hanita, makanan sudah siap kau mau kemana?" tanya Miwa.
"Mau membangunkan kak Naji dan Hana."
"Oh, Naji biar aku yang membangunkan kau bangunkan Hanasi saja!"
"Baiklah, kak."
"Oke, mari kita kekamar mereka!"
"Ya."
Akhirnya mereka menuju tempat masing-masing untuk membangunkan Naji dan Hanasi yang masih tidur.
Beberapa saa kemudian mereka sudah sampai ditempat tujuan masing-masing.
Hanita langsung langsung masuk kamarnya dan menguncang tubuh Hanasi untuk membangunkannya.
"Hana, bangun bersiaplah dan sarapan sudah siap. Setelah itu, turun untuk makan," ucap Hanita sambil menguncang tubuh adiknya.
Hanasi yang merasakan guncangkan ditubuhnya dan mendengar suara lembut kakaknya segera bangun dari tidurnya.
"Iya, kak aku sudah bangun dan akan menuruti perintah kakak," ucap Hanasi sambil mendudukan dirinya.
"Baiklah, kakak kembali kemeja makan dulu untuk menyiapkan bekal kita!"
"Iya, kak."
Hanita segera keluar dari kamarnya dan Hanasi ikut keluar dari kamar kakaknya untuk menuju kamarnya dan membersihkan dirinya.
Sementara ditempat Naji dan Miwa saat sang gadis akan mengetuk pintu kekasihnya tetapi saat dia membuka knok pintu ternyata pintunya tidak dikunci dan ia memutuskan memasuki kamar kekasihnya.
Saat sampai dirancang kekasihnya, Miwa mencium pipi Naji untuk membangunkanya.
Cup....
"Bangun saayang," ucap Miwa sambil melepas ciumannya.
Naji yang merasakan kecupan dipipinya dan suara dari kekasihnya segera bangun dari tidurnya dan setelah itu, mendudukan dirinya.
"Aku sudah bangun, sayang saat merasakan ciuman dipipiku darimu."
Kok author yang merona.
Back to story.
"Sudahlah, sekarang bersiaplah dan turun kebawah setelah itu untuk sarapan!"
"Baiklah tapi cium lagi," ucap Naji manja.
Miwa yang melihat kekasihnya manja hanya bisa menuruti keinginannya.
Cup....
"Sudahlah mandi sana dan setelah itu turun untuk sarapan! Aku turun duluan," ucap Miwa pergi dari kamar Naji setelah mengatakan itu.
Naji yang melihat kepergiaan kekasihnya tersenyum karena tindakan Miwa tadi. Setelah itu, mengambil handuk dikursi belajarnya dan langsung menuju kamar mandi.
Tbc.....
Jangan lupa dukungannya!
Terimakasih
26/12/20
By:Miwa