Satu minggu berlalu setelah perdebatan antara Randi dan fansnya. Saat ini mereka tengah berada dirumah Hanita untuk belajar bersama, hitung-hitung Randi semakin mendekatkan dirinya dengan orang yang ia cintai. Tetapi ia tidak bisa berduaan dengan Hanita karena kakak serta kedua temannya ikut andil dalam pembelajaran bersama tersebut ditambah lagi sahabat karib orang yang dia sukai dan seringkali berdebat dengannya, siapa lagi kalau bukan Ina nenek sihir paling cerewet dalam hidupnya. Entah kenapa teman bodohnya yaitu Nafi membawa gadis yang katanya temannya dalam acara belajar mereka yang bernama Sakira dan entah mengapa Randi merasa gadis tersebut memperhatikannya tapi saat ia menoleh kearah gadis tersebut dia tengah mendengarkan serta mengajari Nafi mungkin hanya perasaannya saja.
Saat ini posisi mereka adalah para gadis saling berhadapan dengan pasangan masing-masing kecuali Shima. Randi-Hanita, Randa-Ina serta Nafi-Sakira. Shima yang tidak memiliki pasangan tambak menyandarkan kepalanya dimeja tempat mereka belajar dengan memejamkan matanya karena walaupun dia tidak belajar tetap saja otaknya pintar tanpa belajar, entah apa yang dimakan ibunya hingga memiliki anak sepintar Shima tetapi juga malas. Disamping Shima terdapat Hanasi yang mengerjakan tugas bersama sahabatnya Sara dan kadangkala Hana sedikit frustasi bila soal yang tidak dia mengerti.
"Kenapa soal ini begitu susah," kesal Hanasi.
Shima yang mendengar ucapan gadis disamping tampak tidak peduli dan memilih melanjutkan acara memejamkan matanya untuk bersiap tidur.
"Sara apa kau bisa menjawab soal ini?" ucap Hanasi sambil menunjukan soal yang tidak dia bisa pada sahabatnya.
Sara yang ditunjukan soal yang tidak bisa dikerjakan sahabatnya juga tidak bisa mengerjakannya karena Hanasi saja lebih pintar darinya dengan juara 1 yang selalu didapatkannya yang pintar saja tidak bisa mengerjakan apalagi dia yang tidak terlalu pintar.
"Gomen, Hana bukaanya aku tidak mau membantumu tapi kau yang pintar saja tak dapat megerjakan tugas sesulit ini apalagi aku yang tidakn terlalu pintar ini," ucap Sara dengan sedikit sedih.
"Hah, terus kita harus bagaimana menangani tugas sulit ini padahal tugasnya dikumpulkan besok," ucap Hanasi dengan sedih.
Shima yang pada akhirnya terganggu dengan kedua gadis yang ada didekatnya segera bangun dari acara yang akan digunakannya tidur kemudian mengambil buku Hanasi gadis disampingnya.
Hanasi yang tugasnya diambil oleh pria disampingnya tampak tidak terima dan mememarahi pria disampingnya.
"Hei, apa maksudmu mengambil bukuku?" bentak Hanasi.
Bentakan Hanasi membuat kaget orang-orang yang ada didekat sang gadis terutama Hanita kakak dari orang yang membentak Shima. Hani akan menenangkan adiknya tetapi tangannya digenggam oleh Randi seperti menahan dirinya.
"Sudah jangan melerai mereka karena Shima bisa menghentikan perdebatan kecil itu," ucap Randi.
"Tapi."
Sebelum Hanita menyelesaikan ucapannya Randi terlebih dahulu memotongnya. Entah kenapa orang-orang sering memotong perkataanya, apa ia lambat saat akan meneruskan ucapannya atau malah orang-orang yang berbicara terlalu jago dibandingkan dirinya.
"Percayalah padaku, Hanita. Shima bisa menyelesaikan perdebatan kecil itu. mendingkan kau lebih baik kembali belajar bersama denganku."
"Baiklah."
Hanita kembali melanjutkan belajarnya bersama Randi dan tidak melerai perdebatan adiknya dan Shima.
Sementara yang terlibat pertikaian kecil masih melanjutkan pertikaan tersebut dengan Hanasi yang kesal dan memarahi teman kakaknya yang dimarahi terlihat tidak peduli.
"Hei, jawab pertanyaanku," ucap Hanasi dengan kemarahan didalamnya.
Shima yang awalnya tidak peduli segera memperdulikan perdebatan kecilnya dan menjawab ucapan sang gadis.
"Merepotkan. Wanita memang merepotkan. Kau bilang tidak dapat mengerjakan tugas sekolahmu yang harus dikumpulkan besok. Niatku membantumu tetapi kau malah membentak dan memarahiku."
Hanasi yang mendengar ucapan teman kakaknya merasa malu hingga memalangkan wajahnya pada sang pria dan melihat kearahy sahabatnya.
Shima yang melihat gadis disampingnya memalingkan wajahnya dan tampaknya malu akan perbuataan sedikit menyungingkan senyumannya.
"Tidak perlu malu, aku akan mengajarimu dan sahabatmu. Kemarilah kalian akan kujelaskan soal ini!"
Sara dan Hanasi segera mendekati Shima dengan cara berhadapan dengan sang pria secara langsung.
Hanasi masih sedikit malu dengan tindakannya tadi karena salah sangka dengan sang pria. Sementara Shima menjelaskan soal yang tidak dimengerti sang gadis dan sahabatnya dengan serius.
Orang-orang yang melihat yang ada didekatnya mereka merasa lega dan bisa tenang kembali dengan acara belajar mereka.
Kegiatan mereka tak lepas dari pengawasan Naji serta pacarnya Miwa yang tidak bisa membiarkan adik mereka bersama dengan pria buaya seperti Randi dan teman-temannya.
"Hei, Miwa kau lihat si Nugraha itu, dia seperti ingin menerkam adikku."
"Iya, dia sepertinya tertarik dengan adikmu. Tapi Naji siapa yang kau maksud dari Nugraha itu, bukankah ada dua Nugraha dirumahmu?"
"Siapa lagi kalau bukan Randi si mulut setan."
"Oh, si mulut setan alias Randi toh. Tapi sepertinya dia tertarik atau lebih tepatnya suka adikmu karena aku bisa melihat dari pancaran matanya."
"Tetap saja muka dia playboy tapi sejak kapan pacarku ini jadi peka soal cinta? Biasanya tidak peka sama sekali."
"Kalau aku tidak peka tak mungkin kita berdua pacaran sekarang."
"Iya-iya, terimakasih karena sudah mau menjadi pacarku. Sekarang cium dulu pipi pacarmu ini!"
Miwa yang mendengar ucapan pacarnya begitu geli dibuatnya.
"Dasar mesum, cium tembok sana! Mengelikan sekali," ucap Miwa sambil menunjukan ekspresi geli diwajahnya.
Melihat ekspresi geli akan ucapannya tadi menyungingkan senyum diwajah tampannya karena tindakan kekasihnyha yang menurutnya lucu.
Miwa yang melihat kekasihnya tersenyum terlihat tidak peduli dan memilih mengajak para wanita yang ada dimeja yang digunakan untuk belajar menyiapkan minuman dan cemilan kecil.
"Hei, para gadis hentikan sebentar belajar kalian dan bantu aku untuk menyiapkan minuman serta cemilan kecil untuk para laki-laki bodoh disekitar kita ini!"
Para laki-laki tampak tidak terima dengan perkataan Miwa sedangkan para gadis tersenyum mendengar ucapan kekasih kakaknya Hana serta Hani.
"Baiklah kak," ucap para gadis.
Para gadis segera meninggalkan tempat tersebut dan menuju dapur. Sementara para pria yang ditinggal masih kesal dengan ucapan Miwa tadi. Hingga salah satu diantara para pria membuka suaranya yaitu Nafi yang paling cerewet diantara mereka.
"Yang dikatakan kak Miwa memang benar. Aku memang bodoh tetapi kalian kurasa tidak atau jangan-jangan kalian juga bodoh sepertiku."
Orang-orang yang masih ada ditempat tersebut memicingkan mata mereka sebagai tanda tidak terima dengan ucapan Nafi.
"Kau yang bodoh dari zaman zigot. Jangan menyamakan kebodohanmu pada kami yang pintarnya diatas rata-rata darimu dengan level tinggi sedangkan kau level 1," ucap Randi.
"Sialan kau, Randi kau pikir aku sebodoh itu."
"Itu memang benar."
"Dasar mulut cabe, sialan."
"Biarkan aku sialan tetapi tampan dan pintar sedangkan kau jelek dan bodoh."
"Sialan kau mulut cabe untung kau temanku kalau bukan sudah kuplester mulutmu yang pedas itu."
"Aku tidak mengakuimu temanku. Jadi, jangan percaya diri."
"Kurangajar kau mulut cabe.''
Naji yang melihat pertengkaran Nafi dan Randi segera melerainya karena pertenkaran mereka sama sekali tidak penting.
"Sudahlah kalian 2 pria gila, hentikan pertengkaran bodoh kalian dan jangan bertengkar dirumahku karena napas kalian menebarkan virus yang begitu kotor didalam rumah ini."
Nafi dan Randi tidak terima dengan perkataan Naji.
"Tidak wanitanya, tidak prianya sama-sama memiliki mulut pedas. Pasangan yang begitu cocok," batin Nafi dan Randi.
Sementara para gadis menyiapkan cemilan kecil serta minuman dengan akur dan terkadang disertai gurauan dalam acara menyiapkan tersebut.
Aktivitas para gadis diawasi oleh orang yang tidak menyukai Hanita yang ada disekitar mereka. Ia mengepalkan tangannya sambil melihat wajah Hanita yang terlihat bahagia dan itu membuatnya marah serta tidak suka.
tbc....
Terimakasih
01/02/21
By:Miwa