Chereads / Randi dan Hanita / Chapter 39 - 37

Chapter 39 - 37

Masih dikediaman Wijaya yang asik dengan aktivitas mereka masing-masing yang seperti memiliki pasangan masing-masing tetapi ada yang tidak memiliki pasangan dan orang tersebut Nafi, Sakira serta Sara. Kedua gadis tampak tidak mempersalahkan tidak memiliki pasangan tetapi tidk dengan Nafi yang galau karena kekasihnya sedang sibuk dengan tugas sekolahnya. Kenapa Nafi bisa tau karena sebenarnya dia akan mengajak kekasihnya belajar bersama tetapi yang diajak menolak dengan alasan tugas sekolah yang banyak. Sedih pasti karena ia tidak dapat memadu kasih dengan orang yang dicintainya sedangkan teman-temannya asik memadu kasih walau belum dikatakan pacaran tapi kedekataan mereka begitu romantis dimatanya layaknya sepasang kekasih.

Nafi membuka suaranya untuk menyuarakan hatinya yang sedih karena sang kekasih tidak bersamanya sedangkan teman-temannya malah asik bermesraan.

"Hei, teman-teman apa kalian tidak kasian padaku yang tidak bisa bermesraan dengan Shafira sedangkan kalian malah asik bermesraan dengan pasangan masing-masing. Teman macam apa kalian ini," ucap Nafi drama.

Randa yang dari tadi diam membuka suaranya karena mual mendengar ucapan Nafi yang penuh drama.

"Hei, idiot aku tidak memadu kasih. Apa matamu buta orang yang sedang belajar kau bilang memadu kasih."

"Kau merasa tidak memadu kasih tapi apa kau tidak merasakan Ina mendekatimu terus dan nempel layaknya prangko."

"Aku tidak menganggap manusia."

"Terus kau anggap dia apa, Randa?"

"Setan."

"Hahaha, jahatnya kau Randa."

Nafi tidak bisa menahan tawanya mendengar ucapan Randa dan orang-orang yang berada disitu ikut tersenyum mendengar ucapan Randa. Sedangkan yang dihina mengerucutkan bibirnya kemudian membalas ucapan orang yang disukainya.

"Ish, Randa. Mana ada setan secantik dan seimut aku. Kau harus memeriksakan matamu itu agar bisa membedakan mana setan mana bidadari!" ucap Ina dengan membanggakan dirinya.

Randa yang mendengar ucapan Ina tidak memperdulikannya dan memilih kembali belajar.

Sementara yang tidak diperdulikan kembali mengerucutkan bibirnya dan kembali meneruskan acara belajarnya dengan perasaan sedikit kesal.

"Hei, Hana apa teman kakakmu itu, baik-baik saja? Dia seperti sedikit kesal karena ucapan pria yang bernama Randa tadi," bisik Sara.

Hanasi yang diajak bicara Sara membuka suaranya.

"Tenang saja kakak Ina baik-baik saja karena dia itu, wanita yang kuat dan tidak mudah marah hanya karena ucapan seperti tadi."

"Syukurlah kalau begitu karena kata-kata kak Randa tadi sedikit menyakiti hati."

"Memang keluarga Nugraha diberkati dengan ucapan tajam," ucap Hanasi sedikit membesarkan ucapannya.

Otomatis orang-orng yang berada disitu mendengar suara Hanasi terutama keluarga Nugraha yang dibicrakan sang gadis.

Randi membuka suaranya sedangkan Randa tidak memperdulikan ucapan Hanasi karena berurusan dengan adik orang yang disukainya tidak terlalu penting tatapi berbeda jika berurusan Hanita yang ia rasa penting.

"Walau mulut kami tajam saat berucap tatapi kami pintar serta tampan tidak sepertimu yang jelek dan pendek pula."

"Apa katamu, aku jelek dan pendek?" marah Hanasi.

"Iya, itu kan fakta. jadi, kau harus menerimanya."

"Sialan kau Nugraha. Kemari kusobek mulut stanmu itu!" ucap Hana akan mendekati Randi.

Saat akan mendekati Randi. Tangan Hanasi terlebih dulu digenggam Shima sebagai tanda untuk tidak usah diambil hati ucapan temannya atau juga bisa dibilang menahan sang gadis untuk berdebat dengan Randi.

Hanasi yang merasa tangan digenggam seseorang segera menghentikan langkahnya dan melihat siapa yang mengenggam tangannya serta bertanya maksudbya melakukan itu apa.

"Hei, apa maksudmu menghentikanku?'' tanya Hanasi.

Tetapi Hanasi dibuat kaget karena yang menghentikannya Shima buksan Sara karena ia pikir yang menghentikannya adalah sahabatnya.

"Kak Shima apa maksudmu menghentikanku?"

"Sudah jangan kau ambil hati ucapan Randi karena dia memang seperti itu, kau harus memakluminya."

"Tapi, kak ucapannya keterlaluaan."

"Sudahlah, kau lanjutkan saja belajarmu dan tidak usah masukan kata-kata temanku."

"Baiklah, kak."

Hanasi kembali duduk ditempatnya untuk belajar kembali sedangkan Naji inginsekali memarahi Shima karena berani mengenggam tangan adiknya tetapi saat ia akan membuka suaranya Miwa terlebih dahulu memegang bahunya agar menghentikan niatnya.

"Sudah, jangan kau marahi Shima karena ucapannya tadi benar untuk apa menghentikan Randi karena memang dia orang begitu. Jadi, jangan marahi dia ya," ucap Miwa sambil memasang wajah memelas.

Melihat wajah memelas kekasihnya membuat Naji luluh karena menurutnya saat Miwa memasang wajah seperti itu begitu imut.

"Baiklah, sayangku melihat wjahmu seperti ini ingin rasanya akun menciummu."

Miwa melepaskan genggammnannya pada bahu kekasihnya setelah mendengar ucapannya.

"Mesum, kau cium tembok sana."

Naji hanya bisa tersenyum mendengar ucapan kekasihnya.

Mereka kembali asik belajar tanpa sadar hari sudah siang dan saatnya mereka kembali kerumah masing-masing. Hingga salah satu dari mereka menyadarinya.

''Teman-teman ini sudah siang, apakah kalian tidak ingin kembali kerumah kita masing-masing?" ucap Sakira sambil menunduk.

Mendengar ucapan Sakira membuat mereka sadar dan melihat jam diponsel mereka masing-masing dan wkatu sudah menunjukan jam 12 siang.

"Eh, iya ternyata sudah siang," ucap Ina.

"Kau benar, Ina-chan," balas Nafi.

"Kita harus pulang karena orangtua kita pasti sudah menunggu kita," Ucap Ina kembali.

"Iya, kau benar lagi Ina-chan. Kalau begitu mari kita semua pulang kerumah masing-masing!" balas Nafi kembali.

Mereka membereskan alat tulis mereka masing-masing setelah itu, memasukan alat tulis kedalam tas.

Hanita membuka suaranya untuk menawarkan makan siang bersama karena biasanya jam segini maud dirumahnya telah selesai menyiapkan makan siang untuk keluarganya.

"Emz, teman-teman lebih baik kalian makan siang disini dulu nanti baru pulang kerumah kalian," ucap Hanita sambil menunduk.

Orang-orang yang diacak bicara dan ditawari makan siang oleh Hanita binggung mau menjawab menolak tawarannya atau menerimanya. Kalau ditolak pasti Hanita sedih dan kalau diterima oarangtua mereka cemas menanti mereka pulang.

"Aku tau kalian binggung ingin menolak atau menerima ajakannku tapi kalian pasti juga lapar karena hanya makan tadi pagi dirumah kalian. Emz, belum lagi orantua kalisn yang cemas menunggu pulang. Kabari saja mereka lewat ponsel kalian bahwa kalian makan siang dirumahku dulu nanti baru kembali kerumah masing-masing."

Orang-orang yang diajak bicara Hanita membenarkan ucapannaya dan langung memberi kabar kepada rangtua masing-masing. Setelah selesai menunggu sang pemilik rumah mengajak mereka kemeja makan keluarga Wijaya.

Naji jaln terlebih dahulu untuk menuju meja makan dikuti orang-orang yang sama tujuannya kemeja makan.

Setelah sampai mereka segera duduk ketempat masing-masing. Bila kalian tanya kenapa mereka bisa duduk ditempat masing-masing karena tempat makan keluarga Wijaya cukup luas dan bisa digunakan oleh beberapa orang. Mereka segera mengambil makanan yang sudah disiapkan oleh maid keluarga Wijaya kemudian makan dengan tenang hanya ada suara sendok dan garpu yang beradu dengan piring makan mereka.

Setelah mereka selesai makan. Teman-teman Hanita dan Hanasi segera kembali kerumah masing-masing.

Tbc....

Terimakasih

03/02/21

By:Miwa