Diperjalanan Randa dan Randi menuju atap sekolah untuk makan bersama Ina serta Hanita yang sudah menjadi kebiasaan mereka. Sang kakak nampak bangga dengan perubahan adiknya yang ingin melindungi gadis yang saat ini iya yakini disukainya karena pembicaraan sang adik dengan para fansnya. Ia sekarang harus belajar lebih giat lagi melupakan Hanita karena tidak ingin bersaing dengan adiknya dan takutnya suatu saat mereka bertengkar karena wanita.
Perjalan mereka lalui tanpa ada obrolan diantara mereka. Hingga salah satu dari mereka membuka suaranya.
"Hei, Randi."
Randi yang dipanggil kakaknya saat perjalanan mereka menuju atap sekolah membalas ucapan kakaknya tanpa menghentikan jalannya.
"Iya, ada apa kak?"
"Kurasa kau sudah menyukai, Hanita dan jangan binggung lagi tentang perasaanmu itu. Dimana dulu kau pikir suka Hanita karena sifatnya atau cinta padanya."
Randi yang mendengar ucapan kakaknya sekarang binggung benarkah perkataannya tersebut kalau ia mencintai Hanita dan bukan kagum akan sifatnya.
"Apakah itu, benar kak?"
"Iya, Randi kau tidak sadarkah bila perubahanmu begitu banyak saat mengenal Hanita dari yang acuh terhadap fans sekarang kau mengertak mereka karena menyakiti orang yang kau suka. Kau juga bisa mengubah ekpresimu yang dulu selalu memasang senyum palsu dan sekarang sering senyum tulus yang kau tunjukan dan masih banyak lagi perubahanmu."
"Berarti aku sudah mencintai, Hanita?"
"Ya, kejar dia dan buat dia mencintaimu juga!"
"Pasti aku akan buat, Hanita mencintaiku. Terus kakak bagaimana?"
"Tidak usah pikirkan aku, melihat adikku satu-satunya ini bahagia kakakmu ini juga ikut bahagia."
"Terimakasih, kak."
"Sama-sama."
Randa memang mengatakan kebahagiaan adiknya adalah kebahagiaannya juga tapi hatinya tetap sakit melihat orang yang disukainya bersama oranglain walau itu adiknya sendiri tatapi ikhlas yang harus ia terima.
Beberapa saat kemudian mereka samai diatap sekolah dan Ina serta Hanita yang sudah ada disana menunggu mereka lumayan cukup lama.
Randi langsung duduk disamping Hanita dan Randa duduk disamping Ina.
"Maaf, kalau kaliaan menunggu kami cukup lama. Tadi ada urusan kecil," ucap Randi.
"Tak apa, Randi-kun," balas Hanita dengan senyuman tulus diwajahnya.
Sementara Ina berbeda dengan Sahabatnya ia sedikit kesal dengan mereka karena lumayan lama keatap sekolah dan membuatnya harus merasakan kelaparan dan itu karna mereka.
"Enak saja kau bilang maaf karena urusan penting. Gara-gara kalian aku serta Hanita hampir mati kelaparan menunggu kalian dan sekarang kalian seenaknya bilang maaf," kesal Ina.
Randi yang sudah tau pasti Ina tidak terima dan kesal pada mereka segera membalas ucapan sang gadis dengan kata-kata pedas.
"Sudah kuduga nenek lampir sepertimu akan ngoceh tidak enting dan memberi alasan hampir mati menunggu kami. Hei, perlu kau tau Tuhan tidak mungkin mengambil nyawa orang yang dosanya maha dasyat sepertimu," ucap Randi dengan senyum palsunya.
"Sialan kau mulut setan. Dosa untuk orang layaknya bidadari sepertiku itu, hanya sedikit," ucap Ina dengan percaya diri.
Randi yang mendengar ucapan Ina dan dengan percaya dirinya sang gadis berkata seperti itu geli melihatnya.
"Cih, percaya sendiri sekali dosamu itu banyak jangan merada dikit."
"Dasar sialan kau mulut setan."
''Hn.''
Randa memilih menghentikan pertengkaran mereka yang selalu saja tidak penting.
''Sudahlah hentikan pertengkaran tidak penting kalian. Lebih baik kita makan saja sekarang nanti takutnya keburu bel masuk!''
Ina dan Randi membenarkan ucapan Randa karena dari tadi mereka belum makan dan malah asik bertengkar.
Akhirnya mereka makan dengan pasangan masing-masing. Randi dan Hanita serta Randa dan Ina. Randi memilih menyuai Hanita kemudiaan baru dirinya. Sementara Ina menyuapi Randa dan yang disuapi hanya pasrah.
Mereka makan dengan tenang tanpa ada ucapan takl berarti dan memilih fokus makan. Randi dan Hanita begitu romantis dengan sang pria yang menyuapi sang gadis. Sementara Ina sambil senyum-senyum menyuapi sang pria dan yang disuapi hanya memasang wajah datar.
Aksi mereka tak luput dari pengawasan orang yang menyukai Randi dan tidak suka Hanita. Ia mengepalkan tanganya karena melihat kemesraan orang yang disukainya dengan orang yang dibencinya. Terlebih sang pria yang membentak serta mengancamnya tadi membuatnya semakin emosi dan benci terhadap Hanita.
''Kau gadis murahan harus merasakan akibat karena Randi tadi membentakku. Tunggu pembalasanku,'' seringainya.
Sang gadis misterius masih mengawasi mereka sambil memakan makanan yang ia bawa dengan hati-hati dia mengawasi mereka. Sepertinya yang diawasi tidak menyadarinya dan rasa bangga karena orang yang sedang diiawasi tidak menyadarinya keberdaannya.
Aksi suap-suapan masih mereka lakukan tidak lupa minuman yang dibelikan oleh fans sang pria salah satunya diberikan untuk para gadis dan yang diberi merasa senang apalagi gratis. Ya, walaupu mereka kaya tetapi siapa yang tidak suka gratisan tanpa harus mengeluarkan uang dan bisa menikmati dengan sedapnya.
Ya, barang ataupun segala macam makan serta minuman yang gratis kata author sih gak seret gitu ditengorokan dan gak susah nelennya gitu. Gak perlu keluar duit pula, wkwkwk.
Ada yang sama kayak author?
Back to story.
Hanita yang disuapi Randi setiap mereka makan bersama selalu saja merona dan rona itu, selalu saja setia padanya padahal aksi menyuapi sering dia rasakan tapi entah mengapa ia masih saja merona.
Randi yang melihat rona merah diwajah Hanita dibuat tersenyum olehnya dan semakin semangat membuat sang gadis membalas cintanya.
"Aku akan buat kau juga mencintaiku, Hanita walau banyak rintangan yang harus kudapatkan," batin Randi.
Ya, sekarang Randi yakin ia mencintai Hanita karena ucapan kakaknya tadi dan dia semangat untuk membuat sang gadis membalas cintanya.
Randa yang ada disamping adikya dan otomatis melihat keromatisan sang adik dengan orang yang dicintainya merasakan sakit sekaligus bahagia.
"Senang melihatmu bahagia, Randi tapi juga sakit melihat orang yang kusukai merona dan malu secara bersamaan terhadapmu," batin Randa.
Sakit jelas Randa rasakan apalagi ini cinta pertamanya selama ia hidup walau dia memiliki banyak fans tapi tidak ada yang bisa membuatnya jatuh cinta. Baru kali ini ia rasakan tapi ternyata adiknya juga mencintai gadis tersebut dan dia tak mau berebut seorang gadis dengan saudara kembarnya. Mengalah adalah pilihan yang terbaik untuk dirinya dan adiknya serta belajar melupakan orang yang ia cintai walau itu, butuh waktu lama sekalipun dia ikhlas menjalaninya.
Cinta segitiga memang sulit
Terlebih terlibat cinta dan harus bersaing dengan
saudara sendiri
itu semakin sulit
Pasti suatu saat akan ada pertengkaran
Kalau salah satu dari mereka tidak mengalah
Dan yang mengalah pasti merasakan sakit yang luar biasa
Tapi itulah yang harus dirasakannya
Karena pertengkaran antara saudara tidak baik
Terlebih hanya karena cinta
Tbc.....
Jangan lupa dukungannya!
Terimakasih
31/12/20
By:Miwa