Perjalanan menuju parkiran dipenuhi dengan suara Ina dan Nafi karena mereka sama-sama cerewet diantara mereka berenam. Obrolan yang absurd dan tidak penting sama sekali tapi entah mengapa mereka berdua nyambung saat berbicara dan empat orang yang bersama mereka hanya mendengarkan percakaan mereka tanpa ada yang ikut nimbrung pembicaran keduanya.
"Hei, Ina kau kenal dengan si tiang dan mulut cabe sudah berapa hari?" ucap Nafi berjalan disamping Ina.
Ina yang tidak mengerti yang dibicarakan Nafi memilih bertanya ada sang pria.
"Siapa yang kau maksud tiang dan mulut cabe?"
Nafi yang mendengar ucapan Ina baru sadar kalau sang gadis belum tau panggilannya untuk si kembar.
"Astaga aku lupa kalau kau belum tau panggilan yang kuberikan untuk si kembar. Jadi, begini si tiang adalah panggilan yang aku berikan untuk Randa dan si mulut cabe adalah Randi."
"Oalah, aku baru tau tapi kenapa kau memanggil Randa si tiang kalau Randi tidak perlu ditanyakan karena mulutnya memang pedas saat berbicara," ucap Ina sambil melihat Randi.
Randi yang ditatap Ina hanya bisa memasang wajah datar dan kadang memasang wajah bosan.
Sementara Ina yang melihat ekpresi Randi kesal dibuatnya dan dia memilih fokus berjalan kembali sambil mengandeng tangan sahabatnya juga omongan Nafi yang ada disampingnya.
Jadi, posisinya Hanita, Ina dan Nafi berjalan berdampingan. Dimana Ina ditengah, Hanita disebelah kanannya dan Nafi disebelah kirinya.
Sementara dibelakang mereka Shima, Randa dan Randi jalan berdampingan. Randa ditengah, Randi sebelah kanan dan Shima sebelah kiri.
"Kenapa aku memanggil Randa tiang karena dia tinggi sekali makanya aku memanggilnya tiang."
"Hihihi, lucu juga panggilanmu itu. Apa aku harus memanggilnya tiang agar terlihat lucu?" ucap Ina sambi melirik Randa.
Randa yang dilirik Ina memberikan tatapan tajam dan dari lirikan itu bisa artikan jangan macam-macam memanggilku seperti itu. Sementara yang diberikan tatapan seperti itu bergidik ngeri dan kembali fokus pada jalanannya serta obrolannya dengan Nafi.
"Sepertinya bagus kau memanggi Randa begitu karena panggilan Randa terlaku bagus untuknya, hahaha."
"Hihihi, tidak usah takut ada yang marah bila aku memanggil seperti yang kau katakan."
Randa yang terasa dibully oleh mereka berdua terlihat tidak peduli dan memasang wajah datar.
Obrolan mereka berempat tak luput dari engawasan orang yang suka Randi tetapi saat ini, ia lebih hati-hati lagi agar tidak ketauan sedang mengikuti mereka.
"Cih, sudah mengambil Randa serta Randi sekarang wanita murahan itu serta sahabatnya akan mengambil Shima juga Nafi dasar mereka tidak ada malu sama sekali," ucap gadis misterius sambil mengepalkan tangannya.
????
Gadis misterius tersebut masih mengikuti mereka berenam dengan hati-hati dan tampaknya yang diikuti terlihat tidak menyadarinya dan itu berarti rencananya berhasil.
"Kau belum menjawab pertanyaanku, Ina. Berapa kau mengenal si tiang dan si mulut cabe?"
"Eh, maaf aku belum menjawabnya. Belum lama sih aku kenal mereka sekitar satu minggu atau malah belum ada satu minggu, lupa juga."
"Belum lama dong kalau aku kenal mereka dari kelas tiga Smp sampai kita kelas 2 Sma."
"Cukup lama sekali, ya."
"Ya, seperti itulah. Oh ya, bagaimana sifat mereka pas kalian awal bertemu?"
"Ya, sama seperti ini. Dimana Randa yang datar dan Randi yang mulutnya pedas."
"Hahaha, mungkin itu sudah sifat mereka dari zaman orok."
"Hihihi, mungkin."
Tak terasa obrolan Ina dan Nafi sudah mengantarkan mereka samai ditempat parkir dan otomatis obrolan mereka berhenti sampai disini.
Hanita yang dari tadi diam membuka suaranya dan mengajak Ina untuk segera pulang.
"Ina kita sudah sampai dan mari kita pulang!"
Ina yang tidak sadar sudah sampai ditempat parkir karena asik mengobrol dengan Nafi segera sadar setelah mendengar ucapan sahabatnya.
"Eh, maaf Hanita aku tidak sadar kalau kita sudah sampai diparkiran dan ayo kita pulang!"
"Tidak apa-apa, Ina. Ya sudah ayo kita pulang! Kami duluaan ya, Shima, Randi-kun, Randa dan Nafi."
Shima yang mendengar Hanita berpamitan padanya membuka suaranya.
"Hn, baiklah Hanita.
"Wooi, Ina jaga Hanita dengan baik dan jangan ngebut saat membawa mobil karena berbahaya untuk temanmu itu," ucap Randa dan Randi bersamaan.
"Iya, tenang saja aku akan menjaga sahabatku ini kalian tidak perlu mengingatkan."
Ina dan Hanita mulai memasuki mobil milik Ina tetapi saat mereka akan menjalankan mobil tersebut Nafi berteriak kepada mereka.
"Ina besok kita ngobrol kembali dan untuk Hanita kau luar biasa bisa membuat si kembar mengkawatirkanmu," teriak Nafi.
Hanita yang mendengar ucapan Nafi terlihat tidak mengerti. Sementara Ina memilih menjawab ucapan sang ria.
"Pasti besok kita akan mengobrol lagi. Kami duluaan ya," ucap Ina sambil mengemudikan mobilnya.
"Ya, hati-hati," teriak Nafi kembali.
Randa dan Randi yang tadi mendengar ucapan temannya menjitak kepalanya lumayan keras dan orang yang dijitak merasakan sakit dikepalanya.
"Sakit. Sialan sekali kalian," ucap Nafi sambil mengelus kepalanya yang dijitak si kembar.
"Makanya jaga ucapanmu," ucap Randa dan Randi bersama setelah itu pergi begitu saja.
Nafi yang ditinggal begitu saja merasa kesal dibuatnya sementara Shima yang melihat sahabatnya kesal mengeluarkan kata andalannya.
"Merepotkan," ucap Shima sambil berlalu pergi.
Nafi yang sudah ditinggal ketiga temannya dan pasti mereka mengambil mobil masing-masing memilih menuju mobilnya juga untuk segera pulang kerumahnya dan bisa mengistirahatkan tubuhnya dikasur indahnya.
Sementara orang yang mengikuti mereka terlihat kesal karena orang yang dibencinya dilindungi oleh banyak orang.
"Sialan kenapa gadis murahan itu bsanyak yang melindungi padahal dia hanya hama dalam lingkungan ini. Awas saja aku akan mencari cara untuk melukaimu kembali gadis murahan," seringainya.
????
Setelah mengatakan itu, gadis misterius tersebut memilih menuju mobilnya dan pulang kerumahnya pastinya.
Perjalanan Ina dan Hanita diwarnai dengan kesunyiaan karena terlihat mereka asik ada dunianya sendiri. Dimana Hanita yang fokus pada pikiranya karena ucapan Nafi tadi yang tidak dia mengerti dan sahabatnya yang fokus pada berkendara sambil mendengarkan musik yang diputar didalam mobilnya.
"Maksud dari ucapan Nafi tadi apa ya? Kok bisa aku beruntung bisa membuat Randa dan Randi-kun khawatir secara bersamaan," batin Hanita.
Entah mengapa ucapan Nafi tadi sedikit menganggu ikiran Hanita tetapi ia tak mau membaginya pada sahabatnya karena Ina tadi sudah tertimpa banyak masalah karena dirinya. Dimana salah satunya bertengkar dengan Randi. Jadi, dia tidak ingin menambah masalah sahabatnya karena ucapan Nafi tadi padanya.
"Apa sebenarnya maksud Nafi mengatakan itu, padaku? Apa mungkin dia tau kenapa Randa dan Randi-kun mengawatirkanku? Hah, lebih baik kuikirkan saat samai rumah atau tanya pada Hanasi," batin Hanita kembali.
Hanita memutuskan memikirkannya setelah sampai rumah atau nanti bertanya pada adiknya.
Jangan lupa dukunganya!
Terimakasih
23/12/20
By:Miwa