Chereads / Randi dan Hanita / Chapter 29 - 27

Chapter 29 - 27

Randa dan Randi yang sudah didalam mobil segera melajukan mobil mereka untuk menuju kediaman Nugraha. Mereka masih belum menyelesaikan masalah setelah istirahat tadi dan sang kakak menjanjikan akan menyelesaikan masalah tersebut setelah sampai dirumah.

Sementara Ina dan Hanita yang sudah sampai dikediaman Wijaya karena memang rumah Hanita tidak terlalu jauh dari sekolahan mereka. Pemilik mobil segera menghentikan mobilnya untuk menurunkan orang yang dibawanya dan yang menumpang segera turun dari mobil sahabatnya tidak lupa ia mengucakan terimakasih atas tumpanganya dan mau mengantar jemputnya.

"Ina, terimakasih sudah mengantarku pulang dan tadi pagi juga sudah menjemputku," ucap Hanita didepan kaca sahabatnya.

Ya Ina membuka kaca mobilnya karena ia berpikir pasti Hanita akan mengucakan kata terimakasih oadanya karena telah mengantar dan menjemoutnya.

"Sama-sama mulai sekarang aku akan mengantar dan menjemputmu setiap hari," ucap Ina sambil mengeluarkan sedikit kepalanya.

Hanita yang mendengar ucapan sahabatnya merasa tidak enak padanya.

"Apa tidak merepotkanmu bila harus menjemputku setiap hari?"

Ina tersenyum mendengar ucapan sahabatnya karena pasti Hanita tidak enak dan merasa direpotkan kalau ada yang baik padanya.

"Kau itu, sahabatku mana mungkin aku merasa direpotkan olehmu," ucap Ina sambil tersenyum.

Hanita yang melihat senyuman diwajah sahabatnya membalas senyuman tersebut dengan tulus. Tetapi dia masih merasa tidak enak dengan Ina karena merasa selalu saja merepotkannya.

"Tapi."

Sebelum Hanita menyeselesaikan ucapannya Ina terlebih dulu memotong ucapan sahabatnya.

"Sudah tidak ada tapi-tapian. Lebih baik kau masuk dan sampaikan salamku ada Hanasi dan kak Naji terutama kakak tampanmu itu, bahwa aku rela jadi yang kedua," ucap Ina bercanda.

Hanita yang tau sahabatnya bercanda akan membalas ucapannya tetapi saat ia akan membuka mulutnya ada yang lebih dulu membuka suaranya.

"Kau ini, Ina masih saja mengejarku padahal aku sudah memiliki pacar dan kau pasti banyak laki-laki yang suka padamu karena wajahmu kan cantik," ucap Naji tiba-tiba.

Ya, Naji dari tadi berada didekat mobil Ina dan kedua gadis yang ada didekatnya tidak menyadari keberadaanya karena asik mengobrol. Otomatis dia mendengar semua percakapan mereka terutama saat Ina mau jadi yang kedua untuknya.

Hanita dan Ina yang kaget karena kedatangan Naji yang tiba-tiba dan ikut menimbrung obrolan mereka hanya diam saja. Tetapi diam itu tidak bertahan lama karena sang adik yang membuka suaranya kembali dengan menanyakan kakaknya yang begitu cepat pulang karena biasanya sang kakak akan pulang malam atau larut karena memang menjadi mahasiswa itu cukup sibuk.

"Tumben kakak sudah pulang? Biasanya akan pulang malam atau larut."

Naji yang ditanya adiknya segera membalas pertanyaan yang diajukan padanya.

"Tadi guru ataupun dosen ada rapat mendadak. Jadi, para mahasiswa dipulangkan cepat."

"Oalah, terus tumben tidak bersama kak Miwa."

"Miwa ada bersama Hanasi."

"Wah, aku juga ingin bersama kak Miwa sudah lama tidak ngobrol dengannya."

"Sana masuklah dan ngobrol dengannya!"

"Baiklah kak. Ina aku duluan!" ucap Hanita sambil meninggalkan Ina.

"Baiklah, Hanita."

Kini tinggal ada Ina dan Naji ditempat tersebut tepatnya didepan agar keluarga Wijaya. Sang gadis sangat canggung karena ucapannya tadi yang lumayan memalukan walau itu, hanya candaan dan candaan itu, malah didengar sang pria secara langsung. Sungguh hari sial Ina tetapi ia harus menjelaskan perkataannya tadi agar tidak menjadi salah paham nantinya.

"Kak tadi hanya bercanda jangan dibawa serius. Memang dulu aku pernah suka kakak tetapi kakak sudah memiliki pacar dan tak mungkin aku merebut kakak dari kak Miwa karena itu tidak baik. Mungkin juga rasa sukai ini hanya karena wajah kakak yang tampan dan kakak tenang saja sekarang aku sedang mengejar seseorang," ucap Ina sambil menunduk.

Entah mengaa Ina seperti Hanita yang berbicara selalu menunduk padahal biasanya tidak, mungkin karena merasa tidak enak dengan orang yang ada didekatnya.

Sementara Naji yang mendengar ucapan Ina dibuat tersenyum olehnya.

"Kau tidak perlu menjelaskan karena aku tau tadi hanya bercanda. Begitu pula aku yang bercanda saat mengucapkan kata itu tadi dan semangat mengejar orang yang kau maksud, pastikan sukamu tulus bukan karena wajahnya saja!" ucap Naji sambil mengacak-acak rambut Ina.

Ina yang rambutnya diacak-acak oleh Naji mengangkat wajahnya dan kemudiaan membuka suaranya tak lupa wajahnya yang merona karena sang pria pertama kalinya mengacak-acak rambutnya.

"Ya, apa yang kakak lakukan, lihat rambutku jadi berantakan!" ucap Ina kesal sekaligus merona.

Naji yang kesal serta rona merah diwajah sang gadis yang terlihat diwajahnya yang putih dan mulus kembali tersenyum dibuatnya.

"Kau ini kesal tetapi merona akan tindakanku."

"Habis ini pertama kalinya kakak mengacak-acak rambutku."

"Itu karena aku sudah menganggapmu adikku sendiri."

Ina yang dianggap adik oleh Naji sedikit merasakan sakit tapi hanya sedikit dan dia cukup senang sang pria menyayanginya.

"Baiklah, kalau kak Naji menganggapku adikmu. Maka, sekarang adikmu ini harus pulang kerumahnya karena malam sebentar lagi datang!"

"Baiklah, hati-hati saat berkendara!"

"Pasti. Aku pulang dulu!" ucap Ina sambil menyalakan mesin mobilnya.

"Hn."

Ina segera melajukan mobilnya dan meninggalkan kediaman keluarga Wijaya dengan senyuman diwajahnya karena hubunganya dengan Naji pasti akan semakin akrab setelah obrolan mereka tadi.

Disisi lain dikediaman Nugraha tepatnya dikamar Randi nampak kedua kakak adik tengah mengobrol. Ya, mereka sudah sampai dirumah dari tadi dan sekarang tinggal menyelesaikan masalah mereka tadi siang.

"Jadi, kenapa kakak memeluk Hanita tadi?" tanya Randi.

"Aku tadi mengoda Hanita dengan bercanda dengannya dan dia menangis karena candaan itu, aku merasa bersalah dan memeluknya untuk menenangkannya dan itu tidak lebih."

"Memang bercandaan apa yang kakak buat hingga membuat, Hanita menangis?"

Randa menghela napas sebelum menjawab pertanyaan adiknya karena ini dia harus berbicara panjang lebar dan jarang sekali dia berbicara panjang lebar selama hidupnya hanya orang-orang tertentu yang dapat mendengarnya.

"Hah, Hanita memukulku pelan dan aku pura-pura kesakitan. Dia merasa bersalah telah memukulku karena itu, dia menangis."

"Terus kakak memeluknya."

"Iya, apa kau cemburu."

"Tadi iya, tapi sekarang setelah mendengar penjelasan kakak sudah tidak dan aku akan belajar untuk tak mudah cemburu karena memang melupakan cinta pertama itu susah," ucap Randi sambil tersenyum tulus.

Randa yang melihat adiknya tersenyum tulus membalas senyuman tersebut tak kalah tulus. Ia bersyukur masalah mereka selesai dengan cepat tanpa ada perkelahian. Kemudiaan dia membuka suaranya kembali.

"Kurasa masalah kita sudah selesai dan sekarang aku ingin kekamarku sendiri untuk mandi karena sebentar lagi makan malam dan kakakmu ini belum berganti baju serta mandi, bau keringat lagi."

"Iya-iya sana kekamarmu karena aku juga akan mandi dan berganti pakaian!"

"Hn."

Setelah mengatakan itu Randa keluar dari kamar adiknya untuk menuju kamarnya dan membersihkan diri karena aktivitas disekolah tadi dan Randi juga langsung mengambil handuk setelah kakaknya keluar dari kamarnya tidak lupa saudara kembarnya menutup pintu adiknya sebelum keluar dari kamarnya.

Jangan lupa dukungannya!

Terimakasih

24/12/20

By:Miwa