Chereads / Randi dan Hanita / Chapter 27 - 25

Chapter 27 - 25

Guru yang para murid akhirnya datang dan langsung memulai pelajaran yang mereka emban dan yang diajar mendengarkan dan bila ada yang harus dicatat atau diberi tugas mereka langsung mengerjakan yang jadi kewajiban mereka.

Memang kadangkala mereka lelah harus mikir banyak tugas dan juga pelajaran dari sang guru tetapi itulah kewajiban mereka dan itu tangungan mereka menjadi pelajar.

Guru menjelaskan dengan sabar dan saat ada hal penting yang menurutnya harus dicatat mereka lansung menyuruh para murid mencatat dan kalau saat mengerjakan tugas guru juga langsung menyuruh para murid karena itu bisa jadi latihan mereka juga memenambah kecerdasaan mereka.

Waktu terus berjalan dan pergantian guru terus terjadi dan parara murid mendengarkan penjelasan dari guru yang berbeda-beda. Bosan ya pasti tapi tugas seorang pelajar adalah mendengarkan dan juga memelajari penjelasan seorang guru.

Nafi orang yang otaknya dibawah rata-rata mendengar penjelasan dari guru yang berbeda-beda tatapi tetap saja pelajaran dan penjelasan sang guru tidak masuk keotaknya. Ia terlihat bersedih karena otaknya tidak bisa menerima penjelasan guru dan dia merasa iri dengan ketiga temannya yang pintar sedangkan ia bodoh sendiri.

"Hiks, kenap aku harus sebodoh ini. Ingin rasa bertukar otak dengan Shima atau si kembar tapi Pertanyaannya mereka mau gak bertukar otak denganku yang bodohnya luar biasa ini."

Shima yang masih duduk dengan Nafi terlihat mendengar perkataannya walau itu pelan dan pasti alasan teman disampingnya berkata pelan agar guru tidak mendengar ucapannya.

"Bila kau tanya padaku mau bertukar otak denganmu jawabannya tidak sudi karena mempunyai otak sebodoh kau sangat memalukan," ucap Shima pedas.

Entah mengapa ucaan Shima begitu pedas apa karena berteman dengan Randi maka tutur katanya mengikuti temannya kita juga tidak tau itu.

Nafi yang mendengar perkataan Shima semakin sedih dibuatnya karena yang diucapkan temannya padanya benar dan alasan itu yang membuatnya sedih.

"Yang kau ucapkan padaku memang benar, Shima. Punya otak seperti ini memang cukup memalukan tapi inilah takdir hidup yang harus aku jalani," ucap Nafi penuh drama.

Shima yang melihat drama Nafi begitu mual dibuatnya atas tingkahnya yang begitu menjijikan.

"Menjijikan sekali tingkah dan ucapamu, Nafi membuat aku jijik yang melihatnya."

"Hiks, selain bodoh ternyata aku juga menjijikan apa yang bagus dari diriku ini," ucap Nafi semakin drama.

Shima yang melihat teman disamping semakin drama memutuskan mengabaikannya dan kembali fokus ada penjelasan guru karena penjelasan guru lebih penting daripada mendengar dan ngobrol dengan Nafi.

Pelajaran demi pelajaran para murid rasakan dan dengarkan dan waktu juga terus berputar. Tak terasa waktu ulang pun tiba guru yang mengajar dijam terakhir menutup pelajaran mereka dan menyuruh murid ulang ketempat nasing-masing setelah ia keluar dari kelas.

Sementara murid yang melihat guru sudah keluar dari kelas mereka langsung berhamburan keluar untuk menuju rumah mereka masing-masing. Tapi tidak dengan Randa dan Randi yang masih dikelas bisnis untuk menunggu kelas sepi dan entah mengapa Shima dan Nafi yang biasanya sudah pulang masih dikelas bisnis.

Nafi yang cerewet dari mereka bertiga membuka suaranya.

"Wah, seperti ini rasanya kelas sepi sangat sunyi dan tenang, ya."

Randi yang mendengar ucapan Nafi segera membalas ucapannya dengak kata-kata pedas yang menjadi ciri khasnya.

"Biasanya sunyi dan tenang tetapi karena kehadiranmu hawa positif yang biasa aku nikmati bersama kakakku menjadi hawa negatif setelah ucapan tidak pentingmu itu," ucap Randi dengan senyum palsunya.

Randa dan Shima yang mendengar perkataan pedas Randi tertawa didalam hati.

"Memang sialan kau mulut cabe. Suara merdu dan seimut ini dibilang membawa hawa negatif sepertinya kau perlu dieriksa diTHT."

"Cih, suaramu macam kambing sekarat begitu merdu. Kau jangan bermimpi, Nafi."

Nafi yang sudah biasa mendengar ucapan pedas Randi entah kenapa masih kesal dibuatnya.

"Dasar mulut cabe sialan."

"Memang tetapi setidaknya aku tidak sepertimu yang bodoh ini."

"Sialan kau."

Randa yang sudah bosan dengan pertengkaran tidak penting antara adiknya dan temannya memilih melerainya dengan cara mengajak sang adik kekelas Hanita.

"Sudahlah, Randi lebih baik kita kekalas Hanita daripada kau bertengkar dengan manusia bodoh ini!"

Randa pun tertular memiliki ucapan pedas seperti adiknya memang ucapan pedas Randi dapat merasuki mereka.

"Baiklah, ayo kak!"

"Hn."

Saaat mereka akan berangkat menuju kelas Hanita tiba-tiba ada yang menghadang jalan mereka siapa lagi kalau bukan Nafi.

"Hei, kalian mau kemana? Bolehkah kami ikut?"

Shima yang setuju dengan ucapan Nafi terlihat mengangguk saja.

Sementara Randa yang jalannya dihentikan oleh Nafi membiarkannya ikut karena kalau ditolak pasti temannya akan terus mendesak dan mengajukan banyak pertanyaan.

"Terserah," ucap Randa sambil melanjutkan jalannya.

"Terimakasih, Randa kau memang temanku yang terbaik," ucap Nafi sambil mengikuti Randa.

Randi dan Shima yang ditinggal Randa juga Nafi segera menyusul mereka.

Perjalanan mereka menuju kelas Hanita dipenuhi dengan celotehan Nafi dan ketiga orang yang bersamanya terlihat membalas ucapannya dengan singkat padat dan jelas. Terutama Randi dan Randa yang mengetahui tujuan mereka yan menjawab perkataan temannya dengan singkat.

"Kita mau kemana sebenarnya tiang dan mulut cabe?"

"Sudah ikuti saja jangan banyak tanya," ucap Randa masih meneruskan jalannya.

"Tapi aku juga perlu tau mau kemana, Randa."

"Kau yang mengikuti kami tapi malah kau yang berisik," ucap Randi masih meneruskan jalannya.

"Ya, memang aku yang mengikuti kalian tapi aku juga perlu tau. Tapi sepertinya aku kenal dengan tempat ini bukannya ini menuju kelas memasak."

"Kau sudah tau untuk apa banyak tanyan," ucap Randa kembali.

"Tapi kan aku juga ingin tau saja."

"Bisakah kau diam, Nafi."

Kali ini bukan Randa ataupun Randi yang berbicara tetapi Shima yang dari tadi diam saja.

"Aku hanya bertanya, Shima kenapa kau galak sekali sih."

"Kau ini tinggal mengikuti mereka susah sekali malah berisik dan bertanya gak guna sama sekali."

"Iya-iya, Shima aku tidak tanya lagi. Kau ini galak sekali baru pms kayaknya."

Shima yang mendengar ucapan Nafi memilih mengabaikannya.

Akhirnya tempat yang mereka tuju sudah didepan mata mereka. Randa dan Randi segera masuk ketempat tersebut diikuti Shima juga Nafi dibelakang mereka.

Sementara Ina dan Hanita yang akan keluar kelas terlihat kaget akan kedatangan Randa dan Randi yang membawa temannya.

Ina membuka suaranya.

"Siapa orang yang kalian bawa itu?"

Saat Randi akan menjawab ucapan Ina. Nafi terlebih dulu menjawab ucapan sang gadis.

"Aku Nafi teman si kembar dan orang disampingku ini Shima. Salam kenal gadis cantik dan manis," ucap Nafi sambil membungkuk.

Ina yang merasa kata cantik ditujukan untuknya merasa percaya diri.

"Salam kenal juga, Nafi. Aku Ina dan orang disampingku ini namanya Hanita," ucap Ina sambil membungkuk.

"Wah, kalian ini Randa dan Randi memiliki teman wanita yang cantik dan manis tidak mau mengenalkan pada kami," ucap Nafi ambil menyenggol bahu si kembar bergantiaan.

Randa dan Randi yang merasakan bahunya disenggol oleh Nafi memilih membiarkannya dan memutuskan mengajak para gadis menuju parkiran.

"Biarkan saja orang gila ini. Ina dan Hanita lebih baik kita keparkiran untuk ulang!" ucap Randi dengan senyum palsunya.

Ina dan Hanita menuruti mau Randi dan menuju parkiran ada akhirnya mereka menuju parkiran dan Nafi yang ditinggal serta diabaikan menyusul mereka dengan wajah cemberut.

Tbc....

Jangan lupa dukungannya!

Terimakasih

22/12/20

By:Miwa